Raden Saka Teguh, pewaris perusahaan kaya di Jakarta menyamar menjadi Jaka Tarub, pria miskin di pedesaan Jawa Timur saat berusia 25 tahun karena ingin mencari wanita yang tidak gila harta untuk bersanding bersamanya.
Sudah 1 tahun, Saka dalam penyamaran menjadi Jaka dan belum menemukan wanita yang bisa mengambil hatinya. Ketampanannya ia sembunyikan menggunakan gigi palsu yang maju kedepan dan Saka terpaksa harus mencoklatkan kulitnya menggunakan perawatan tanning dari klinik kecantikan serta dibantu dengan lulur coklat yang ia gunakan setiap akan keluar rumah.
Saka tinggal bersama nenek tua sebatang kara sebagai cucu. Nenek Minten namanya dan berprofesi sebagai petani dan penjual sayuran di pasar. Saka membantu meringankan pekerjaan nenek Minten selama setahun ini.
Penantian 1 tahun akhirnya Saka sebagai Jaka menemukan wanita yang ia inginkan. Anak pak RT yang baru saja pulang dari pendidikan di Australia. Tapi wanita itu membenci Jaka di pertemuan pertama. Apa yang terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPERGOK WARGA
Karena pintu pondok sudah ditutup, angin hujan dari luar tidak masuk ke ruangan dimana ada 2 orang manusia yang terpaksa berbagi selimut.
Jaka dan Fina menjadi canggung. Mereka tidak berani menatap satu sama lain karena hawa hangat mulai mereka rasakan dari selimut yang sama.
"Ehem eheem, badanku mulai hangat, sepertinya kamu tidur dulu saja. Aku akan berada di samping kasur lipat ini agar kamu bisa merebahkan diri" ucap Jaka.
"Baiklah. Sebenarnya jika kamu ingin tidur juga di kasur ini, tidak masalah. Kita tidak akan melakukan hal yang lebih dari tidur bersama. Keadaan seperti ini mau bagaimana lagi" sahut Fani.
Jaka pun hanya mengangguk saja lalu demi menjaga senjatanya agar tidak bangun, ia bergeser agak menjauh dari si wanita itu yang mulai merebahkan diri di kasur.
Jaka memilih menyandarkan tubuhnya di tembok pondok dan hanya bagian bawahnya yang terkena selimut.
Karena mungkin sudah terlalu lelah, Fani tertidur. Jaka memperhatikan wanita itu terlihat damai jika sedang tidur daripada ketika bangun.
"Cantik sebenernya cewek ini, tapi ya itu sombongnya tidak ketulungan tadi" batin Jaka.
Entah sejak kapan Jaka pun tertidur dan lama kelamaan tubuhnya jatuh juga di kasur lipat itu. Tidur disebelah Fani yang sudah pulas.
Berjam jam kemudian, tak terasa hari sudah terang. Matahari sudah menyinari dataran tinggi pengunungan di Kota Batu. Hujan sudah reda dari tadi malam dan banjir pun mulai surut.
Kedua manusia yang tidur di selimut yang sama itu, tidak sadar saat ini posisi mereka saling memeluk dan tubuh mereka saling menghangatkan meskipun aset mereka masih tertutup kain.
Ceklek
Pintu pondok dibuka oleh seseorang.
"ASTAGAAA!!! ADA KUMPUL KEBO DISINI!!" teriak seorang pria tua yang datang ke pondok itu berniat untuk mengecek pondok tuan tanahnya. Pria itu adalah salah satu petani kebun teh dari keluarga Feri.
Akhirnya teman teman petaninya datang bersamaan dengan Pak Daru, ayah Feri yang sengaja datang untuk mengecek kebun tehnya setelah hujan badai kemarin. Ia ingin memastikan apakah kebunnya terkena banjir.
"JA...KAAAA.." seru Daru kaget saat melihat wajah sahabat temannya. Ia tau siapa Jaka sebenarnya, namun ia mengikuti permainan penyamaran anak muda itu.
Merasa namanya dipanggil pagi pagi, Jaka mengira Nenek Minten yang membangunkannya. Lalu ia bangun dan langsung mendudukan tubuhnya sambil mengucek mata sebelum ia bisa melihat siapa didepannya.
Saat matanya mulai terbuka dan menyadari jika saat ini dia berada di pondok keluarga Feri, ia pun langsung menatap beberapa orang yang sudah berdiri dihadapannya.
"Pak..Paklek..." ucap Jaka gugup.
Fani merasa terganggu tidur nyenyaknya karena gerakan seseorang disamping serta suara ramai ramai didekatnya.
"Ada...apaa?" tanya Fani yang menoleh kesampingnya dulu tanpa menyadari jika didepannya banyak orang.
"Loh..loh..loh..ini kan putrinya Pak RT kampung pucuk kan? Kok bisa disini?" tanya salah satu orang.
Daru pun langsung bersuara lagi sebelum gosip ini menyebar ke luar.
Menyadari ada suara orang lain diruangan ini, Fina pun menoleh kedepan dan begitu terkejut sudah banyak orang di pondok yang ia tempati.
