Cerita Di Balik TRAGEDI (Seoson 2)

"Apa yang paman dapatkan tentang nona Yu?" tanya Elvin. Ia tengah berada di H.G dan saat ini tengah bersama dengan Owen dan juga Hulk. Mereka tengah mencari informasi tentang nona Yu yang di katakan tahanan 1 saat itu.

"Banyak yang disebut dengan nona Yu. Ada yang berasal dari kalangan atas dan juga menengah. Beberapa dari kalangan atas...paman rasa itu tidak mungkin. Karena ada yang sudah menikah dan informasi tentang mereka jelas. Ada yang masih singel, tapi dia seorang mahasiswi. Paman hanya menduga dari salah satu yang berasal dari kalangan bawah " jawab Owen .

"Memang apa yang membuat paman menduga bahwa nona Yu adalah dia?"

"Yu....bisa juga adalah marga keluarga, namun bisa juga hanya singkatan nama. Pria itu mengatakan kalau Wibhawa sering memanggilnya Yu, itu berarti hanya singkatan nama. Ada 1 nama yang membuat paman berfikir bahwa itu adalah wanita yang dimaksud, yaitu adalah Yuri" jawab Owen .

"Yuri?" Elvin mengerutkan keningnya.

"Paman memanggil mu kesini untuk melihat foto wanita itu. Kamu masih ingat wajah orang tua Jun ?" tanya Owen

"Mungkin iya, mungkin tidak. Aku tidak ingat betul bagaimana wajahnya. Mungkin jika aku melihatnya, aku bisa ingat" jelas Elvin .

Owen mengangguk. "Perlihatkan foto itu, Hulk !" Owen melirik Hulk yang hanya diam mendengarkan sejak tadi.

Hulk mengambil iPad yang ada di meja tak jauh dari mereka dan memperlihatkan foto itu pada Elvin , serta beberapa data diri wanita itu .

"Mata ini, sangat mirip dengan mata Jun . Begitupun juga dengan hidungnya " ucap saat melihat foto itu.

"Ini pasti orang tua Jun , paman. Tidak salah lagi" ucap Elvin lagi.

Owen mengangguk mengerti. "Paman akan menyuruh mereka yang ada di negara K untuk mencari tahu tentang wanita bernama Yuri dan apa hubungannya dengan Wibhawa. Kita tidak bisa mengklaim begitu saja tanpa memiliki bukti yang kongkrit " Elvin mengangguk paham mendengarnya.

"Apa menurut paman masih ada yang akan mengincar Jun setelah kita menangkap 2 bawahan Wibhawa ?"

"Itu pasti masih ada. Wibhawa tidak akan berhenti jika tujuan belum tercapai. Dia akan terus gencar melakukannya. Setelah tidak mendapatkan informasi lagi dari kedua bawahannya yang saat ini bersama kita, dia pasti langsung mengirim bawahannya yang lain"

"Apa beberapa hari ini paman mengantar Jun tidak ada hal yang mencurigakan ?"

"Tidak ada" jawab Owen.

"Mereka bisa saja tengah membaca situasi. Mereka akan memperhatikan apa yang kita lakukan terlebih dahulu. Ketika mereka sudah cukup untuk membaca situasi, barulah mereka akan bergerak " sahut Hulk.

"Benar, maka dari itu hanya paman saja yang mengantar Jun . Jangan sampai mereka tahu jumlah kita. Jika mereka tahu mereka akan mengirim lebih banyak anggota miliknya untuk melawan " seru Owen.

"Apa ada yang harus aku lakukan, paman?" tanya Elvin .

"Tidak ada. Lakukan saja kegiatan mu seperti biasa. Anggap saja semuanya sudah aman agar mereka cepat muncul" jawab Owen.

.

.

.

Di lain sisi, Felix tengah menjemput Anggitha di rumahnya. Ia ingin mengajaknya jalan-jalan menikmati angin sore.

"Kalau bisa mainnya jangan jauh-jauh ya?" pesan ayah kala melihat putrinya akan menaiki motor.

"Iya, om. Hanya di taman tak jauh dari sini " sahut Felix.

"Yasudah. Kalian hati-hati "

"Dah, ayah" Gita melambaikan tangannya bersamaan dengan motor yang sudah berjalan.

