Nada Azzahra, siswa baru di SMA Nusantara Mandiri, adalah gadis ceria yang mudah bergaul. Kepribadiannya yang ramah dan penuh semangat membuatnya cepat mendapatkan teman. Namun, kedatangannya di sekolah ini mempertemukannya dengan Bara Aryasatya, cowok tengil yang ternyata adalah "musuh bebuyutan"-nya semasa SMP.
Di masa SMP, Nada dan Bara bagaikan Tom & Jerry. Pertengkaran kecil hingga saling usil adalah bagian dari keseharian mereka. Kini, bertemu kembali di SMA, Bara tetap bersikap menyebalkan, hanya kepada Nada. Namun, yang tak pernah Nada sadari, di balik sikap tengilnya, Bara diam-diam menyimpan rasa cinta sejak lama.
Setiap hari ada saja momen lucu, penuh konflik, dan menguras emosi. Bara yang kikuk dalam mengungkapkan perasaannya terus membuat Nada salah sangka, mengira Bara membencinya.
Namun, seiring waktu, Nada mulai melihat sisi lain dari Bara. Apakah hubungan mereka akan tetap seperti Tom & Jerry, ataukah perasaan yang lama terpendam akan menyatukan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Antara Tom & Jerry
Bara melangkah masuk ke kediamannya dengan langkah ringan dan senyum lebar yang sulit disembunyikan. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Nada.
Di ruang tamu, sang Mommy, yang sedang duduk membaca majalah, tertegun melihat anaknya masuk dengan ekspresi cerah seperti itu. Sudah lama sekali ia tidak melihat Bara tersenyum begitu lepas—terakhir kali mungkin saat Bara masih SMP.
"Ya Tuhan, anak ini kenapa tiba-tiba senyum kayak gitu?" gumam Mommy pelan sambil merinding sedikit. Ia melirik Bara dengan alis terangkat, penuh rasa penasaran dan sedikit curiga. "Senyum itu… Sudah dua tahun nggak kelihatan, lho!" Mommy memiringkan kepala, merasa ini sesuatu yang aneh sekaligus menarik.
Namun, ia tidak berkata apa-apa, hanya menunggu sambil memperhatikan gerak-gerik Bara dengan tatapan penuh tanda tanya. Apa yang membuat anak laki-lakinya berubah seperti ini?
Bara memasuki ruang tamu dengan langkah cepat, senyumnya masih merekah seperti mentari pagi. “Mommy!” serunya penuh semangat, lalu langsung mencium pipi sang ibu dengan sayang.
Mommy yang masih memegang majalah tertegun melihat tingkah anaknya. "Eh, ada apa ini? Kok anak Mommy ceria banget hari ini? Lagi senang, ya?" tanyanya, heran tapi ikut tersenyum melihat kebahagiaan Bara yang begitu mencolok.
Bara duduk di sebelahnya, masih dengan ekspresi penuh kegembiraan. "Iya, Ma. Aku lagi senang banget! Tahu nggak, hari ini ada murid baru di sekolah."
Mommy mengangkat alis, sedikit bingung dengan informasi itu. "Murid baru? Memangnya kenapa dengan murid baru?"
Bara menatap ibunya, matanya berbinar-binar. "Murid barunya itu... teman aku waktu SMP, Ma!"
“Oh?” Mommy memiringkan kepala, penasaran. "Teman SMP? Yang mana, Bara?"
Bara menatap ibunya dengan penuh antusias. "Nada, Ma... Nada!"
Mommy memutar otaknya, mencoba mengingat nama itu. "Nada?" gumamnya, lalu wajahnya berubah penuh pengertian. "Nada Azzahra, bukan?"
Bara mengangguk cepat, matanya berbinar penuh semangat. "Benar, Mom! Nada yang sering aku ceritain dulu sama Mama dan Papa. Nada yang itu!"
Mommy menatap anaknya dengan tatapan setengah geli, setengah khawatir. "Yang sering kamu usilin dulu, kan? Jangan bilang kamu ngusilin dia lagi sekarang."
Bara langsung menyeringai, mencoba terlihat tidak bersalah. "Eh, sedikit sih, Ma. Kan... kebiasaan lama," jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala, meski jelas terlihat dia tidak menyesal sama sekali.
Mommy mendesah sambil menepuk dahi. "Astaga, Bara... Kamu ini, ya. Kasihan Nada, baru juga masuk sekolah sudah jadi korban keusilan kamu lagi."
Bara tertawa kecil, lalu berkata dengan nada membela diri, "Tapi, Ma, itu caraku buat deketin dia. Aku nggak bisa langsung ngomong kalau aku suka. Lagian... aku senang banget dia ada di sekolahku sekarang. Rasanya kayak nostalgia gitu, Ma."
Mommy menggeleng-gelengkan kepala, tapi senyuman kecil muncul di wajahnya. "Dasar anak Mommy ini. Kalau kamu memang suka sama Nada, jangan cuma usilin terus. Lama-lama dia bisa benci beneran, lho."
Bara terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan. "Aku tahu, Ma... Tapi aku bingung gimana caranya bilang ke dia. Kan dari dulu aku nggak pernah berani ngomong langsung."
