Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Perubahan Ratu
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, Marsya kaget ternyata dari tadi dia ketiduran. "Astaga, aku ketiduran," gumam Marsya.
Marsya bergegas masuk ke dalam kamar mandi, dia ingin mencuci wajah sebelum dia menemui Ratu. Setelah selesai mencuci wajahnya, Marsya memeriksa keadaan Tessa dan kondisinya masih sama. Marsya pun bergegas keluar dari kamar Tessa namun dia bingung di mana letak kamar Ratu berada.
Pada saat Marsya sedang kebingungan, seorang pelayan bernama Berta menghampiri. "Bu dokter mau ke mana?" tanya Berta.
"Maaf Bi, aku sedang mencari kamar Nona Ratu," sahut Marsya.
"Apa Bu dokter dapat perintah dari Tuan King?" tanya Berta.
"Iya, aku diperintahkan untuk memeriksa keadaan Nona Ratu," sahut Marsya kembali.
"Kalau begitu, mari ikut saya biar saya yang antarkan Bu dokter ke kamar Nona Ratu."
"Terima kasih, Bi," ucap Marsya.
Marsya pun mengikuti langkah Berta, wanita 40 tahun itu sudah 10 tahun lamanya bekerja di sana. Marsya sangat kaget kala melihat keberadaan pengawal di setiap sudut ruangan. Rumah itu benar-benar dijaga ketat, maka pantas saja jika Rey tidak bisa kabur sama sekali.
"Banyak sekali penjaganya," gumam Marsya.
Berta tersenyum tipis. "Di sini pengawal dan CCTV ada di mana-mana, Bu dokter. Jadi, Bu dokter jangan macam-macam kalau tidak mau menerima amukan Tuan King," ucap Berta dengan nada yang lumayan pelan.
Marsya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Entah kenapa, walaupun di sana banyak sekali pengawal, Marsya tidak merasa takut sama sekali. Justru, dia merasa takut kepada King karena aura King menurut Marsya sangat berbeda dengan orang pada umumnya.
"Ini kamar Nona Ratu, dia sulit sekali untuk berbicara tapi dia tidak bisu," jelas Berta.
"Iya, aku sudah tahu karena Tuan King tadi sudah memberitahukanku," sahut Marsya.
"Kalau begitu saya kembali bekerja lagi, jika Bu dokter butuh apa-apa panggil saja pelayan," seru Berta.
"Baik Bi, terima kasih," sahut Marsya.
Sebelum masuk ke dalam kamar Ratu, Marsya menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. "Semoga semuanya berjalan dengan mulus," batin Marsya.
Perlahan Marsya membuka pintu kamar Ratu, membuat Ratu kaget dan langsung duduk dipojokan seperti ketakutan. "Halo Ratu, ini aku Dr.Marsya. Kamu jangan takut, aku bukan orang jahat kok," ucap Marsya lembut dengan senyumannya.
Ratu menggelengkan kepalanya sembari memeluk ke dua lututnya. Marsya mengerutkan keningnya merasa aneh dengan sikap Ratu. "Anak ini kenapa?" batin Marsya.
Perlahan Marsya menghampiri Ratu yang duduk di sudut tempat tidurnya. Marsya duduk di hadapan Ratu dan menatap Ratu tapi Ratu sama sekali tidak mau menatap Marsya seperti malu dan takut. Marsya mencoba menyentuh tangan Ratu tapi Ratu langsung menarik tangannya.
"Ratu, kata Tuan King kamu tidak pernah bicara padahal kamu tidak bisu. Kamu tahu gak, diluaran sana masih banyak orang-orang bisu beneran yang ingin sekali bisa berbicara, sedangkan kamu yang sudah diberikan fisik yang sempurna oleh Allah malah tidak mau memanfaatkannya. Allah benci loh, melihat kamu seperti ini. Bagaimana kalau nanti Allah benar-benar mencabut suara kamu? apa kamu mau?" ucap Marsya lembut.
Ratu hanya diam saja, dia sebenarnya anak yang cerdas namun karena King dan Raja tidak pernah mengizinkan Ratu untuk keluar membuat Ratu tumbuh menjadi anak yang introvert dan penakut. Di tambah Ratu mempunyai trauma masa lalu yang entah apa itu. Marsya mencoba menyentuh tangan Ratu kembali, kali ini tidak ada penolakan membuat Marsya tersenyum.
