" aku takut untuk kembali patah setelah jatuh hati " ---
Ziva gadis cantik yang batal menikah karena suatu hal yang tak jelas. Lelaki yang ia percaya itu pergi meninggakkan dirinya sebelum hari pernikahan mereka dilangsungkan. menghancurkan segala mimpi setelah sekian lama di bangun bersama. Segala kesakitan itu membuat ziva sulit untuk kembali menjalin hubungan yang baru . Hingga kehadiran seorang lelaki aneh yang memberi warna baru dalam hidupnya. Namun banyak rahasia yang tersembunyi di balik kemunculannya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Riski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Kita
Gabriel tengah duduk di ruang kerjanya , ia membuka laci mendapati sebuah foto dirinya dengan kekasih hatinya dahulu . Kenangan lama yang masih ada sampai hari ini . Ia tersenyum memandang wanita cantik yang tengah berada di sampingnya pada gambar itu .
Gabriel meletakkan foto tersebut di atas meja kerjanya saat sekretarisnya menelpon untuk menghadiri meeting . Lelaki itu lupa memasukkan kembali foto tersebut ke dalam laci yang biasa ia kunci . Ia berjalan meninggalkan ruangan sedikit terburu-buru agar bisa segera memulai rapat bersama karyawan kantor.
Dari arah lain Tasya baru saja ingin menemui Gabriel di kantornya . Ia berjalan menuju ruangan lelaki itu padahal resepsionis sudah mengatakan bahwa lelaki itu sedang rapat ,namun ia tetap memaksa . Tangan lentiknya membuka pintu , tidak ada siapapun disana .
Langkah kaki Tasya mendekati setiap sudut ruangan yang tertata rapi itu . Tidak ada yang spesial disana , semuanya terlihat biasa saja . Ia mendekati meja kerja Gabriel melihat sebuah foto yang terletak disana .
" ini ... " Tasya langsung menyimpan foto itu ke dalam tas dan membawanya pergi.
.
.
Linka tengah kesal dengan rama hari ini , lelaki itu tak kunjung menjemputnya . Padahal lelaki itu sudah berjanji untuk menemaninya untuk tes food dan melihat gedung pernikahan mereka . Ia melihat jam di dinding ruang kerjanya sudah menunjukkan pukul 2 siang .
" Ngeselin banget sih , di telpon juga gak di angkat " kesalnya , ia meletakkan handphone ke atas meja dengan kasar .
Terlihat ziva membuka pintu ruangan linka , melihat wanita itu dengan wajah yang memerah .
" Lo kenapa Lin ? " Ziva mendekati sahabatnya itu , ia datang membawa desainnya yang ingin di tunjukkan pada linka.
" Kesel gue , akhir akhir ini tuh rama susah di hubungin . Dia terlalu sibuk sama kerjaannya . Padahal pernikahan kita tinggal beberapa bulan lagi "
" Udah sabar aja , kan dia kerja juga buat masa depan kalian . Jangan marah-marah , ntar pas hari pernikahan mau Lo muncul kerutan " ucap ziva sembari mengajak wanita ini bercanda , sedikit menceriakan sahabatnya ini .
" hemm " dehemnya , ia melihat beberapa kertas yang di bawa ziva .
" Oh ia , ini hasil desain gue . Bagus ga.. " ucapnya memperlihatkan pada linka , wanita itu mengangguk . Ia selalu kagum dengan karya karya ziva , wanita itu sungguh berbakat .
" Ini sih udah kelas internasional ziv , desainnya bagus banget . Modelnya simple tapi tetep elegan gini "
" Kalau udah bagus , ini Lo langsung arahin ke anak anak ya rancangan gue ini. Ntar kalau ada kesulitan kabarin gue " ucapnya menyerahkan hasil karyanya pada linka .
" Oke siap bos " linka memberi hormat pada ziva , wanita itu memandang nya malas .
" kalau gitu gue balik duluan ya " ucap ziva
" Lah kok cepet? Tumben "
" Gabriel ngajakin pergi " ucapnya terlihat malu malu . linka kini tengah menahan tawanya , wanita itu terlihat menyukai lelaki itu .
" Beneran suka nih ? Bukannya Lo gak butuh laki laki ya buat bikin hidup Lo bahagia " sindir linka , ia sengaja memancing sahabatnya ini .
" Apasih cuma sekedar keluar doang apa salahnya " ia melangkah meninggalkan ruangan linka , wanita itu sempat menatap sinis sebelum menutup pintu .
