NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: tamat
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi / Tamat
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten—seorang mafia berdarah dingin, kejam, dan disegani. Tak pernah membayangkan akan menerima vonis memalukan dari dokter: ia didiagnosis impoten. Tapi Daniel bukan pria yang mudah menyerah. Diam-diam, ia mengirim orang kepercayaannya untuk mencari gadis polos nan perawan, dengan harapan bisa menghidupkan kembali gairah yang lama padam.

Sampai pada suatu malam, harapannya terjawab. Seorang gadis berlesung pipi, polos dan menawan, berhasil membangkitkan sisi pria yang sempat hilang dalam dirinya. Namun karena sikap arogan dan tempramental Daniel, gadis itu justru ketakutan dan melarikan diri tanpa jejak.

Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kali ini, gadis itu tak datang sendiri—ia membawa tiga anak kecil yang menggemaskan, penuh keberanian, dan... sangat mirip dengan Daniel.

---------

"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" – Azkia "Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." – Azam "Talau olang d

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Sejak tadi, Daniel terus saja berjalan mondar-mandir di depan pintu ruang ICU, sesekali ia mengintip ke dalam ruangan dari kaca jendela.

"Tu-Tuan," panggil Regan takut-takut melihat wajah tuannya yang tak bersahabat.

Daniel menatap tajam pria yang memanggilnya, membuat Regan kesusahan meneguk saliva.

"Ma-maaf Tuan, hari ini Tuan ada janji dengan Mr Kim."

"Batalkan!"

"Tapi Tuan-"

Regan tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat kilat mata Daniel semakin tajam menatapnya.

Mendengar pintu ruangan terbuka, Daniel mangalihkan pandangannya ke arah pria berjas putih yang masih berdiri diambang pintu. Bergegas ia hendak menerobos masuk ke dalam ruangan yang pintunya baru saja di buka.

"Maaf Tuan, pasien baru saja saya beri obat penenang, sekarang ia sedang beristirahat," kata Dokter sambil menutup pintu ruangan tersebut.

Daniel berdecak kesal, namun ia berusaha menahan diri. "Bagaimana keadaannya?" tanyanya tak sabaran.

Dokter menghembuskan nafas berat. "Saya ingin bicarakan ini dengan suami pasien, terkait psikis mental yang dialami pasien saat ini,"

Daniel mengerutkan dahi kuat, lalu beralih menatap Regan sesaat. "Kau katakan saja sekarang, jangan bertele-tele!"

"Tuan, ada ranah privasi yang harus saya jaga, dan itu hanya akan saya sampaikan pada suami atau keluarga dekat pasien." ujar dokter menjelaskan.

Lagi-lagi Daniel menoleh pada Regan, lalu kembali menatap dokter. "Kami keluarganya," ucap Daniel kemudian.

"Maaf, hubungan Tuan dengan pasien apa?"

Daniel menghela nafas panjang, kali ini ia tak dapat lagi membendung emosinya. "Kau ingin bermain-main denganku rupanya!" Dengan kedua tangan, Danil mendorong pria berjas putih itu hingga terjungkang ke lantai, tak sampai di sana, Daniel lansung mencekik leher dokter itu dengan sangat kuat. "Mati saja kau keparat!"

Melihat itu Regan segera menghampirinya. "Tuan, hentikan Tuan." Regan berusaha melepaskan tangan Daniel yang begitu kuat mencekik leher dokter itu, hingga akhirnya Regan berhasil melepaskan tangan tuannya dari leher dokter.

Dokter memegang lehernya sambil terbatuk batuk.

"Bawa keparat ini pergi dari hadapanku!"

Regan segera melakukam perintah tuannya, membantu dokter itu berdiri, memapah tubuhnya berjalan menjauh dari Daniel.

Kemudian Daniel membuka pintu ruangan ICU. Di ambang pintu, ia berdiri menatap Ayang yang tengah terlelap karna dokter tadi memberikannya obat penenang. Perlahan ia mendekati brankar, lalu mengusap pelan wajah pucat Ayang dengan punggung jarinya.

"Maafkan aku," gumamnya lirih di sertai mata yang berkilat-kilat.

* * *

Dua jam kemudian Ayang baru tersadar, matanya mengerjap-ngerjap melihat langit-langit ruangan berwarna putih.

"Apa Nona butuh sesuatu?" tanya pelayan yang di perintahkan Daniel menjaganya di ruangan ICU itu.

Ayang memutar lehernya perlahan, kemudian menggeleng pelan, saat ini leher dan tenggorokannya terasa begitu sakit.

"Biar saya panggilkan dokter dulu." Tanpa menunggu jawaban Ayang, pelayan tersebut lansung berjalan keluar dari ruangan.

