Chemistry Of Love
Hari pertama di sekolah baru selalu membuat hati berdebar-debar. Nada Azzahra, yang baru saja pindah ke SMA Nusantara Mandiri, merasa sedikit gugup meskipun mencoba untuk tetap terlihat ceria. Dengan langkah mantap, ia memasuki gerbang sekolah yang besar dan megah itu. Pagi itu, udara sejuk dan langit cerah membuat Nada merasa sedikit lebih tenang.
Pintu kelas terbuka, dan guru wali kelas, Pak Adi, berdiri di depan dengan senyum ramah. Nada disambut dengan tatapan penasaran dari teman-teman barunya. Mereka tentu saja heran melihat wajah baru yang tampak ceria dan penuh energi.
“Selamat pagi, anak-anak! Ada teman baru yang akan bergabung di kelas kita. Nama dia Nada Azzahra. Mari kita sambut dengan hangat,” ucap Pak Adi, sambil menepuk tangan.
Nada melangkah maju dengan senyum lebar. Ia mengangkat tangannya dan menyapa dengan penuh semangat. “Halo semuanya! Nama saya Nada, saya baru pindah ke sini, senang bisa bergabung dengan kalian!” ucapnya, dengan nada suara yang ceria dan ramah.
Semua mata langsung tertuju pada Nada. Sebagian besar siswa menyambutnya dengan senyuman dan tepuk tangan kecil. Ada yang memberi anggukan penuh perhatian, dan ada juga yang sudah tersenyum lebar, tampak antusias.
“Wah, akhirnya ada teman baru! Selamat datang!” sahut seorang gadis dengan rambut panjang yang duduk di dekat jendela.
“Senang bertemu denganmu, Nada!” teriak seorang cowok dari bangku belakang.
Nada merasa sedikit terkejut dengan sambutan yang begitu hangat. Ia pun tersenyum lebar dan melambaikan tangan. “Terima kasih semuanya, semoga kita bisa cepat akrab ya!”
Pak Adi tersenyum, melihat Nada yang tampak begitu percaya diri. “Silakan, Nada. Kamu bisa duduk di bangku yang masih kosong di depan.”
Nada pun berjalan menuju bangku yang ditunjukkan Pak Adi. Namun, saat ia melangkah ke depan, matanya tanpa sengaja menangkap sosok seorang cowok di pojok belakang kelas. Ia terdiam sejenak.
Di sana, Bara Aryasatya sedang duduk santai di bangkunya, dengan rambut acak-acakan, seolah baru saja bangun tidur. Bara menatapnya dengan pandangan yang tajam, dan Nada bisa merasakan matanya terkunci dengan milik Bara. Ada rasa aneh di dalam dadanya, sesuatu yang familiar dan tiba-tiba membuat jantungnya berdegup lebih cepat.
Bara, yang tadi terlihat malas dan hampir tertidur, langsung terkejut saat matanya bertemu dengan mata Nada. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memastikan kalau itu benar-benar Nada, cewek yang selama ini dia usili di SMP dulu. Nada. Teman sekelasnya yang dulu sering jadi bahan keusilan dia, sekarang ada di hadapannya lagi, dan yang lebih mengejutkan, ternyata Nada tambah cantik, dan tetap ceria.
Kepalanya terasa sedikit pusing. Bara tidak menyangka, setelah beberapa tahun berlalu, cewek yang dulu ia usili kini muncul kembali di depannya, di kelas yang sama. Bara merasa sedikit kikuk. Dalam hati, ia merasa senang, tapi bingung harus bersikap bagaimana.
“Aduh, kenapa dia ada di sini?” pikir Bara, cemas dan sedikit gelisah.
Nada yang merasa aneh dengan pandangan Bara, langsung berusaha untuk mengalihkan perhatian. Namun, semakin ia mencoba untuk fokus pada teman-teman sekelas yang tersenyum ramah, semakin ia merasa Bara terus menatapnya. Hal itu membuatnya sedikit risih, dan ia tidak bisa menahan senyum kecut yang mulai muncul di wajahnya.
Pak Adi melanjutkan memperkenalkan Nada kepada teman-teman di kelas. “Nada, kamu akan duduk di sebelah Rio. Di belakangmu, itu Bara, jangan khawatir, dia memang sedikit pendiam, tapi dia baik kok,” Pak Adi melanjutkan sambil mengarahkan tangannya ke Bara.
Nada mengangguk sambil tersenyum kepada Pak Adi. Namun, pandangannya tak bisa lepas dari Bara, yang kini masih sibuk memainkan pulpen di tangannya, tampak tidak terlalu peduli.
Bara, yang merasa malu karena terlihat seperti orang yang baru bangun tidur, berusaha untuk terlihat lebih tenang. Ia menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya, seolah tidak ingin menatap Nada lebih lama lagi.
Namun, meskipun berusaha untuk tidak peduli, hatinya berdebar tak karuan. “Duh hati... kenapa sekian lama tidak berdebar, sekarang berdebar kembali… Kenapa dia datang ke sekolah ini?” Bara bergumam dalam hati.
Nada pun akhirnya duduk di bangkunya, dan bersikap acuh terhadap Bara, sang Tom di hidupnya dulu.
---
Teman sebangkunya Rio memulai pembicaraan. “Hallo Nada, perkenalkan namaku, Rio. Senang sebangku denganmu!” sambil mengulurkan tangannya.
Nada dengan tersenyum lebar “Hallo, Rio. Semoga kita bisa akrab, ya!”
