Apa jadinya jika seorang gadis remaja sudah bisa mengeluarkan ASI? Ya hal itu yang dialami oleh Shireen. Entah keajaiban darimana, tiba-tiba gadis berparas cantik nan manis itu bisa mengeluarkan ASI. Ia sadar dengan keanehannya, setelah sesaat ia bangun dari koma. Ia memberikan ASInya itu kepada bayi kembar seorang duda. Siapa sangka justru pertemuan Shireen dengan Sugar Daddy itu menjadi sebuah ikatan cinta.
Lantas siapakah seorang duda itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Keberadaan Shireen
Pria bule keturunan Amerika itu, tertawa keras mendengar ucapan dari Samuel yang menurutnya itu sangat lucu.
"Astaga, duda ... duda ... kau kehilangan wanita? J*lang? Atau simpanan buat mainan? Bisa-bisanya kau galau hanya seorang wanita yang hilang, yang dengan mudahnya kau dapatkan lagi. Samuel, kau tinggal menggerakkan jarimu saja, dengan cepatnya wanita pasti datang kepadamu!" ujar Tansoon meledek.
"Bule sialan! Kau pikir aku ini mesin wanita. Asal kau tahu, untuk gadis kali ini, berbeda!" cetus Samuel.
Kedekatan mereka memang sudah lama terjalin, semenjak bekerja dalam hal perusahaan. Tanpa sadar, mereka mempunyai keselarasan untuk menjadi sahabat.
"Apa bedanya wanita? Bagiku, wanita itu hanya pemuas di ranjang. Bermain-mainlah dulu, baru melepas masa duda. Buat apa sedih hanya karena wanita?"
"Ya, maka dari itu sampai sekarang kau masih perjaka tua. Ah ralat, mana mungkin lelaki sepertimu itu pantas dibilang perjaka," balas Samuel mencemooh.
"Daripada duda tapi sawangan, haha!"
"Astaga, sialan sekali manusia langka ini," umpat Samuel. Ia sangat dongkol melihat Tansoon yang masih menertawainya.
"Oke baiklah, aku mau tanya seistimewa apa gadis itu?"
"Dia berbeda, dia gadis yang mampu menyusui bayiku selama 10 bulan ini. Tapi sekarang dia pergi, hanya karena mendengar ucapanku. Dia salah paham ...."
"Mana mungkin seorang gadis bisa menyusui? Kau aneh."
"Dia mengalami gejala yang di mana bisa keluar ASI sebelum pada masanya. Namun sekarang sudah berhenti, dan memilih pergi," balas Samuel. Tersirat kesedihan di wajahnya.
"Ya, sepertinya aku pernah mendengar itu. Ada sebagian orang juga yang kutahu, pernah mengalami itu. Lantas, kau masih sangat mencintainya?"
"Tidak, aku tidak pernah mencintai. Aku hanya merasa kehilangan, dan merasa bersalah saja dengannya!" sangkalnya.
Tansoon terkekeh, "Pria bodoh. Sedang jatuh cinta tapi tidak sadar!" lirihnya.
***
Malam hari.
"Lia, Lisa kakak titip mereka. Aku ada urusan sebentar!" pesan Samuel.
"Urusan mencari Shireen?" Lisa menatap jengah.
"Hadeh, buat apalagi di cari Kak?" timpal Lia.
"Cukup jalani perintah kakak, kalian berdua terlalu kecil untuk ikut mencampuri urusanku!"
Akhirnya kedua adiknya itu terdiam. Kata-kata yang terdengar tajam mampu membungkam mulut keduanya. Kakaknya memang seorang yang kejam dan terlihat angkuh, bahkan saat bersama dengan orang-orang yang tersayang pun.
Samuel segera menancap gas mobilnya, melesat begitu cepat dan mungkin hanya beberapa saat untuk sampai.
Kini ia menepikan mobilnya di depan rumah Sahara. Kedatangannya ke sini untuk apalagi jika bukan mencari Shireen.
Dia mengetuk pintu, lalu berdehem keras hingga sang empunya rumah menampilkan sosoknya.
"Tuan Samuel," ucap Sahara terkejut saat melihat kedatangannya.
"Aku ingin membawa Shireen kembali," ujar Samuel.
Sahara memberikan tatapan remeh. Tangannya ia lipat di bawah dada, lalu berucap, "Bukannya Anda sendiri yang mengusir adik saya? Untuk apa mencari lagi?"
"Aku tidak mengusirnya sama sekali. Dia pergi sendiri dari rumahku!"
"Tidak mungkin dia pergi tanpa alasan. Mungkin saja Anda melakukan sesuatu yang membuatnya pergi," cetus Sahara terlihat begitu sinis.
"Baiklah itu kesalahanku, aku minta maaf. Tapi, kumohon berikan waktu untukku bertemu dengannya."
Sahara berdecak, "Saya maafkan, tapi sayangnya Shireen sudah saya usir dari rumah ini, dia hanya beban di sini gak guna saya menampungnya terus. Jika ingin mencari keberadaannya, silahkan cari tau kekasihnya yang bernama Jasson!" pungkasnya.