Ayang kembali memejamkan mata, tubuhnya terasa begitu lemah, pikirannya berkelana mengingat masa bersama bundanya dahulu. Rasa rindu akan kasih sayang sang Bunda membuat air bening di sudut matanya kembali mengalir.

"Nona Juwita, bagaimana keadaannya?"

Ayang membuka mata, melihat seorang wanita menggunakan jas putih di padukan dengan hijap panjang berdiri di sampingnya.

Ayang memutar bola matanya kesamping serta menggerakkan bibirnya.

Dokter wanita itu tersenyum ramah. "Saya periksa dulu ya." ujar Dokter, lalu mulai memeriksa Ayang.

Selesai memeriksa Ayang, wanita yang usianya hampir menginjak lima puluh tahun itu mengusap lembut kepala Ayang. "Jangan terlalu banyak pikiran, percayakan semua pada yang diatas, karna Dialah yang mengatur jalan hidup kita masing masing."

Bibir Ayang bergetar, isak tangisnya kembali menjadi. Karna kata-kata wanita itu hampir sama dengan nasehat yang sering di ucapkan bundanya dahulu.

Ayang meraih tangan wanita itu yang kini tengah mengusap air matanya, sambil mulutnya bergerak-gerak, ia ingin menceritakan kesedihannya, meluahkan apa yang di rasakannya pada wanita itu, namun suara yang keluar di mulutnya hanya erangan.

Daniel yang baru kembali dari kantornya, setelah menemui klien, lansung masuk kedalam ruang perawatan. Ia mendekati dokter yang tengah memberikan semangat pada Ayang. Akan tetapi, saat Ayang melihat kehadirannya disana. Ayang kembali histeris, ketakutan melihat kehadirannya. Lantas Daniel kembali keluar tanpa ada yang menyuruhnya.

Setelah Daniel keluar, Ayang masih saja histeris, hingga akhirnya dokter terpaksa menyutikkan obat penenang karna Ayang semakin mengamuk.

Setelah Ayang tertidur, dokter keluar menemui Daniel yang memang menunggunya.

"Tuan."

Daniel menoleh pada sosok wanita yang berdiri di depan pintu.

"Sebaiknya kita bicara diruangan saya," ucap dokter berhijab itu sembari melangkah pergi.

Daniel menuruti langkah kaki dokter itu yang membawanya ke sebuah ruangan.

"Silahkan duduk Tuan."

Daniel menarik kursi di hadapan dokter tersebut dan duduk di sana.

Dokter itu menghela nafas dalam. "Begini Tuan, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada Tuan. Yang pertama sepertinya ada kerusakan pada pita suara pasien dan sekarang ini fisik di leher pasien mengalami pembengkakan. Saya tidak tau penyebabnya, apakah mungkin pasien mencoba bunuh diri dengan melilitkan sesuatu kelehernya atau bagaimana? Yang kedua pasien saat ini juga mengalami trauma yang akan membuatnya menjerit histeris seperti tadi, ketika ada objek yang dapat mengingatkannya pada kejadian buruk yang dia alaminya. Yang ketiga, sepertinya pasien adalah korban pemerkosaan, ada baiknya Tuan melaporkan ke polisi," tutur dokter berhijap itu menjelaskan.

"Apapun yang terjadi padanya, tugas kalian hanyalah menyembuhkannya saja!" Daniel kemudian berdiri hendak pergi keluar.

"Satu lagi, berikan pelayanan yang terbaik untuknya." Matanya menatap tajam pada dokter itu. "Kau paham!" Lanjutnya membuat dokter seketika mengangguk. "Bagus." Daniel pun melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

Hingga sore menjelang, Daniel masih berada di rumah sakit. Sementara Ayang telah di pindahkan ke ruang perawatan.

"Tuan, Mr. Kim ingin bicara dengan Tuan." Regan memberikan  ponselnya pada Daniel.

Daniel menoleh melihat Regan dengan tatapan yang dingin. "Batalkan semua kerja sama dengannya," ucap Daniel dingin.

"Ta-tapi Tuan."

Regan tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat kilat mata Daniel semakin tajam.

"Baik Tuan." Regan lalu menjauh dari Daniel.

Dari kaca jendela ruang perawatan, Daniel melihat Ayang yang telah siuman. Ia tak ingin lagi membuat Ayang histeris seperti sebelumnya, mangkanya ia tak berani masuk menemui Ayang.

.

.

.

Seminggu sudah Ayang berada di rumah sakit. Keadaan fisiknya memang mulai membaik, namun belum bisa memulihkan rasa trauma yang dialaminya dan selama seminggu itu juga, Daniel hanya datang berkunjung untuk menanyakan ke adaan Ayang pada petugas medis.

