"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."
"We have no relationship."
Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.
>_<
Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.
Kamu tidak salah.
Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.
Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.
Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.
Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.
This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adesya Bilqis Ganendra
Sumpah ini memalukan ....
Meski posisiku dan dia dalam foto itu hanya berdiri saling berhadapan, dan tidak terlihat senono sedikitpun. Tetapi ini benar-benar memalukan, sehingga aku menutupi perasaan itu dengan mengembungkan pipiku.
Semua gara-gara Kak Ameera yang memotretku dan dia, lalu mengirimnya kegroup keluarga.
Jangan kira group keluargaku adalah keluarga inti bermarga Ganendra. Sudah kukatakan sebelumnya, jika keluargaku bukan hanya keluarga Ganendra didalamnya. Ayahku bernama Abraham Ganendra, Bundaku bernama Zahra Renata. Aku mempunya Abang bernama Adam Regan Zeroun Ganendra, Bang Ar. Kembaranku adalah Chaka, sudah kukenalkan sebelumnya.
Kakak Angkatku adalah Angela, Kak An atau Gea. Menikah dengan sahabat Bang Ar sekaligus anak sahabat Ayah, Javir Erlangga atau Bang Je. Abang angkatku, Aslan Putra Bumi, Bang As. Dan anak dari sahabat Ayah diluar negeri, Alaric Lorenzo Romanov, Bang Al. Jadi aku memanggil Abang-Abangku Ar, As, Je dan Al biar gak ribet.
Didalam group keluarga tentu aja ada mereka semua dan para istri mereka.
Jadi paham bukan seberapa malu diriku saat ini menjadi bahan perbincangan banyak orang, meski yang berada dirumah Ganendra kali ini hanya keluarga Bang Je dan Bang Ar, tetapi aja malu jika menjadi topik utama pembicaraan mereka didunia nyata maupun secara online.
"Ih ... Anak Bunda bisa malu-malu kucing ..." goda Bunda sembari menarikku dalam pelukannya.
"Aku kan juga cewek" gerutuku sembari membenamkan wajahku di pelukan Bunda.
"Iya cewek" seru Bang Je, "feminimnya di depan si Sagara doang."
"Ih ... Abang ..." rengekku.
Bunda semakin memelukku erat sembari tertawa kecil, mencegahku untuk memukul Bang Je.
Di keluarga besarku ini, semua orang mengetahui perasaanku pada dia. Tetapi tidak ada satu orang pun yang akan membuka mulut tentang itu, karna satu hal ... Dan itu menjadi alasan tidak akan mereka bocorkan pada siapapun.
Apakah mereka pernah melarangku?, tidak. Mereka semua tidak pernah melarangku, tetapi tidak pernah juga mendukungku. Aku tidak butuh dukungan ataupun disadar darikan mereka, karna mereka tahu aku paham bagaimana, dan apa konsekuensi yang akan aku terima dari apa yang aku rasakan padanya.
"Sudah malam, malam ini tidur disini semua kan?."
"Iya Bun."
"Anak-anak pasti sudah tidur juga" ucap Bang Ar.
Semua memiliki kamar masing-masing dirumah Ganendra, jadi mereka bisa menginap kapan saja. Terkadang Bunda selalu meminta kami semua berkumpul di hari week end.
"Ya sudah sana masuk semua, Bi sama Aka juga, besok sekolah."
"Iya Bun."
Kami semua berdiri dari duduk kami bersiap akan kekamar masing-masih.
Melihat Bang Ar akan menaiki tangga kekamarnya, aku berlari dan melompat kegendongannya sehingga Bang Je hang berjalan disamping Bang Ar ikut memegangiku dan Bang Ar agar tidak terjatuh.
Aku tertawa kecil, Bunda memekik takut aku jatuh, sedangkan Ayah, Bang Je dan Bang Ar mengomel karna tingkahku.
^-^
Jika dikeluargaku, aku akan menjadi Bi si sosok yang manja, tomboy, ceriwis dan apa adanya aku, tapi jika didepan orang lain, aku akan menjadi Bilqis yang tak tersentuh, sudah kukatakan sebelumnya bukan, jika aku menghindari orang yang overly friendly alias SKSD alias orang Sok Kenal Sok Dekat.
"Ratu lagi apa?."
Dan salah satu orang yang amat sangat ingin aku hindari adalah dia, Yardan.
"Emang lo gak liat gue lagi apa?."
"Yang kelihatan mata, Ratu lagi makan bakso, tapi ... Ya ... Siapa tahu Ratu makan bakso sambil ngelamunin Raja."
Mataku langsung berotasi mendengarnya, "gue bukan Ratu, gue Bilqis" tekanku.
"Arti nama lo Ratu, arti nama gue Raja, jadi ... kita Raja dan Ratu."