Ia mendengus saat linka selalu saja menggodanya . Karena ziva masih ragu dengan perasaannya sendiri , ia hanya takut kecewa lagi . Sudah cukup untuk setiap air mata yang jatuh karena ekspetasi yang terlalu tinggi terhadap seorang lelaki . Ia hanya takut mengulang lembaran yang sama meski dengan orang yang berbeda .
" Yuk.. " Gabriel menggenggam tangan ziva saat wanita itu baru saja keluar dari lift . Mereka kini menjadi pusat perhatian karyawan karyawan butik ziva , namun lelaki itu tetap saja tak melepas genggamannya . Ia mendorong pintu kaca bening itu , membawa ziva menuju mobilnya .
" Mau kemana sih? " Saat ziva baru selesai mengenakan sabuk pengamannya . Ia melirik kearah Gabriel yang sedang fokus memutar stir mobilnya .
" Ketemu seseorang " singkat Gabriel , ia kini tengah serius menyetir mobil . Ziva hanya menggerutu pelan , ia menyesal mengapa mau saja ketika d ajak pergi dengan lelaki aneh ini . Ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri , entah mengapa sulit sekali menghindari Gabriel . Hatinya selalu menolak ketika mulutnya ingin berkata tidak .
" Ini cowok emang aslinya ganteng banget ya " gerutu ziva dalam hati memandang kearah Gabriel , ia memperhatikan dari atas hingga bawah . Ia tak sadar bahwa dirinya tengah menampilkan sebuah senyuman lebar di bibirnya . Gabriel yang sadar wanita itu tengah mengamatinya langsung melirik kearahnya sebentar .
" Tau kok kalau gue ganteng , tapi gak usah kaya gitu juga liatinnya . " Kekeh Gabriel , ia kini sudah memandang kearah aspal di hadapannya . Lelaki itu tengah menahan tawa ketika sempat melihat wajah ziva yang memerah karena malu .
" Dih kepedean banget sih , siapa juga yang lagi liatin Lo. " Ziva kini memandang kearah jendela sebelah kirinya . Melihat keramaian ibu kota yang di kelilingi oleh beberapa gedung tinggi menjulang . Lampu lampu jalan yang masih belum terlihat cahayanya di siang hari .
" Kalau udah mulai suka ngaku aja , gak perlu malu .. " ungkapan Gabriel membuat Wanita itu mencubit lengan kirinya dengan kuat .
" Aduh ziv.. " keluh Gabriel
" Rasain ! " Ledek ziva menjulurkan lidahnya , tingkah wanita itu membuat Gabriel gemas. Ia menepikan mobilnya , menatap kearah ziva yang sedang tertawa bahagia setelah mencubit lengan gabriel .
" Lah kok berhenti sih " keluh ziva memandang kearah gabriel yang kini menyandarkan siku kanannya pada sisi mobil menghadap kearah ziva .
" Gabriel , ayo jalan.. " menarik ujung baju lelaki itu , jujur ia takut melihat tatapan Gabriel saat ini .
Lelaki itu memajukan badannya mendekati ziva , wanita itu terlihat gugup . Ia memejamkan matanya , meremas bajunya . Kedua tangan ziva sudah di pastikan kini tengah berkeringat dingin .
" Udah gue bilang , panggil Biel aja biar tambah akrab " bisiknya tepat di telinga kanan ziva , lelaki itu langsung menjauhkan tubuhnya. Ia tertawa keras saat melihat ekspresi ziva yang ketakutan , wanita itu memejamkan matanya dengan kening yang berkerut .
" Lo kenapa ? " Tanya Gabriel
Ziva langsung membuka matanya , ia berusaha bersikap biasa saja saat melihat Gabriel yang sudah jauh darinya .
" Mm , gue.. "
" Lo pasti ngira gue mau nyium Lo ya " ledek Gabriel , ia sedang menahan tawanya .
" Udah deh gak lucu . Jalan sekarang atau gue turun ! " Ancam ziva melipat tangan kedadanya . Ia berusaha menutupi rasa malunya di hadapan lelaki itu . Pergi bersama Gabriel memang sangat menguji kesabarannya. Gabriel tidak habis habisnya membuat ia merasa kesal .
" Galak banget sih " kekeh Gabriel , ia menggeleng pelan melihat kearah ziva . Lelaki itu langsung melajukan mobilnya .
" Ini rumah siapa ? " Tanya ziva , saat lelaki itu memasuki perkarangan rumah yang cukup mewah . Gabriel Langsung memarkirkan mobilnya .
