Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.
Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?
Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Mau Pulang !
"Ma-maaf, maafkan saya. Saya tidak tau kalau--"
"Saya maling " selanya dengan nada menyindir.
"Iya-- Ehh, bukan-bukan! Saya tidak tau kalau kamu pemilik rumah ini." Ralatnya cepat menunduk malu.
"Sepertinya yang mau maling di sini itu kamu! " Balik menuduh Nadien.
"S--saya?!" Menunjuk dirinya sendiri.
Pria itu menaikan sebelah alisnya, "Tidak. Saya bukan maling ! " Ujarnya tegas.
"Lalu ngapain kamu di sini, bukan nya kamar kamu itu ada di bawah?"
"Itu.. Sa-saya hanya.. Hanya ingin melihat-lihat saja, sungguh saya bukan pencuri."
"Dengar baik-baik. Kamu itu cuma tamu di sini, jadi bersikaplah layak nya seorang tamu." Desis pria tersebut memperingati.
"Ma-maaf.." Ucapnya lirih.
"Dan, satu hal lagi jangan pernah deket-deket atau masuk ke ruangan itu" menunjuk pintu berwarna emas di sampingnya, "Paham?!" Lanjutnya menegaskan.
Nadien mengangguk cepat, ia tidak masalah jika pria ini marah karna memang ini salah nya dan Nadien akui itu.
~~
Keesokan harinya, Nadien bangun lebih awal. Gadis itu membantu beberapa pekerjaan di rumah ini, Nadien melihat pria tampan itu menuruni tangga kemudian duduk di meja makan.
"Bi tolong bikini saya kopi." Teriak pria tersebut tanpa mengalihkan pandangan nya.
"Iyaa Tuan.." Sahut bi Sari.
Di dapur, Nadien memperhatikan bi Sari yang tengah membuatkan kopi untuk bos nya. Setelah selesai bi Sari hendak mengantarkan kopi tersebut, namun Nadien lebih dulu menghalangi jalan nya.
"Ada apa Non?"
"Bi, boleh gak kalo aku aja yang ngasih kopinya?"
Bi Sari nampak berpikir sejenak, " Bi..Kopi nya tolong antar ke kamar saya aja," Teriak pria tersebut dari luar.
"Iya Tuan."
"Ya sudah ini. Bibi juga belum selesai masak," Nadien tersenyum lebar.
'Tok tok tok'
"Masuk aja bi ! " Sahut seseorang dari dalam.
Nadien membuka pintu, menyembulkan kepalanya masuk. Pria itu masih belum melihat ke arah Nadien karna ia pikir itu Bi Sari.
"Ini kopinya.." Meletakkan secangkir kopi di atas meja.
Mendengar suara yang berbeda, pria tampan itu mengangkat pandangan nya. Ia terkejut melihat ternyata bukan bi Sari melainkan Nadien yang mengantar kopinya.
"Kamu ngapain disini?" Beranjak berdiri.
"Aku nganterin kopi yang kamu minta." Jawab Nadien dengan tenang.
"Bi Sari mana? Aku kan nyuruh bi Sari bukan kamu! " Tekan nya.
"Bi Sari lagi masak gak bisa di tinggal." Mulai gugup melihat reaksi pria di depan nya, yang nampak tak suka dengan kehadiran Nadien di kamarnya.
Pria tampan itu menghembuskan nafas panjang, "Sekarang cepet keluar ! " Titah nya pelan namun penuh penekanan.
"Em, sebenernya ada yang ingin aku katakan sama kamu." Kata gadis itu ragu-ragu.
"Apa? Cepat katakan! "
"Aku mau minta maaf soal semalam. Sekali lagi maafkan aku," menatap pria di depan nya sungguh-sungguh.
"Hanya itu? Bukankah, semalam kamu juga sudah mengatakan itu berkali-kali?"
Nadien menggeleng, "Aku juga mau bilang terimakasih."
Pria itu menatap Nadien datar, "Makasih karna kamu sudah menolongku dan menampungku di rumah ini. Terimakasih banyak, kalo aja malam itu kamu gak ada, aku gak tau lagi apa yang akan terjadi padaku." Ucap Nadien mengingat kejadian malam itu.