"Yardan, jangan buat gue marah ya!!!"
"Iya ... Gue tau kok nama lo Adesya Bilqis Ganendra binti Abraham Ganendra, hebatkan gue tau na ...."
Tak ...
Segera aku mengulum bibirku menahan tawa kala botol minuman memukul belakang kepalanya, itu Chaka yang melakukan.
Chaka dan Daniel baru saja datang, aku melihat mereka berjalan memasuki kantin sejak Yardan duduk disampingku dan mungkin Chaka mendengar apa yang Yardan katakan.
"Tamba hari lo tambah ngelunjak sumpah" Daniel menarik kursi Yardan menjauh.
Dua bodyguardku, Chaka dan Daniel berdiri di kanan dan kiriku. Sejak kejadian diminggu awal kami masuk SMA, mereka berdua hampir tidak pernah meninggalkanku. Karna takut aku membuat masalah lagi, Bunda kembali dipanggil kepala sekolah dan berakhir dengan mereka yang juga dapat omelan sayang dari Bunda tercinta.
"Kita udah mau lulus, gue harus berusaha ektra. Setidaknya meski gak bisa jadi pacarnya, gue bisa buat bikin dia mau jalan ama gue" ucap Yardan sembari menatapku dan menaik turunkan alisnya.
Dengan memasang wajah sok imut, aku menatapnya sembari menopang dagu. "Emangnya lo bisa lewatin empat Abang gue?."
"Gue yakin gue bisa."
Tampa dikomando, kami bertiga terkekeh medengar jawaban Yardan yang penuh percaya diri itu.
Chaka menarik kursi duduk disampingku, tangannya merangkul pundakku.
"Abang pertama dan kedua kita sabuk hitam dan pernah menang lomba karate seprovinsi, Abang ketiga mengelola perusahaan keamanan, Abang keempat bisa main pistol dan jago bela diri, dan gue gak harus jabarin kelebihan gue kan?."
"Nah ... gimana lo bisa gak lewati Abang-abang gue?" Tantangku.
"Bukan Abang lo dokter sama pembisnis doang?, jangan nakut-nakutin deh."
Lagi-lagi aku, Chaka dan Daniel tertawa lepas.
Bagaimana jika Yardan tahu apa profesi sampingan para Abangku itu?, bisa-bisa Yardan akan pucat pasi dan mundur seribu langkah.
*-*
Jika ditanya hobimu apa?.
Tampa ragu aku akan menjawab basket, sparring, balapan motor, terutama buat sketsa Dia yang paling sering aku lakuan jika ada waktu luang.
Dan ternyata dari empat itu, hobi Dia ada yang sama denganku, balap motor.
Pada awalnya aku tidak tau dia sering balap motor, disosial medianya dia tidak pernah mengepost tentang balapan motor, meski sesekali dia berfoto dengan motor sportnya itu. Hingga tiga tahun lalu aku ikut Bang Ar kearea balap liar yang sering didatanginya sebelum menikah, aku melihat dia dan Sakura disana.
"Gak pulang malem Bi."
Belum juga motor yang aku naiki hidup, Bang Ar kembali memperingatkanku untuk yang kesekian-kian kalinya.
"Iya Bang."
"Ingat ya, kamu izin nginep dirumah Abang buat main sama anak-anak, bukan balapan. Nanti kalau semua tahu, Bunda marahnya ke Abang lagi Baby Bee."
"Iya ..."
Dari keempat Abangku, yang dekat dan memanjakanku adalah Bang As.
Bang As yang mengajarkanku bela diri dan balapan, sehingga Abang As selalu kena omel Bunda karna menjadikanku tomboy.
Sesampai diarea balap, dia baru akan bertanding, tampa melepas helm full faceku, kulangkahkan kaki mendekati pinggir area balapan untuk melihat dia.
Motor dengan stiker Saga dan tanda di dahi karakter Gaara di Naruto yang bertulis kanji untuk "cinta" (愛, ai ).
"Saga!!!."
"Wohu!!!."
Aku ingin berteriak juga, tetapi aku selalu tahan. Biarkan saja di tidak tahu kehadiranku yang selalu hadir tiap dia tanding.
Brum ...
Dia mulai menarik gas dan melesat cepat kala Bang Tio mengibarkan bendera pertanda balapan dimulai.
Semua berseru heboh, tidak jarang ada yang bertaruh siapa yang akan menang kali ini.
Tok ... Tok .. Tok ...
Seseorang mengetuk helmu sehingga aku menoleh kesamping dnegan kesal.
Mataku membola kala melihat siapa yang berdiri didepanku dan membuka kaca helm full face yang aku kenakan.
"Tenyata benar, Adesya Bilqis Ganendra."
*-*