Hari ini Daniel datang ke rumah sakit, hendak membawa Ayang kembali ke mension, namun terlebih dahulu ia menanyakan pada dokter. "Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bisa kubawa pulang?"

"Keadaannya mulai membaik Tuan, hanya saja untuk operasi pita suara, baru bisa dilakukan setelah pembengkakan di lehernya sembuh. Untuk sekarang ini sebaiknya hindarilah pasien dari hal yang mengingatkannya pada kejadian yang dapat memicu ingatannya pada kejadian buruk yang menimpanya dahulu," tutur dokter wanita berhijab panjang yang selama seminggu ini memantau perkembangan Ayang.

"Maksud kau dia belum boleh kubawa pulang?"

"Bukan begitu Tuan," sergah dokter itu cepat, tak ingin pria di depannya ini salah tanggap. "Maksud saya, pasien sudah bisa di bawa pulang, namun, untuk sekarang ini hindari pasien dari hal yang bisa mengingatkan dia pada kejadian buruk yang menimpanya dulu, seperti....?" Dokter menggantung kalimatnya.

"Katakan saja!"

"Mohon maaf Tuan, sepertinya pasien sangat ketakutan melihat Tuan. Kalau bisa jangan dulu menemuinya, atau pun membawa ke rumah yang bisa mengingatkan pasien pada Tuan."

"Maksud kau, dia tidak boleh tinggal bersama denganku?"

Dokter tersenyum. "Hanya sementara saja Tuan, sampai rasa traumanya hilang."

1
shena
😍
Kalsum
gawat ayang sepertinya hamil
Mama Mama
tambah ngeselin si dani,ayang nya juga ga bisa ngapa2 in
Ning Suswati
alexandernya punya nyawa cadangan kali y, kok masih hidup
Ning Suswati
kelamaan sih mengungkap siapa sebenarnya pak bambang, dan terus apa hubungannya mereka menyayangi ayang
Ning Suswati
isss dah kesel aja melayani si dani laki2 banci kaleng, gk mau kerja cari duit tambah keenakan dikasih duit tabpa harus jerja, gimana sih
Ning Suswati
jgn2 keluarga tsb sdh lenyak ditelan bumi, oleh tangan2 si paksu
Ning Suswati
memelihara manusia daqjal dan benalu gk tau diri dan bikin masu sampai keurat nadi, laupun sdr sendiri, biarkan dia hidup jadi gelandangan, daniel juga tdk pernah mendidiknya jadi laki2 yg bertanggung jawab, jgn jadi pecundang terus2an dikasih duit
Ning Suswati
sebenarnya di kantor ada acra apa sih, sdh tau banyak musuh sok2an jagoan memboyong anak isteri tanpa pengawal, berkeliaran, gk takut musuh selalu mengintai
Ning Suswati
jadi laki2 gk guna sama sekali, kok bisa2 daniel sabar dg dani selalu memberi uang, tambah ngelunjak aja,
RatuElla11: halo kak, mampir juga yuk kekaryaku "Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden."
total 1 replies
Ning Suswati
salah mencari lawan, gk tau aja kalau suami wanita kampung tsb mantan mafia yg baru insyaf
Ning Suswati
hhhhhh dasar naga nya nakal, tuh dengar kata tuannya 🤭🤭🤭🤭
Ning Suswati
dasar saudara gk tau diri, sok2an mau mengakui yg bukan miliknya, syukur ayang bisa tegas dg wanita sok2 kaya, gk tau aja dani si pemalas tukang ngemis dg ipar, sama sekali gk ada harga dirinya, sdh hidup numpang bla bla bla
Ning Suswati
salah sendiri anak kembar tiga sdh tambah lagi brojol dua, gak mau pake baby syster, uang banyak, buat apa coba menyiksa badan, sdh hamil nngurus anak 5 sekaligus di + lagi baby besar, apa gk remuk badan
Ning Suswati
jgn2 tangan dingin daniel yg sdh melenyapkan bu rodiah dan suaminya
Ning Suswati
ayang sdh mulai nakal ni yeee, tapi ubah dong manggil paksu, masa dipanggil tuan sih
Ning Suswati
masa selama nikah ayang gk pernah dikasih uang, gila tu paksu, kerjanya hanya memaksa
Ning Suswati
hhhhh, itu emang yg di tunggu2 paksu, kan sdh halal, gk usah malu2 lah ayang 🤭🤭
Erina Munir
aku udh baca kanjutanya...mskasih ya thoor
RatuElla11: halo kak, mampir juga yuk kekaryaku "Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden."
total 1 replies
Ning Suswati
ya semoga saja buka puasanya lancar,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!