Pria tersebut hanya diam, memandangi Nadien dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Tidak perlu di bahas. Malam itu aku juga tidak sengaja lewat," ujarnya santai.
"Tapi tetep saja kamu sudah menolongku. Padahal kamu tidak mengenalku sama sekali, tapi kamu mau membantuku. Sekali lagi terimakasih banyak," seulas senyum menghiasi wajah cantiknya.
Pria itu tertegun sesaat, senyuman itu mengingatkan nya pada seseorang. Ada getaran aneh di hatinya, namun sebisa mungkin ia tahan.
"Oya kita belum berkenalan kan?" Kata Nadien ceria kemudian mengulurkan tangan nya, "Aku Nadien. Kamu?"
Pria itu menunduk menatap tangan Nadien yang menggantung di udara, lalu perlahan kembali naik menatap wajah gadis di depan nya.
"Gavin." Ucapnya tanpa membalas uluran tangan Nadien.
Nadien menarik sudut bibirnya kaku, lalu menurunkan tangan nya yang kosong.
"Kalo gitu aku permisi," tak ada jawaban. Nadien berlalu pergi dari kamar Gavin, sedang Gavin hanya menatap punggung Nadien yang perlahan hilang dari balik pintu.
Nadien sudah merasa lebih baik setelah beberapa hari tinggal di rumah Gavin, tapi sepertinya tidak mungkin Nadien harus terus-terusan berada di sini.
Ada banyak hal yang harus Nadien lakukan, ia harus melaporkan kejadian yang menimpanya pada kepolisian dan Nadien juga sudah lama meninggalkan pekerjaan nya.
"Non.. Non Nadien mau kemana?" Tanya Bi Sari yang kini sudah berada di depan pintu kamar Nadien.
"Aku mau pamit pulang Bi." Jawab Nadien menatap Bi Sari dengan senyuman.
"Pulang kemana?"
"Aku sudah lama di sini. Sudah saat nya aku pergi bi," timpal Nadien lembut.
"Tapi Non, kenapa Non Nadien gak tinggal di sini saja?"
Nadien tertawa ringan, "Ya ampun bibi. Inikan rumahnya Gavin, siapa aku dan kenapa aku harus tinggal disini? Lagian aku sekarang udah sehat dan aku harus melanjutkan hidupku."
"Emang Non Nadien mau tinggal dimana?" Tanya Bi Sari khawatir.
"Bibi tenang aja, aku tinggal di apart. Lagian aku juga harus kembali bekerja, sudah terlalu lama aku meninggalkan pekerjaan ku." Ujar Nadien, mengingat nasib pekerjaan yang sudah ia tinggalkan beberapa bulan ini.
Bi Sari menatap Nadien sedih, Nadien tersenyum menghampiri bi Sari.
"Bibi jangan sedih gitu dong. Aku janji, aku bakal main ke sini dan ketemu bibi nanti, yah?" Berusaha menghibur Bi Sari yang tampak sedih, mendengar Nadien akan pergi.
"Tapi bibi khawatir sama Non. Bibi takut terjadi sesuatu lagi kalo Non keluar dari rumah ini," menatap Nadien khawatir.
"Bibi jangan khawatir, aku bisa jaga diri dan aku akan baik-baik aja."
Jujur sebenarnya Nadien masih takut. Ia takut jika orang-orang itu akan mengejarnya lagi, pasalnya Nadien merasa jika mereka masih mencari dan mengincarnya. Tapi, mu bagaimana lagi Nadien juga tidak enak jika harus tinggal di rumah Gavin terus.
"Apa Non sudah izin sama Tuan?" Nadien menggeleng.
"Lebih baik Non Nadien izin dulu sama Tuan. Mumpung Tuan masih ada di rumah," saran Bi Sari.
"Em, baiklah. Tapi dimana dia sekarang?"
"Tuan ada di ruang kerjanya Non."
Nadien menangguk, "Baiklah kalo gitu aku permisi ya Bi."
Bibi menatap punggung Nadien, entah kenapa ia merasa tak rela melepaskan Nadien pergi. Bi Sari sudah nyaman bersama Nadien di rumah ini, bibi seolah punya teman semenjak ada Nadien. Mungkin itu salah satu alasan bi Sari tak mau jika Nadien pergi.
Tapi dirinya juga tidak punya hak jika harus memaksa Nadien tinggal di sini. Bi Sari hanya berharap semoga Nadien bisa tinggal di sini lebih lama lagi.
Nadien sudah berdiri di depan ruang kerja Gavin yang sedikit terbuka, Nadien mengetuk pintu setelah mendengar jawaban dari dalam gadis itupun melangkah masuk.
"Maaf, apa kalian sedang sibuk?" Menatap kedua pria tampan di depan nya.
Ternyata bukan hanya Gavin saja yang ada di ruangan itu Kendrick juga ada di sana. Entah apa yang sedang mereka bahas, tapi wajah mereka begitu tegang saat ini.
"Tidak. Ada apa, kenapa kamu datang ke sini?" Ujar Kendrick.
"Em iya. Ada hal yang ingin aku bicarakan sama kalian," kata Nadien hati-hati.
"Nanti saja, kami sedang membahas hal penting sekarang." Sambar Gavin.
"Tapi yang ingin aku katakan juga penting." Sahut Nadien cepat.
"Baik, ada apa?" Bukan Gavin melainkan Kendrik yang bicara.
"Aku berniat untuk pergi dari sini," sontak keduanya menatap Nadien.
"Apa yang kamu katakan?" Menatap Nadien tajam.
"Ya Gavin. Aku ingin pulang dan kembali melanjutkan hidupku, pekerjaan ku. Lagi pula aku sudah terlalu lama tinggal di rumah mu, aku gak enak."
Gavin memasukan kedua tangan nya kedalam saku celananya, "Dengar. Ini rumah ku dan aku tidak mempermasalahkan mu tinggal di rumah ini, lagi pula aku jarang di rumah."
"Tetap saja, aku gak enak. Aku gak mau terus-terusan ngerepotin kalian," timpal Nadien.
"Apa kamu tau, kalau orang-orang yang mengejar kamu malam itu belum tertangkap?"
Seketika wajah Nadien berubah tegang, "Itu artinya nyawa kamu masih terancam dan kamu masih belum aman. Jadi tetap lah disini, lagi pula bagus kan Bi Sari jadi punya teman di rumah ini." Terang nya.
Bukan nya tidak mau, tapi kalau Nadien terus di sini. Bagaimana dengan pekerjaan dan masa depan nya?
"Begini saja. Kamu tinggallah disini temani bi Sari atau terserah kamu mau ngapain, dan aku akan gaji kamu." Tawar Gavin.
Nadien tersentak, "Maksudmu?"
"Ya kalo kamu tidak enak tinggal di rumah ini tanpa melakukan apapun. Kamu boleh ikut kerja seperti bi Sari dan aku akan membayar kamu," ucap Gavin.
"Beneran?"
"Hm."
"Baiklah aku mau," menerima tawaran Gavin dengan antusias.
Gavin dan Kendrik tersenyum melihat ekspresi wajah Nadien.
"Oya, sebenarnya ada yang ingin ku tanyakan sama kalian."
"Apa?" Sahut Kendrick.
"Aku boleh tau, apa penyebab aku bisa pingsan sangat lama dan apa yang terjadi padaku setelah malam itu?"
Kedua pria itu diam menatap Nadien dengan tatapan yang sulit di artikan. Gavin mengalihkan pandangan nya menatap Kendrick ia seolah meminta Kendrick yang menjelaskan.
"Aku harus pergi. Kendrick akan menjelaskan semuanya pada mu, " kemudian Gavin ke luar dari ruangan nya.
Nadien menatap Kendrick, menunggu penjelasan apa yang akan Kendrick katakan padanya soal keadaan dirinya setelah malam itu.
...****************...
Jangan lupa Like, Vote dan Komentarnya ya😊
Terimakasih...