" Kakakku , ayo turun .. " Gabriel turun dari mobil , ia membukakan pintu untuk ziva . Wanita itu seperti ingin menahan kakinya untuk tidak keluar dari mobil . Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana di hadapan kakak Gabriel .
" Udah , jangan kelamaan mikir " Gabriel menarik tangan ziva , ia menutup pintu mobil . Menggandeng tangan ziva hingga ke depan pintu rumah itu .
" Ting tong.. "
Lyona membuka pintu , ia sedikit kaget melihat Gabriel bersama ziva di hadapannya .
" Hai kak.. " sapa Gabriel memeluk kakaknya , lyona membalas pelukan tersebut lalu menatap kearah ziva.
" Apa kabar ziva.. " lyona memeluk ziva , wanita itu tidak membalas pelukan tersebut . Ia hanya terdiam dengan pikirannya yang sedang bertanya tanya . Ia menatap kearah Gabriel di sampingnya . Menandakan bahwa dirinya butuh jawaban .
" Aku sering cerita tentang kamu sama kak lyona " ungkap Gabriel seolah mengerti tatapan dari ziva barusan .
" Yuk masuk .. "lyona menarik tangan ziva , wanita itu hanya tersenyum kecil .
" Bi Ima , bikinin minum buat ziva dan Biel ya .. " ucap lyona pada pembantunya yang di balas anggukan kepala .
Lyona tersenyum memandang kearah ziva , ia memegang kedua tangannya . Kedatangan ziva membuatnya bahagia namun ziva sangat risih , ia lagi lagi berusaha memberitahu Gabriel .
" Udah sih kak , kaya kedatangan artis aja " canda Gabriel melihat kearah kakaknya .
" Kamu makin cantik aja ya sekarang " ucap lyona , wanita itu mengernyitkan dahi . Perkataan wanita ini seolah menandakan mereka pernah bertemu sebelum ini . Namun ia merasa tidak mengenal wanita ini .
Ziva memejamkan matanya , ia berusaha untuk mengingat . Namun lagi lagi ia tak menemukan apapun .
" Kak.. " Gabriel menatap tajam kearah kakaknya .
" Gabriel pernah kasih lihat fotomu , ternyata makin cantik setelah ketemu langsung " jelasnya sambil tersenyum .
Ziva mengangguk tanda mempercayai pernyataan tersebut .
" Kamu sibuk apa ziva?" Tanya lyona
" Ngurus butik aja sih kak " singkatnya , ia mengamati lyona terus menerus . Wanita di hadapannya memang sangat mirip dengan Gabriel . Ia sangat cantik dengan tinggi yang semampai .
Bi Ima datang membawakan nampan berisi minuman dan makanan . Ia langsung menyuruh mereka untuk menikmatinya .
" Saya permisi dulu " bi Ima tersenyum ke arah ziva sesaat setelah meletakkan nampan di atas meja . Ia berlalu meninggalkan ziva , Gabriel bersama lyona .
" Ayo di minum dulu.. " lyona melihat ziva yang sejak tadi masih sangat canggung , bahkan untuk membenarkan rambutnya saja ia enggan melakukannya . Kini tubuhnya seakan kaku tak bisa banyak bergerak .
" Ziv.. " Gabriel melambaikan tangannya di hadapan wanita cantik itu .
" Mm.. iaa " ia meraih cangkir berisi teh hangat , meminumnya hanya beberapa tegukan saja .
" Bentar ya .. " Gabriel melihat handphonenya yang berbunyi , ia berjalan menjauhi ziva dan lyona .
Ziva hanya memperhatikan Gabriel dari jarak yang cukup jauh mengangkat telpon . Lelaki itu terlihat serius , entah dengan siapa ia sedang berbicara . Namun ziva seperti tidak bisa tenang jika belum mengetahuinya .
" Kak.. "
" Ia ziv , kenapa ? "
" Biel orang yang seperti apa? " tanya ziva cukup pelan , ia terlihat malu untuk menanyakan hal tersebut . Namun lyona sepertinya telah mengetahui maksud dari wanita cantik di hadapannya .
" Biel orang yang tegas dan dingin tapi dia bisa luluh kalau sama orang yang dia cintai . Biel bukan lelaki yang mudah untuk jatuh hati atau sekedar menebar janji " singkat lyona memandang kearah ziva .
Wanita itu mengernyitkan dahi, ia makin yakin bahwa Gabriel tidak benar benar mencintai dirinya . Bagaimana bisa orang yang sulit jatuh hati bisa mengatakan suka hanya dalam perkenalan yang singkat .