Setelah kematian yang tragis, dia membuka matanya dalam tubuh orang lain, seorang wanita yang namanya dibenci, wajahnya ditakuti, dan nasibnya dituliskan sebagai akhir yang mengerikan. Dia kini adalah antagonis utama dalam kisah yang dia kenal, wanita yang dihancurkan oleh sang protagonis.
Namun, berbeda dari kisah yang seharusnya terjadi, dia menolak menjadi sekadar boneka takdir. Dengan ingatan dari kehidupan lamanya, kecerdasan yang diasah oleh pengalaman, dan keberanian yang lebih tajam dari pedang, dia akan menulis ulang ceritanya sendiri.
Jika dunia menginginkannya sebagai musuh, maka dia akan menjadi musuh yang tidak bisa dihancurkan. Jika mereka ingin melihatnya jatuh, maka dia akan naik lebih tinggi dari yang pernah mereka bayangkan.
Dendam, kekuatan, dan misteri mulai terjalin dalam takdir barunya. Tapi saat kebenaran mulai terungkap, dia menyadari sesuatu yang lebih besar, apakah dia benar-benar musuh, atau justru korban dari permainan yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Dua Rahasia
BOOM!
Ledakan besar mengguncang gua, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya.
Seraphina merasa tubuhnya terhempas ke belakang dengan kecepatan tinggi, bersama dengan anggota tim lainnya.
Mereka terpental keluar dari gua, terdorong oleh kekuatan magis yang luar biasa.
Namun, satu orang tetap tinggal di dalam…
Lucian.
Dan dia tidak sendiri.
Seraphina juga masih ada di dalam.
Terjebak Bersama Lucian
Seraphina terbatuk dan mencoba bangkit dari lantai batu yang dingin.
Matanya menyapu sekeliling…
Semua pintu keluar telah tertutup.
Goa ini sekarang lebih mirip sebuah ruang segel yang tertutup rapat.
Lucian berdiri di tengah altar, tubuhnya dikelilingi oleh cahaya hitam berkilauan.
Matanya yang biasanya berwarna biru keperakan kini tampak bersinar dengan cahaya ungu gelap.
"Lucian!" seru Seraphina.
Namun, Lucian tidak merespons.
Dia hanya diam…
Menyerap energi dari segel yang telah hancur.
"Ini buruk."
"Jika aku membiarkan ini terus berlanjut, maka dia akan berubah…"
"Menjadi sosok mengerikan seperti dalam novel aslinya."
Seraphina mencoba mendekat, tetapi tiba-tiba…
Sebuah suara aneh bergema di udara.
"…Akhirnya… Aku telah menunggu… Pewaris Kegelapan…"
Suara itu terdengar seperti bisikan seribu roh yang berbicara bersamaan.
Dari dalam altar yang hancur, sesosok bayangan muncul—bayangan seorang wanita dengan gaun hitam panjang dan mata berwarna merah darah.
Dewi Malam.
Pertemuan dengan Dewi Malam
Seraphina menelan ludahnya.
"Dia… benar-benar ada."
Dewi Malam memandang Lucian dengan penuh kelembutan.
"Anakku, kau telah datang untuk mengambil warisanmu," bisiknya.
Lucian, yang awalnya tampak kaku, akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap sosok itu.
"Siapa… kau?"
Dewi Malam tersenyum. "Aku adalah ibumu… penciptamu… Aku adalah kegelapan itu sendiri."
Seraphina mengepalkan tangannya.
"Kalau dia menyelesaikan ritual ini, maka Lucian akan benar-benar jatuh ke sisi kegelapan!"
"Aku harus menghentikannya."
Namun, sebelum dia sempat bertindak…
Dewi Malam menatapnya.
"Ah…"
Tatapan sang dewi tajam, seakan menembus langsung ke dalam jiwa Seraphina.
"Kau… bukan bagian dari takdir ini."
"Siapa kau sebenarnya?"
Dan saat itulah Seraphina sadar…
Ilusi sihirnya telah hancur.
Identitas Terungkap
Rambut panjang keperakannya terurai bebas.
Telinga runcingnya—ciri khas elf—terlihat jelas.
Mata emasnya bertemu dengan mata ungu Lucian.
Untuk pertama kalinya, Lucian melihat Seraphina dalam wujud aslinya.
Seraphina langsung mundur selangkah, menyadari bahwa rahasianya telah terungkap.
Lucian menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Kau… seorang elf?"
Seraphina tidak bisa menjawab.
Sementara itu, Dewi Malam tertawa pelan.