Mommy menepuk bahu Bara dengan lembut. "Ya sudah, pelan-pelan saja, Nak. Jangan sampai keusilanmu bikin dia malah makin menjauh. Mama dukung, kok, asal kamu serius."
Bara tersenyum lebar lagi. "Thanks, Mom. Nanti aku coba pikirin cara yang nggak usil... mungkin," katanya dengan nada menggoda, membuat Mommy menggeleng sambil tertawa kecil.
Mommy menatap Bara yang masih berdiri dengan ekspresi penuh semangat, kemudian menghela napas sambil tersenyum lembut. "Ya sudah, cerita soal Nada-nya nanti aja dilanjutinnya. Sekarang kamu pergi sana, bersihkan diri dulu. Sebentar lagi kita makan siang."
Bara mengangguk cepat, namun senyum lebarnya masih belum hilang. "Oke, Ma. Aku nggak sabar makan siang hari ini. Rasanya hari ini bakal jadi hari yang luar biasa!"
Mommy tertawa kecil sambil melipat tangan di dada. "Iya, iya. Hari ini kamu kelihatan luar biasa bahagia, Bara. Sudah lama Mommy nggak lihat kamu kayak gini. Sekarang, cepat naik ke atas, mandi yang bersih, lalu turun tepat waktu. Jangan sampai makanannya dingin!"
"Siap, Mom!" Bara memberi hormat dengan gaya bercanda, lalu berlari menuju tangga sambil terus bersenandung kecil. Langkahnya ringan, seolah-olah dunia sedang memihaknya hari ini. Mommy menggelengkan kepala sambil tersenyum penuh kasih, merasa lega melihat anaknya kembali menemukan semangat yang sudah lama hilang.
Begitu tiba di depan rumah, Nada segera turun dari mobil, mengucapkan salam dengan suara riang, meski wajahnya terlihat sedikit kesal. Sang bunda, yang sudah menunggu di depan pintu, menyambut suami dan anaknya dengan senyum hangat.
"Nada, kamu kenapa? Kok muka kamu kayak mochi yang kena pipis kucing," tanya sang bunda sambil tertawa kecil, langsung memeluk Nada dengan sayang.
Nada memeluk bundanya erat, lalu menghela napas panjang. "Bunda, kenapa sih orang usil kayak Bara itu harus ada di hidup Nada lagi? Huh, pokoknya bete banget!"
Sang ayah yang mendengar percakapan itu dari belakang ikut tertawa kecil sambil menutup pintu rumah. "Bunda, ternyata anak kita ini ketemu musuh bebuyutannya lagi. Si Bara, anaknya Arya."
"Oh, Bara itu? Yang dulu waktu SMP suka bikin Nada ngadu sambil nangis?" Sang bunda menatap Nada dengan wajah penuh tanya, tapi nadanya jelas menggoda.
Nada memutar mata dengan kesal sambil melepaskan pelukan bundanya. "Iya, Bunda. Dan tahu nggak? Dia lebih usil daripada waktu SMP. Udah gede, tapi kelakuannya makin aja nggak jelas."
Sang bunda tertawa kecil sambil menggandeng Nada masuk ke ruang keluarga. "Ya ampun, Nada. Mungkin dia cuma kangen sama kamu."
"Ogah!" Nada langsung menjawab cepat sambil duduk di sofa. "Kalau caranya kangen kayak gitu, mending nggak usah ketemu lagi deh."
Sang ayah yang sudah duduk di kursi santai menyela dengan nada bercanda. "Tapi tadi Ayah lihat Nada ngomongin Bara dengan semangat di mobil. Jangan-jangan, Nada sebenarnya senang, ya?"
Nada menatap ayahnya dengan pipi yang mulai memerah. "Ayah, jangan ngasal deh! Nada cuma kesel aja sama dia."
Sang bunda menahan tawa sambil menatap Nada dengan penuh kasih. "Ya sudah, ceritain nanti aja sambil makan. Sekarang, bantu Bunda siap-siap makan siang, ya."
Nada mengangguk, meski masih dengan wajah cemberut.
Setelah membantu sang bunda menyiapkan makan siang, Nada duduk bersama kedua orang tuanya di meja makan. Di sela-sela waktu makan, sang bunda menanyakan tentang hari pertama sekolah Nada. Dengan antusias, Nada mulai bercerita tentang teman-teman barunya, juga pertemuannya kembali dengan sahabat-sahabatnya saat SMP, Gisel dan Jessika, yang dulu sering bermain di rumahnya.
Nada juga sempat menyebutkan Rio dan Dimas yang terlihat menyenangkan, meski tetap menyelipkan keluhannya tentang Bara yang kembali mengusilinya setelah sekian lama. Ayah dan bundanya mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali tersenyum mendengar cerita Nada.
Setelah makan selesai, sang bunda dan ayahnya menyuruh Nada untuk membersihkan diri dan beristirahat dulu sebelum melanjutkan aktivitas lainnya. Nada mengangguk, lalu segera menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan membersihkan diri.