"Pak Samuel ...."
Tiba-tiba Anton keluar dengan keterkejutannya.
"Anton, ajarkan istrimu cara bertutur kata dan ber-attitude, karena dia yang akan menjadi panutan untuk anakmu nanti," ucap Samuel menepuk pundak Anton.
"Terima kasih. Aku tidak akan mencarinya di sini lagi, karena aku pikir rumah ini ternyata bukan keluarga Shireen." Samuel mengucapkan kata-kata yang membuat Sahara mengepalkan tangannya.
"Maafkan istri saya, Pak."
Samuel lagi-lagi menepuk punggung Anton yang merasa tidak enak dengannya. "Aku pulang, besok menghadapku ya di ruangan pribadi." Ia tetap menampilkan senyumnya. Kemudian dia pergi.
'Mampus aku!'
"Bisa kau bicara sopan dengan atasanku? Kalau aku dipecat bagaimana?" bentak Anton kepada istrinya.
"Tidak akan, dia saja yang melakukan hal yang membuat Shireen sakit hati sampai dia pulang!"
"Lantas apa kau merasa benar sudah mengusir adikmu sendiri? Pikirkan pekerjaanku juga, hanya itu yang bisa kujalani sekarang. Dengar tadi? Dia menyuruhku untuk menghadapnya esok! Kau mau aku tidak lagi memberimu uang?" tandas Anton memarahi istrinya.
Sahara hanya bisa merengut dengan ucapan kasar suaminya. "Ini semua emang salah Shireen!" umpatnya.
Keesokan harinya.
Shireen tengah mengintip ke arah gerbang. Ada sebuah mobil yang sangat ia hafal siapa pemiliknya.
'Bener kata Jasson, dia pasti nyari gue di sini,' batin Shireen. Ya, dia menangkap sosok Samuel yang terbalut masker dan kacamata hitam, sedang celingak-celinguk. Ia yakin, pria itu sedang mencari keberadaannya.
Shireen menoel-noel satpam yang masih mengawasi murid keluar gerbang. "Ada apa Nona?" tanya satpam itu.
"Nanti kalo orang yang pake masker di sana, nyariin nama Shireen, bilang udah pulang ya Pak!" bisiknya.
"Memangnya kenapa Nona Shireen?"
"Dia mantan mafia Pak, liat deh misterius banget 'kan orangnya? Bapak juga tau 'kan mafia? Itu lho Pka yang bunuh-bunuhan brutal. Shireen takut Pak, nanti bilang aja kayak tadi yaa."
Terpaksa berbohong agar menghindari dari Samuel. Mungkin cara ini adalah salah satunya.
"Lho kok jadi bapak yang merinding Neng."
"Pokoknya gak usah takut, dia cuma cari Shireen doang kok Pak!"
"Baiklah ...."
"Pak!"
Benar saja. Untungnya Shireen sudah lebih dulu memesan amanah kepada sang satpam itu. Karena sekarang Samuel sudah memanggil bapak satpam ini.
"Ingat ya Pak!"
"Siap Non."
Satpam itu menghampiri mobil Samuel, lalu ia sedikit menurunkan punggungnya untuk melihat detil sosok pria itu.
"Ada apa Tuan?"
"Apakah gadis pendek, rambut hitam yang selalu membawa tas abu-abu kecil, bernama Shireen, sudah pulang?"
"Shireen di sini banyak Tuan. Mungkin sudah pulang, karena di dalam kelas hanya ada anggota OSIS yang sedang rapat, semua murid pun sudah kembali ke rumah masing-masing," jawab satpam itu.
"Oke baiklah, jika kau melihat gadis ini saat pulang esok. Jangan bukakan pintu gerbang untuknya, kau paham?" Samuel menyodorkan ponselnya lalu ia menunjukkan foto Shireen yang sedang memakai seragam sekolah. Tentu saja, sang satpam itu sangat mengenalnya. Toh, Shireen murid satu-satunya yang selalu akrab dengannya.
"Baik Tuan."
'Sungguh mencurigakan pria ini. Kuasa apa dia, menyuruhku menahan murid, memangnya dia yang punya sekolah!' batinnya. Tanpa sadar seorang itu memang sang pemiliknya.
Sementara di balik tembok, Shireen tengah memegang dadanya. Pasalnya mobil Samuel sudah hilang dari pandangannya. Setelah itu, ia segera mengucapkan terima kasih, kemudian berlari menuju halte busway untuk menunggu jemputan Jasson.
***
"Reen, nanti lo ikut gue ya. Kita ke cafe kakak gue."
"Tapi Son, harus pake persyaratan pasti ...."
"Tenang, gue udah bicarain sama kakak. Soal itu gampang, yang penting lo punya skill."
"Oke makasih ya Son."
"Gak usah bilang gue baik."
"Gue gak bilang!"
Setelah menghela napas, mereka benar-benar melaju untuk niatnya itu.
Bersambung ...