"Menarik… Menarik sekali…"
Dia melayang mendekati Seraphina, lalu menyentuh dagunya dengan jari pucatnya.
"Aku bisa merasakan… kau bukan bagian dari dunia ini."
"Seharusnya kau tidak ada di sini."
Seraphina merasakan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Dia… mengetahui sesuatu."
Namun, sebelum Dewi Malam bisa mengatakan lebih banyak, Lucian melangkah ke depan dan berdiri di antara mereka.
Tatapan matanya tajam.
"Jangan sentuh dia."
Dewi Malam mengangkat alisnya, lalu tersenyum kecil.
"Apakah kau ingin melindunginya?"
Lucian tidak menjawab, tetapi ekspresinya sudah cukup menjelaskan segalanya.
Dewi Malam tertawa kecil.
"Baiklah… Kalau begitu, aku akan memberikanmu pilihan…"
Pilihan Lucian
Dewi Malam melayang kembali ke atas altar dan berkata,
"Lucian Morgenstern, kau adalah pewaris warisanku. Jika kau menerimanya… kau akan menjadi penguasa kegelapan sejati."
"Namun, jika kau menolaknya… kau akan tetap menjadi manusia biasa yang lemah."
"Kau bisa memilih…"
Lucian diam.
Matanya menatap altar yang berkilauan dengan cahaya hitam.
Dia tahu…
Pilihan ini akan menentukan nasibnya.
Seraphina menahan napas.
"Jika dia menerima kekuatan itu… maka jalan menuju kehancurannya akan dimulai."
"Tapi… jika dia menolaknya, apakah dia akan selamat?"
Waktu seakan berhenti saat Lucian akhirnya membuka mulutnya.
"Aku… memilih…"
.
.
.
Lucian berdiri di tengah altar dengan mata yang bersinar ungu gelap, menatap Dewi Malam yang melayang di atasnya.
"Aku… memilih untuk mewarisi kekuatan itu," katanya dengan suara mantap.
Seraphina mengepalkan tangannya. "Sial!"
"Aku tahu ini akan terjadi… tapi tetap saja."
Dewi Malam tersenyum puas.
"Bagus, anakku… Kau akan menjadi pewaris kegelapan yang sejati…"
Dengan satu gerakan tangannya, cahaya hitam pekat mengelilingi Lucian, menyelimuti tubuhnya dalam pusaran energi yang ganas.
Seraphina merinding melihatnya.
"Ini… lebih mengerikan daripada yang aku bayangkan."
"Jika dia tidak bisa mengendalikan kekuatan ini, maka dia akan menjadi ancaman yang lebih besar."
Namun, ada sesuatu yang aneh.
Tiba-tiba, Dewi Malam mengernyit.
"…Ada yang salah."
Energi hitam itu tiba-tiba berhenti berputar dan mulai menyusut.
Lucian, yang sebelumnya tampak terhanyut dalam kekuatan barunya, kini jatuh berlutut, memegangi dadanya dengan wajah menegang.
Dewi Malam menatapnya dengan bingung.
"Kekuatan itu… belum sepenuhnya terbuka?"
Kekuatan yang Masih Tersegel
Lucian menggertakkan giginya.
"Aku bisa merasakan kekuatan luar biasa ini… tapi mengapa aku tidak bisa menggunakannya sepenuhnya?"
Dewi Malam tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya berbicara,
"Sepertinya… ada segel alami dalam dirimu."
"Seseorang telah menyegel bagian terdalam dari kekuatanmu sebelum kau lahir."
Seraphina menatapnya tajam.
"Apa? Jadi ini bukan hanya dari segel Dewi Malam? Tapi ada orang lain yang telah membatasi kekuatan Lucian sebelum dia lahir?"
Dewi Malam menghela napas dan berkata,
"Aku tidak bisa membantumu membukanya sekarang."
"Kau harus menemukan caranya sendiri, anakku."
Lucian menundukkan kepalanya, tangannya mengepal dengan frustrasi.
"Aku sudah begitu dekat… Tapi ternyata ini masih belum cukup?"
Seraphina mengambil kesempatan ini untuk masuk ke dalam percakapan.
"Apa yang terjadi jika kekuatan itu tetap tersegel?"
Dewi Malam meliriknya dan menjawab,
"Dia masih bisa menggunakannya dalam jumlah kecil… Tapi jika dia memaksakan diri untuk membukanya, itu bisa menghancurkannya."
Seraphina menghela napas pelan.
"Ini berarti Lucian masih dalam batas aman."