Ayah hanya tersenyum melihat kedekatan mereka. "Siapapun yang akan kamu pilih, ayah akan menyetujuinya, nak. Melihat pria yang memperlakukan mu dengan sangat baik sudah cukup membuat ayah senang " gumam ayah.

Walaupun sang sahabat menginginkan sang putri kembali menjadi menantunya, namun ia tahu Elvin belum bisa menerima kehadiran Anggitha di sisinya. Ia akui kesetiaan Elvin pada putri keduanya.

"Andai kamu masih berada di sini, nak. Kamu pasti merasa sangat beruntung memiliki suami yang begitu setia dengan mu " ayah kembali mengingat Clara yang lebih dulu menyusul ibunya.

Ayah menarik nafas pelan, lalu menghembuskan perlahan. Ia masuk ke dalam rumah mencari kesibukan apa saja yang bisa di kerjakan.

.

.

Sementara Felix dan Anggitha telah sampai di taman. Taman kecil yang sedikit jauh dari kota. Walaupun begitu banyak anak-anak dan juga orang dewasa disana. Sekedar bermain ataupun lari-lari sore.

"Kita beli jajan dulu. Mau gak?" tanya Felix setelah memarkirkan motornya.

"Boleh" Anggitha ikut saja.

Mereka melihat jajanan apa saja yang ada di sana. Sampai mereka memutuskan untuk membeli kue buroncong yang dipanggang menggunakan kayu bakar, sehingga memiliki rasa tersendiri.

Buruncong sangat enak saat masih hangat. Rasa manis dan asin bercampur dengan kelapa terasa gurih. Sungguh enak.

Setelah membelinya mereka duduk lesehan di atas rumput tepat di bawah pohon. Menikmati kue sembari memperhatikan orang-orang di sekitar.

"Gita " panggil Felix.

Anggitha menoleh, "Iya?"

"Aku tahu, mungkin ini terlalu cepat. Bahkan kita bertemu belum cukup 3 Minggu, tapi maafkan aku yang harus memiliki perasaan ini padamu. Sungguh, aku gak memiliki maksud apapun, tapi aku serius dengan perasaan ku. Mau kah kamu _____

"Mungkin kamu melihat sebagai Agatha (Clara)" potong Anggitha . "Aku dan Agatha berbeda. Wajah kami memang sama, namun sikap dan fisik ku sangat berbeda dengannya "

"Aku tahu itu. Aku gak melihat mu seperti seperti Clara (Agatha ). Aku memang berteman dengannya, tapi bukan berarti aku pernah menyukainya. Aku gak pernah sama sekali memiliki perasaan padanya. Dulu aku memang menyukai seseorang, tapi bukan Clara....namun sahabatnya "

"Fara? kamu pernah menyukai Fara?" ia sungguh tak berfikir kalau Felix pernah menyukai Fara, tetangganya dulu sekaligus sahabat adiknya.

"Ya, tapi itu dulu... sekarang tidak lagi. Aku menyukaimu, Gita " Felix menatap Gita dalam.

"Lebih baik kamu mengubur prasaan itu. Aku gak bisa bersama mu" Gita langsung berdiri dan meninggalkan Felix.

Felix kaget dan mengejarnya. "Gita ... tunggu !!" Felix menahan tangan Anggitha .

"Apa alasannya ?" Felix ingin mengetahui apa alasan Anggitha menolaknya.

Gita menggeleng pelan. Matanya berkaca-kaca ketika bersitatap dengan Felix. "Aku ingin pulang " ucapnya seraya melepaskan pegangan Felix padanya.

"Baiklah, kita pulang. Aku akan mengantar mu pulang" Felix tidak ingin bertanya lagi. Ia sungguh kecewa, namun itu pilihan Anggitha sendiri. Ia tidak bisa memaksa. Walaupun ia sangat ingin tahu alasannya.

Mereka akhirnya pulang. Selama perjalanan tidak ada percakapan sama sekali. Mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.

Setibanya di rumah ayah, Anggitha langsung turun begitu saja tanpa mengatakan apapun, bahkan menoleh sekali pun kearah Felix. Felix hanya bisa menghela nafas, lalu pergi dari sana dengan perasaan yang berkecamuk.

.

.

NEXT