"Jangan takut, dokter bukan orang jahat justru dokter ingin menyembuhkan kamu dan mengembalikan kepercayaan diri kamu. Kamu boleh kok, cerita apa pun sama dokter bahkan uneg-uneg yang selama ini kamu pendam bisa kamu ceritakan sama dokter biar kamu plong," ucap Marsya lembut.
Ratu dengan ragu-ragu mulai menatap mata Marsya. Marsya menyunggingkan senyumannya dan ajaibnya Ratu pun ikut tersenyum dan menganggukkan kepala. Marsya mengusap kepala Ratu dengan lembut.
Tiba-tiba, pintu kamar Ratu terbuka. "Dokter, boleh Arsy ikut main?" tanya Arsy dengan polosnya.
Marsya tersenyum, dia merentangkan tangannya. "Sini sayang, boleh dong," sahut Marsya.
Arsya berlari dan duduk di pangkuan Marsya. Marsya menggelitiki Arsy membuat Arsy tertawa terbahak-bahak. Bahkan Ratu pun ikut tersenyum walaupun masih sedikit samar-samar.
Sore itu Marsya dan kedua anak itu bermain bersama, Ratu mulai cair dan tidak kamu lagi. Sebenarnya Marsya juga jarang sekali tersenyum apalagi tertawa, tapi bersama Arsy dan Ratu, Marsya merasakan bahagia. Andrew yang tidak pernah lepas melihat CCTV, ikut menyunggingkan senyumannya.
"Wow, hebat juga dokter itu. Untuk pertama kalinya, Ratu bisa tertawa benar-benar pemecah rekor nih," gumam Andrew.
Andrew segera mengirimkan rekaman CCTV kepada King. King sampai kaget melihat rekaman CCTV itu membuat pria yang sedang duduk disebelahnya heran. "Ada apa?" tanya Raja.
King menyerahkan ponselnya kepada Raja. Dia tak kalah kaget dengan King, bahkan Raja sampai bangkit dari duduknya. Dia tidak percaya melihat yang katanya anak angkatnya itu bisa tertawa lepas setelah bertahun-tahun tidak bisa mengeluarkan suaranya.
"Siapa wanita ini?" tanya Raja.
"Dia dokter baru pengganti Rey, Rey izin dulu karena anaknya sakit," sahut King sembari menyesap minuman di tangannya.
"Kenapa kamu tidak bilang dulu padaku? apa kamu tahu asal-usul dia? bagaimana kalau dia bagian dari musuh kita?" geram Raja.
"Aku yakin, dia bukan orang jahat. Bahkan sebelumnya aku sudah bertemu dengan dia dan dia yang mengobati tangan aku yang terkena tembak oleh anak buah si tua bangka itu," sahut King.
Raja menatap King dengan tajam. "Kenapa kamu tidak bilang jika kamu kena tembak? perlu aku turun tangan untuk menghabisi tua bangka itu?" geram Raja.
"Tidak perlu, aku masih bisa mengatasi dia dan anak buahnya namun aku masih butuh waktu karena si tua bangka itu Papanya Tessa dan itu yang membuat aku ragu-ragu buat membunuh dia," sahut King.
"Bagaimana keadaan Tessa? apa ada perkembangannya?" tanya Raja khawatir.
"Masih tetap sama," sahut King.
"Bawa saja ke sini, biar Tessa aku yang jaga," ucap Raja.
"Tidak, aku tidak bisa jauh dari dia bagaimana pun dia adalah ibu dari Arsy," sahut King.
Raja terdiam, entah apa yang ada dipikirannya. King kembali melihat ponselnya dan memperhatikan interaksi antara Marsya bersama Arsy dan juga Ratu. Ujung bibirnya sedikit terangkat, melihat kelakuan Marsya yang lucu itu.
Sementara Marsya bersama Arsy dan Ratu makan malam bersama. Berta sampai melongo melihat Ratu mengobrol dengan Marsya bahkan bercanda bersama Arsy di meja makan. Marsya memang sungguh luar biasa.