Sedangkan di belakang Rio, sebangkunya Bara juga memperkenalkan diri "Hai Nada, nama ku Dimas, senang berteman denganmu."
Nada membalas uluran tangan Dimas "Senang berteman denganmu juga, Dimas," ucap nya dengan tersenyum manis.
"Oh.. Manisnya Nadaaaaa.." ucap Dimas tak melepas tangan yang masih menggenggam tangan nada. Dimas ini orangnya petakilan.
"Waah terima kasih, memang aku manis," balas nada dengan akrab yang malah disukai oleh Dimas.
"Sombong amat, padahal Dimas cuma basa basi, Nada." ucap Rio dengan bercanda.
"Lah, memang iya kan.." jawab Nada dengan pede nya.
"Serah kamu deh," pasrah Rio kemudian.
Tangan Dimas dan Nada masih saling menggenggam, kemudian di tepis oleh Bara.
"Eh lupa, maaf ya Nada. Terpesona sama kecantikanmu sih," ucap Dimas menggoda Nada.
"Ya ya,, memang apa sih yang gak akan terpesona oleh seorang Nada" jawab Nada dengan senyum manisnya yang membuat Rio dan Dimas tertawa kecil bersama.
Sedangkan Bara mau ikut nimbrung tapi gak tau mulai dari mana, namun nada melengos dan membalikkan badan nya tanpa menyapa Bara.
Rio dan Dimas hanya bengong dengan sikap Nada yang tidak menyapa Bara. Kalau Bara sih wajar, dia mah kulkas 2 pintu, dingin mana mau ngomong duluan. Namun Nada? Bara ini cowok famous dan paling dicari oleh para gadis di Sekolahnya, namun Nada adalah salah satu cewek yang tak peduli dengan seorang Bara?
Bara hanya terbengong dengan sikap Nada. "Sepertinya ia masih membenciku, karena dulu aku sering mengusili dia," ucap Bara dalam hati.
---
Pelajaran pertama dimulai, dan suasana di kelas mulai tenang. Pak Adi, guru matematika, berdiri di depan dengan buku pelajaran terbuka, menjelaskan materi awal untuk tahun ajaran baru. Nada mencoba untuk fokus, mencatat beberapa hal yang penting.
Bara yang duduk di belakang Nada, tampak lebih santai. Sambil mendengarkan penjelasan Pak Adi, ia sesekali melirik ke arah Nada dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi yang lebih membuat Nada merasa risih adalah sikap usil Bara yang tidak pernah berubah sejak mereka SMP dulu.
Tiba-tiba, tanpa aba-aba, Bara menarik rambut Nada dari belakang. Tanpa suara, ia menarik sehelai rambut dengan jari telunjuknya. Nada yang merasa terkejut, langsung menoleh ke belakang, tapi Bara hanya menunduk pura-pura menyimak pelajaran. Nada menahan diri untuk tidak berteriak, meski rasa geram sudah meluap di dalam hatinya.
"Kenapa sih dia, penyakit tukang usil tak sembuh-sembuh!" Nada berpikir sambil berusaha menahan diri. Dia sudah cukup sabar, tapi Bara tidak berhenti begitu saja.
Beberapa menit kemudian, lagi-lagi Bara melakukan hal yang sama. Kali ini, ia menarik sedikit lebih keras, menyebabkan beberapa helai rambut Nada tergerai. Nada yang sudah tidak tahan lagi menatap Bara dengan tajam, namun Bara malah tertawa kecil, seolah merasa puas dengan reaksinya.
Nada menarik napas panjang dan berusaha untuk fokus kembali pada pelajaran. Namun, Bara masih belum puas. Kali ini, ia menggerakkan kakinya dan menendang bangkunya sedikit, hingga kursi Nada bergetar.
Nada yang merasa kesal, mencoba untuk tetap tenang. Namun, getaran kursi itu membuatnya semakin tidak sabar. "Aduh, ini sih bikin pusing!" pikirnya. Dengan kesal, ia menoleh ke belakang dan melihat Bara yang sedang tersenyum lebar, seolah menantikan reaksi dari Nada.
Bara yang melihat Nada menatapnya, hanya mengangkat bahu seolah berkata, "Apa sih masalahnya?" Tetapi saat itu juga, Nada merasa seperti ada sebuah tombol yang membuatnya meledak.
Tanpa berpikir panjang, Nada meraih kertas yang ada di mejanya. Kertas itu sudah digulung dan bentuknya seperti bola. Dengan gerakan cepat, Nada melemparkan bola kertas itu ke muka Bara dengan keras. "Suka-suka kamu aja, kan?" pikir Nada, puas melihat ekspresi Bara yang terkejut.
Bara yang tak siap dengan serangan mendadak itu, hanya bisa terdiam sejenak. Bola kertas yang meluncur tepat ke mukanya itu membuatnya terkejut. "Aduh!" Bara terkejut dan mencoba membersihkan kertas yang menempel di wajahnya.
Nada kembali fokus pada pelajaran, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia menahan senyum puas di bibirnya.
Di belakang, Bara hanya bisa mendengus. Namun, di balik semua itu, Bara tidak bisa menghindari perasaan hangat yang mulai tumbuh. Meski ia usil, di dalam hati ia merasa senang bisa berinteraksi dengan Nada lagi, meskipun cara yang dipilihnya tidak selalu tepat.
Pak Adi yang tidak menyadari kejadian itu, melanjutkan penjelasannya, dan suasana kelas kembali menjadi tenang. Nada yang sudah merasa puas dengan balasannya, kembali mencatat materi dengan penuh perhatian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments