Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sejak tadi, Daniel terus saja berjalan bolak-balik di depan pintu ruang ICU, sesekali ia mengintip ke dalam ruangan dari kaca jendela.
"Tu-Tuan," panggil Regan takut-takut melihat wajah tuannya yang tak bersahabat.
Daniel menatap tajam pria yang memanggilnya, membuat Regan kesusahan meneguk saliva.
"Ma-maaf Tuan, hari ini Tuan ada janji dengan Mr Kim."
"Batalkan!"
"Tapi Tuan-"
Regan tidak jadi melanjutkan kata-katanya saat melihat kilat mata Daniel semakin tajam menatapnya.
Mendengar pintu ruangan terbuka, Daniel mangalihkan pandangannya ke arah pria berjas putih yang masih berdiri diambang pintu. Bergegas ia hendak menerobos masuk ke dalam ruangan yang pintunya baru saja di buka.
"Maaf Tuan, pasien baru saja saya beri obat penenang, sekarang ia sedang beristirahat," kata Dokter sambil menutup pintu ruangan tersebut.
Daniel berdecak kesal, namun ia berusaha menahan diri. "Bagaimana keadaannya?" tanyanya tak sabaran.
Dokter menghembuskan nafas berat. "Saya ingin bicarakan ini dengan suami pasien, terkait psikis mental yang dialami pasien saat ini,"
Daniel mengerutkan dahi kuat, lalu beralih menatap Regan sesaat. "Kau katakan saja sekarang, jangan bertele-tele!"
"Tuan, ada ranah privasi yang harus saya jaga, dan itu hanya akan saya sampaikan pada suami atau keluarga dekat pasien." ujar dokter menjelaskan.
Lagi-lagi Daniel menoleh pada Regan, lalu kembali menatap dokter. "Kami keluarganya," ucap Daniel kemudian.
"Maaf, hubungan Tuan dengan pasien apa?"
Daniel menghela nafas panjang, kali ini ia tak dapat lagi membendung emosinya. "Kau ingin bermain-main denganku rupanya!" Dengan kedua tangan, Danil mendorong pria berjas putih itu hingga terjungkang ke lantai, tak sampai di sana, Daniel lansung mencekik leher dokter itu dengan sangat kuat. "Mati saja kau keparat!"
Melihat itu Regan segera menghampirinya. "Tuan, hentikan Tuan." Regan berusaha melepaskan tangan Daniel yang begitu kuat mencekik leher dokter itu, hingga akhirnya Regan berhasil melepaskan tangan tuannya dari leher dokter.
Dokter memegang lehernya sambil terbatuk batuk.
"Bawa keparat ini pergi dari hadapanku!"
Regan segera melakukam perintah tuannya, membantu dokter itu berdiri, memapah tubuhnya berjalan menjauh dari Daniel.
Kemudian Daniel membuka pintu ruangan ICU. Di ambang pintu, ia berdiri menatap Ayang yang tengah terlelap karna dokter tadi memberikannya obat penenang. Perlahan ia mendekati brankar, lalu mengusap pelan wajah pucat Ayang dengan punggung jarinya.
"Maafkan aku," gumamnya lirih di sertai mata yang berkilat-kilat.
* * *
Dua jam kemudian Ayang baru tersadar, matanya mengerjap-ngerjap melihat langit-langit ruangan berwarna putih.
"Apa Nona butuh sesuatu?" tanya pelayan yang di perintahkan Daniel menjaganya di ruangan ICU itu.
Ayang memutar lehernya perlahan, kemudian menggeleng pelan, saat ini leher dan tenggorokannya terasa begitu sakit.
"Biar saya panggilkan dokter dulu." Tanpa menunggu jawaban Ayang, pelayan tersebut lansung berjalan keluar dari ruangan.
Ayang kembali memejamkan mata, tubuhnya terasa begitu lemah, pikirannya berkelana mengingat masa bersama bundanya dahulu. Rasa rindu akan kasih sayang sang Bunda membuat air bening di sudut matanya kembali mengalir.
"Nona Juwita, bagaimana keadaannya?"
Ayang membuka mata, melihat seorang wanita menggunakan jas putih di padukan dengan hijap panjang berdiri di sampingnya.
Ayang memutar bola matanya kesamping serta menggerakkan bibirnya.
Dokter wanita itu tersenyum ramah. "Saya periksa dulu ya." ujar Dokter, lalu mulai memeriksa Ayang.
Selesai memeriksa Ayang, wanita yang usianya hampir menginjak lima puluh tahun itu mengusap lembut kepala Ayang. "Jangan terlalu banyak pikiran, percayakan semua pada yang diatas, karna Dialah yang mengatur jalan hidup kita masing masing."
Bibir Ayang bergetar, isak tangisnya kembali menjadi. Karna kata-kata wanita itu hampir sama dengan nasehat yang sering di ucapkan bundanya dahulu.
Ayang meraih tangan wanita itu yang kini tengah mengusap air matanya, sambil mulutnya bergerak-gerak, ia ingin menceritakan kesedihannya, meluahkan apa yang di rasakannya pada wanita itu, namun suara yang keluar di mulutnya hanya erangan.
Daniel yang baru kembali dari kantornya, setelah menemui klien, lansung masuk kedalam ruang perawatan. Ia mendekati dokter yang tengah memberikan semangat pada Ayang. Akan tetapi, saat Ayang melihat kehadirannya disana. Ayang kembali histeris, ketakutan melihat kehadirannya. Lantas Daniel kembali keluar tanpa ada yang menyuruhnya.
Setelah Daniel keluar, Ayang masih saja histeris, hingga akhirnya dokter terpaksa menyutikkan obat penenang karna Ayang semakin mengamuk.
Setelah Ayang tertidur, dokter keluar menemui Daniel yang memang menunggunya.
"Tuan."
Daniel menoleh pada sosok wanita yang berdiri di depan pintu.
"Sebaiknya kita bicara diruangan saya," ucap dokter berhijab itu sembari melangkah pergi.
Daniel menuruti langkah kaki dokter itu yang membawanya ke sebuah ruangan.
"Silahkan duduk Tuan."
Daniel menarik kursi di hadapan dokter tersebut dan duduk di sana.
Dokter itu menghela nafas dalam. "Begini Tuan, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada Tuan. Yang pertama sepertinya ada kerusakan pada pita suara pasien dan sekarang ini fisik di leher pasien mengalami pembengkakan. Saya tidak tau penyebabnya, apakah mungkin pasien mencoba bunuh diri dengan melilitkan sesuatu kelehernya atau bagaimana? Yang kedua pasien saat ini juga mengalami trauma yang akan membuatnya menjerit histeris seperti tadi, ketika ada objek yang dapat mengingatkannya pada kejadian buruk yang dia alaminya. Yang ketiga, sepertinya pasien adalah korban pemerkosaan, ada baiknya Tuan melaporkan ke polisi," tutur dokter berhijap itu menjelaskan.
"Apapun yang terjadi padanya, tugas kalian hanyalah menyembuhkannya saja!" Daniel kemudian berdiri hendak pergi keluar.
"Satu lagi, berikan pelayanan yang terbaik untuknya." Matanya menatap tajam pada dokter itu. "Kau paham!" Lanjutnya membuat dokter seketika mengangguk. "Bagus." Daniel pun melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.
Hingga sore menjelang, Daniel masih berada di rumah sakit. Sementara Ayang telah di pindahkan ke ruang perawatan.
"Tuan, Mr. Kim ingin bicara dengan Tuan." Regan memberikan ponselnya pada Daniel.
Daniel menoleh melihat Regan dengan tatapan yang dingin. "Batalkan semua kerja sama dengannya," ucap Daniel dingin.
"Ta-tapi Tuan."
Regan tidak melanjutkan kata-katanya saat melihat kilat mata Daniel semakin tajam.
"Baik Tuan." Regan lalu menjauh dari Daniel.
Dari kaca jendela ruang perawatan, Daniel melihat Ayang yang telah siuman. Ia tak ingin lagi membuat Ayang histeris seperti sebelumnya, mangkanya ia tak berani masuk menemui Ayang.
.
.
.
Seminggu sudah Ayang berada di rumah sakit. Keadaan fisiknya memang mulai membaik, namun belum bisa memulihkan rasa trauma yang dialaminya dan selama seminggu itu juga, Daniel hanya datang berkunjung untuk menanyakan ke adaan Ayang pada petugas medis.
Hari ini Daniel datang ke rumah sakit, hendak membawa Ayang kembali ke mension, namun terlebih dahulu ia menanyakan pada dokter. "Bagaimana keadaannya, apa dia sudah bisa kubawa pulang?"
"Keadaannya mulai membaik Tuan, hanya saja untuk operasi pita suara, baru bisa dilakukan setelah pembengkakan di lehernya sembuh. Untuk sekarang ini sebaiknya hindarilah pasien dari hal yang mengingatkannya pada kejadian yang dapat memicu ingatannya pada kejadian buruk yang menimpanya dahulu," tutur dokter wanita berhijab panjang yang selama seminggu ini memantau perkembangan Ayang.
"Maksud kau dia belum boleh kubawa pulang?"
"Bukan begitu Tuan," sergah dokter itu cepat, tak ingin pria di depannya ini salah tanggap. "Maksud saya, pasien sudah bisa di bawa pulang, namun, untuk sekarang ini hindari pasien dari hal yang bisa mengingatkan dia pada kejadian buruk yang menimpanya dulu, seperti....?" Dokter menggantung kalimatnya.
"Katakan saja!"
"Mohon maaf Tuan, sepertinya pasien sangat ketakutan melihat Tuan. Kalau bisa jangan dulu menemuinya, atau pun membawa ke rumah yang bisa mengingatkan pasien pada Tuan."
"Maksud kau, dia tidak boleh tinggal bersama denganku?"
Dokter tersenyum. "Hanya sementara saja Tuan, sampai rasa traumanya hilang."
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor