NovelToon NovelToon
Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lily Dekranasda

Jessy, 30th seorang wanita jenius ber-IQ tinggi, hidup dalam kemewahan meski jarang keluar rumah. Lima tahun lalu, ia menikah dengan Bram, pria sederhana yang awalnya terlihat baik, namun selalu membenarkan keluarganya. Selama lima tahun, Jessy mengabdi tanpa dihargai, terutama karena belum dikaruniai anak.

Hingga suatu hari, Bram membawa pulang seorang wanita, mengaku sebagai sepupu jauh. Namun, kenyataannya, wanita itu adalah gundiknya, dan keluarganya mengetahui semuanya. Pengkhianatan itu berujung tragis—Jessy kecelakaan hingga tewas.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua. Ia terbangun beberapa bulan sebelum kematiannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ya Aku Serius

Aku memasuki kafe dengan langkah percaya diri. Aroma kopi dan roti panggang yang harum memenuhi udara, tapi pikiranku terlalu penuh untuk memperhatikannya.

Mataku langsung menangkap sosok Chika yang sudah duduk di meja dekat jendela. Begitu melihatku, dia langsung melambai heboh.

"Jess! Duduk sini!" serunya, menarik kursi di depannya.

Aku tersenyum tipis dan berjalan mendekat.

"Aku udah pesenin kopi kesukaanmu!"

Aku tersenyum tipis dan segera duduk di hadapannya.

Begitu aku duduk, Chika langsung menatapku penuh selidik.

"Oke, spill sekarang. Ada angin apa kamu ngajak aku ketemuan?" tanyanya sambil menyesap kopinya.

Chika yang baru saja akan menyeruput kopinya, langsung tersedak. "Apa?!" Dia buru-buru meraih tisu dan menepuk dadanya. Matanya membulat, menatapku seakan aku baru saja mengaku sebagai alien. "Astaga, aku nggak salah dengar, kan? Kamu bilang mau cerai?!"

Aku menarik napas dalam, mengangguk mantap. lalu menatapnya dengan serius. "Ya. Aku mau cerai dari Bram."

"Kau serius?" tanya nya masih tak percaya.

Aku mengangguk. "Ya, aku serius. Aku sudah muak dengan semua ini."

Chika menatapku lama, seakan memastikan aku benar-benar serius. Lalu, perlahan bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyum lebar, lalu tiba-tiba dia bersorak kegirangan. "YES! AKHIRNYA! Aku udah nunggu momen ini dari dulu, tahu nggak?!"

Aku terkekeh melihat reaksinya. "Kamu senang banget, sih?"

Chika menggebrak meja, membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah kami. "Aku nggak tahu harus sedih atau senang," lanjutnya. "Tapi aku lebih cenderung senang sih! Sudah waktunya kamu melepaskan brengsek itu! Aku udah muak lihat kamu disia-siakan sama laki-laki brengsek itu!"

Aku tersenyum tipis. "Makanya aku mau cerai. Aku nggak mau terus-terusan jadi orang bodoh."

Chika menatapku penuh kebanggaan. "Jess, akhirnya kamu sadar juga! Aku bangga sama kamu!" Dia menggenggam tanganku erat. "Kamu nggak sendirian. Aku bakal bantu kamu sebisaku."

Aku mengangguk, merasa lega karena punya sahabat seperti Chika. "Terima kasih, Chik."

"Aku ingin prosesnya cepat. Aku nggak mau membuang lebih banyak waktu dengan orang-orang itu. Bukankah kau punya banyak kenalan? Bagi dong satu." ucapku sambil menyesap kopiku pelan.

Chika mengangguk cepat. "Jangan khawatir! Aku tahu orang yang tepat buat bantu kamu."

Dia lalu merogoh ponselnya dan mulai mengetik sesuatu. Aku menatapnya dengan bingung.

"Kamu mau ngapain?" tanyaku.

"Nelepon Kak Jason."

Aku mengernyit. "Kak Jason?"

Chika mengangguk semangat sambil merogoh ponselnya. "Iya! Kakakku, Jason, kan pengacara handal. Dia bisa bantu kamu buat urusan perceraian ini! Kamu beruntung punya aku sebagai sahabat. Aku bakal kasih kamu pengacara terbaik!"

Aku sedikit ragu. "Tapi Chik—"

Chika sudah menempelkan ponselnya ke telinga. "Tunggu sebentar!"

Aku sempat ragu sejenak, tapi Chika sudah menekan tombol panggil. Aku hanya bisa menghela napas saat dia mulai berbicara dengan kakaknya.

"Halo, Kak! Kak Jason sibuk nggak?"

Aku bisa mendengar suara Jason di seberang sana, meski samar-samar.

"Nggak terlalu. Kenapa, Chik?"

"Jessy mau cerai, Kak!"

Aku menutup wajah dengan tangan, merasa Chika terlalu blak-blakan. Tapi aku juga mendengar suara Jason yang tiba-tiba terdengar lebih bersemangat.

"Serius?! Jessy mau cerai sama suaminya?"

Chika mengangguk meski Jason tidak bisa melihatnya. "Iya, serius! Kakak bisa bantu kan?"

Ada jeda sejenak sebelum Jason menjawab. "Tentu saja bisa! Suruh dia ke kantorku sekarang juga."

Aku melongo. "Hah? Sekarang?"

Chika melemparkan senyum penuh kemenangan. "Dengar itu? Kak Jason nggak mau buang waktu."

Aku masih terdiam, mencoba mencerna ucapan Chika.

"Jess, ayo berangkat sekarang," kata Chika, sudah bersiap berdiri.

Aku mengernyit. "Tapi... Ini beneran Chik? Sekarang?."

"Tentu saja, sekarang adalah waktu terbaik! Selagi niatmu masih kuat! Ayo!" ucap Chika dengan semangat 45.

Aku mendesah pasrah. "Baiklah."

Kami segera meninggalkan kafe dan menuju kantor Jason.

Setibanya di kantor Jason, kami langsung disambut oleh resepsionis yang sudah mengenal Chika.

"Silakan masuk. Tuan Jason sudah menunggu," katanya ramah.

Aku semakin gugup saat berjalan menuju ruangan Jason. Ketika Chika membuka pintu, Jason sudah berdiri menatapku dengan ekspresi serius.

"Jessy," sapanya.

Aku tersenyum canggung. "Hai, Kak Jason."

Dia mengisyaratkan kami untuk duduk. "Aku nggak nyangka kamu akhirnya memutuskan ini. Kamu baik-baik saja?"

Aku mengangguk. "Aku baik-baik saja."

Jason menghela napas, lalu menatapku dengan penuh perhatian. "Aku sudah lama berharap kamu mengambil keputusan ini. Bram bukan pria yang pantas buat kamu."

Aku terdiam sejenak, lalu berkata, "Karena itu, aku butuh bantuan Kak Jason."

"Aku akan bantu semaksimal mungkin," kata Jason tegas. "Kita mulai dari mana?"

Aku menatapnya ragu. "Aku belum tahu harus mulai dari mana, Kak."

Jason mengangguk mengerti. "Tenang, aku akan jelaskan semuanya. Proses cerai itu bisa panjang atau cepat, tergantung bagaimana kita menanganinya. Aku perlu tahu, apakah Bram akan setuju?"

Aku menghela napas. "Aku belum membicarakan ini dengannya."

Jason menatapku dalam. "Baik. Kita bisa mulai dengan mengumpulkan bukti dan alasan yang kuat. Aku akan bantu menyusun semuanya."

Aku mengangguk, merasa lebih tenang. "Terima kasih, Kak Jason."

Jason tersenyum tipis. "Apapun buat kamu, Jess."

Setelah hampir satu jam berbincang, aku akhirnya memutuskan untuk pamit. Chika masih terlihat santai di sofa, sementara Jason menatapku dengan ekspresi serius seperti biasa.

"Baiklah, Kak Jason. Terima kasih atas waktunya. Aku akan menghubungi lagi kalau sudah siap melangkah ke tahap berikutnya," kataku sambil bangkit dari kursi.

Jason mengangguk. "Kapan pun kamu butuh bantuan, hubungi aku, Jess."

Aku tersenyum tipis, lalu melangkah keluar dari ruangan. Tak lupa aku pamitan terhadap Chika. Saat menutup pintu, aku tidak menyadari bahwa Jason masih berdiri di tempatnya, menatap punggungku sampai aku benar-benar menghilang dari pandangan.

Jason masih menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup dengan sosok Jessy yang telah pergi. Matanya tetap tertuju ke luar, seolah masih bisa melihat sosok Jessy yang sudah menghilang dari pandangan.

Di dalam ruangan, Chika yang masih duduk bersandar di sofa memperhatikan kakaknya dengan alis terangkat. Jason yang biasanya dingin dan tidak peduli pada siapa pun, kini jelas-jelas menunjukkan ekspresi berbeda saat melihat Jessy pergi.

Chika menatap kakaknya dengan mata berbinar penuh antusias. Senyumnya melebar, dan tubuhnya sedikit maju ke depan, menahan rasa penasaran yang membuncah.

"Kak! Kakak suka Jessy, ya?!" serunya dengan suara nyaring.

Jason menghela napas pelan, lalu menoleh ke adiknya dengan tatapan datar. "Jangan mulai, Chik."

Tapi bukannya diam, Chika justru semakin bersemangat. "Astaga! Aku tahu! Aku tahu! Kak Jason suka sama Jessy, kan?! Kenapa aku nggak sadar dari dulu?!"

"Chika, jangan bicara sembarangan." ucap Jason dengan datar.

Jason kembali ke kursinya, meraih dokumen dan pura-pura sibuk membacanya. Berharap Chika jangan bertanya apapun padanya.

1
Aris Pratiwi
bs utk self reminder. karma itu ada
aliifa afida
luar biasa/Heart//Heart//Heart//Heart/
yetiku86
luar biasa 👍👍👍👍
yetiku86
angkat tangan ke kamera kalau ngga kuat Chik 😅
yetiku86
sebelum Jessy menjadi menantumu juga kere kali 😌. amnesia dia 😅
Nii
ya
Asih
ya mmng si Moli bukannya sadar malah selalu ingin bls demdam
Erlinda
dasar jalang ga tau diuntung mampus aja kau.
paty
bego
Ria Gazali Dapson
ko masih bodoh ya, ga keluar juga dari rumah mertua, pdhal udah tau, mo d bikin tewas, mobilnya d sabotase, trus apa yg d pertahan kan
Ria Gazali Dapson
ko bodoh, 5th,mo ja jdi babu gratisan, pdhal kaya dn terpelajar, tpi kebodohan nya d piara, bodoh permanen, sampe tewas pula, 😭
Nindi Maylawati
/Smile//Smile//Smile/
zee_
/Facepalm/
zee_
lahhhh
Yayat Sumiati
ceritamya keren abis👍
Yayat Sumiati
jessy yg kereen...hajar teroooss sampe puas...jadi semangat bgt aku baca novel nya
Yayat Sumiati
bodoh amat sih jessy harus nya tuh pinter dikit waktu masak tuh sambil icip icip yg byk ..nanti waktu makan klo kehabisan kan dah kenyang..
aisy
semangat untuk karya² lainnya kak
rosemarie
SUKA! SUKA BGT CERITANYA, awal-awal kesel bgt tapi puas lah ya sama pemeran utamanya yang berubah sepenuhnya. good job thor, alurnya bagus bagus, salting sama jason ak thor uhuk, tanggung jawab thor
rosemarie
batrenya kok ga abis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!