"Setidaknya, dia belum menjadi monster seperti dalam novel."
Menyembunyikan Identitas Lucian
Seraphina tahu jika Lucian pulang dengan aura kegelapan yang baru ini, maka pasti akan menimbulkan kecurigaan.
"Aku harus melakukan sesuatu."
Dia mendekati Lucian yang masih berlutut dan meletakkan tangannya di atas punggung pria itu.
"Kita harus menyembunyikan ini."
Lucian mendongak, matanya yang bersinar bertemu dengan tatapan emas Seraphina.
"Apa maksudmu?"
Seraphina menarik napas dalam dan mengeluarkan sebuah pisau kecil yang terukir dengan rune sihir.
"Aku akan membuat ukiran segel untuk menyembunyikan auramu."
Lucian tampak terkejut. "Kau bisa melakukan itu?"
Seraphina tersenyum kecil.
"Tentu saja. Aku seorang penyihir, bukan?"
Dia tidak bisa memberitahu Lucian bahwa dia telah memahami banyak hal dari kehidupan sebelumnya.
Lucian tidak banyak bertanya lagi.
Dia membuka kemejanya, memperlihatkan kulitnya yang pucat di bawah cahaya redup gua.
Seraphina menggoreskan ujung pisaunya ke kulit Lucian dengan hati-hati, menciptakan pola rumit yang bersinar biru samar.
Lucian mengerang pelan, merasakan sedikit rasa perih.
Rune-rune itu mulai menyatu dengan tubuhnya, menyerap auranya yang gelap dan menguncinya.
Setelah beberapa saat, cahaya hitam yang menyelimuti Lucian mulai meredup.
Dari luar, dia tampak seperti Lucian yang dulu—seorang pemuda tampan dengan aura dingin, tanpa tanda-tanda energi kegelapan.
Lucian menatap tangannya, lalu melihat ke cermin batu di dekat altar.
"Ini…"
Seraphina menyeringai.
"Tak ada yang akan curiga sekarang."
Lucian menatapnya lekat-lekat, lalu berkata dengan suara pelan,
"Kau baru saja menyelamatkan nyawaku."
Seraphina tertawa kecil.
"Anggap saja aku membalas budi karena kau menyelamatkanku juga."
Namun, dalam hati, Seraphina tahu ini bukan hanya tentang membalas budi.
Dia sedang mengendalikan jalannya cerita…
Lucian tidak boleh menjadi monster yang mengerikan seperti dalam novel aslinya.
Dua Rahasia Besar
Lucian akhirnya bangkit dari posisinya dan mengenakan kembali kemejanya.
Namun, saat dia berbalik untuk melihat Seraphina…
Dia terdiam sejenak.
Baru sekarang dia menyadari sesuatu.
Wajah ini…
Rambut perak, mata emas, telinga runcing…
Seraphina bukan manusia.
Dia seorang elf.
Dan lebih dari itu…
Dia adalah penyihir yang luar biasa.
Lucian mengingat kembali semua yang terjadi di dalam gua ini—cara Seraphina bertarung, caranya menciptakan segel dengan mudah, caranya membaca situasi dengan cepat.
Dia bukan orang biasa.
Lucian menyipitkan matanya.
"Seraphina…"
Seraphina mengangkat alisnya, mencoba terlihat santai.
"Apa?"
Lucian berjalan mendekat, suaranya rendah.
"Aku sekarang memegang dua rahasia besarmu."
"Pertama, wujud aslimu."
"Dan kedua… kemampuan aslimu yang luar biasa."
Seraphina menahan napasnya sejenak.
"Sial, dia sadar."
Lucian menatapnya lebih dalam.
"Apa kau benar-benar seorang mahasiswi biasa dari Kuil Sihir?"
Seraphina tersenyum tipis.
"Menurutmu?"
Lucian tertawa pelan.
"Ternyata kau lebih menarik daripada yang kuduga."
Seraphina menghela napas pelan.
"Bagus. Setidaknya dia tidak menanyai lebih lanjut."
Namun, mereka berdua kini telah berbagi rahasia satu sama lain.
Dan itu berarti…
Mereka terikat satu sama lain lebih dalam daripada sebelumnya.
Al-fatihah buat neng Alika beliau orang baik dan Allah menyayangi orang baik, beliau meninggal di hari Jumat bertepatan setelah malam nisfu syabaan setelah tutup buku amalan.. semoga beliau di terima iman Islamnya di ampuni segala dosanya dan di tempatkan di tempat terindah aamiin ya rabbal alamiin 🤲