"Jaka, segera pake bajumu dan suruh wanita ini pake bajunya. Kalian akan aku nikahkan setelah persetujuan Pak RT Kampung Pucuk sebagai ayah wanita ini" ucap Daru tegas, membuat Jaka tak bisa berkutik namun beda dengan Fina yang memberi pembelaan diri.
"Pak, saya gak mau nikah sama dia. Kita gak ngapa ngapain. Kita cuma...." belum saja menyelesaikan penjelasannya, sudah dipotong oleh pria tua yang tadi menemukan mereka pertama kali dalam pondok.
"Anak muda sekarang emang banyak alasan. Udah kepergok tidur sekasur gak pake baju lagi terus mau ngapain. Aduh aduuuh, bahaya kalau dibiarin gini" sela pria itu.
Daru pun memberikan ketegasannya kepada semua petani dan orang orang yang datang di pondok itu. Ia tau siapa keluarga Jaka maka dari itu ia berusaha menjaga nama baik mereka.
"Pak Jamil diam aja, mereka sudah dewasa. Coba lihat kepala Jaka yang diperban, pasti mereka terpaksa melakukan hal ini. Dan semuanya yang ada disini jangan menyebar gosip yang gak benar. Biar saya yang mencari solusi bersama Pak RT" jelas Daru.
Semua karyawan petaninya pun diam tidak berani menyahuti.
"Ayo Jaka, pakai bajumu dan suruh wanita itu juga pakai baju. Aku akan mengantar kalian ke kampung Pucuk" lanjutnya.
"Ini ini, tuan, baju kedua orang itu" ujar orang lain yang mengambil baju dijemur didepan pondok lalu diberikan kepada Daru.
Tuan tanah itu pun menaruh baju tersebut di hadapan Jaka dan Fina.
"Aku tunggu 5 menit gak pake lama" ucap Daru lalu keluar pondok dan diikuti oleh semua orang yang hadir. Orang terakhir menutup pintu kembali.
"AIIISHHH! KETEMU KAMU JADI SIAL" umpat Fina sangat kesal dan marah pagi pagi kepergok sekasur sama seorang pria dihadapan banyak orang.
"KOK BISA AKU YANG SALAH? KAMU SENDIRI YANG DATANG DI WAKTU YANG TIDAK TEPAT LAGI BADAI DAN SOK GENGSI GAK MAU NUNGGU HUJAN REDA DIDALAM TAXI KARENA NAMBAH BAYAR 300 RIBU" balas Jaka tak kalah marah.
Disalahkan saat kepalanya sudah jadi korban batu besar di sungai, membuatnya merasa pusing pagi pagi. Jaka pun kembali ke setelan dirinya sebagai Raden Saka Teguh yang tidak bisa disalahkan begitu saja.
"YA KAMU YANG SOK PAHLAWAN NOLONG AKU EH MALAH KENA BATU SENDIRI DAN BUAT AKU SUSAH! DASAR PRIA GAK JELAS, UDAH JELEK, SOK KUAT LAGI!!" balas Fina tak mau kalah.
Belum juga Jaka membalas omelan wanita disebelahnya ini, dari luar pondok terdengar suara Daru.
"Kalian bertengkar nanti saja, kurang 3 menit waktu kalian untuk ganti baju sebelum kalian diarak keluar pondok dengan paksa oleh karyawanku" seru Daru dari luar.
Buru buru Jaka berdiri dan mengabaikan kondisi miliknya yang saat ini mengeras dan menonjol di balik kain penutupnya. Sentuhan tidur bersama Fina membuatnya pagi pagi sudah ON dan bergairah tanpa ia sadari tadi. Untung saja dia pakai boxer jadi tidak terlalu terlihat di hadapan wanita yang bersamanya.
Ia segera memakai celana dan bajunya, Fani pun sama segera memakai dress yang sudah sobek bagian bawahnya.
Mereka pun keluar pondok bergantian. Jaka dulu baru Fani dibelakangnya.
"Tidak kukira anak Pak RT bisa melakukan hal tidak baik ini. Apa karena pergaulan di luar negeri yang bebas ya?"
"Iya, aku juga gak nyangka aja anak Pak RT yang dibangga banggakan bisa kuliah di luar negeri pulang pulang melakukan hal begini sama si Jaka lagi"
"Aku kalau jadi Pak RT udah gak bisa nyimpen muka lagi di hadapan warga yang tau hal ini"
"Jaka tuh boleh jelek tapi bisa dapetin anak Pak RT luar biasa juga ya"
"Aku juga gak nyangka Jaka pekerja keras yang selalu membantu nenek Minten setiap harinya bisa berbuat tak senonoh begini"
"Padahal terlihat culun tapi ternyata suhu"
Banyak bisik bisik orang yang menjelekkan Fina dan Jaka bersamaan.
Daru langsung membawa 2 orang itu menuju kampung pucuk dimana Jaka dan orang tua Fina tinggal menaiki mobil jeepnya.