apa yang terjadi dimasa lalu, sangat berdampak dengan perjalanan yang dilalui dimasa kini dan masa depan.
perlakuan terus menerus akan ketidakseimbangan dan pilih kasih , membentuk seseorang mempunyai karakter yang egois dan mempunyai dendam yang tidak ia sadari.
pilihan hidupnya antara mengambil segala hal yang terjadi merupakan pengalaman dan pembelajaran terbaik, ataukah justru membuat keras nya hati dalam bersikap dan menghadapi lingkungan sekitarnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danti Romlah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keseharianku episode 16
Kuatir akan ketahuan jikalau ayah mengetahui kalau motornya rusak tidak bisa dinyalakan mesinnya, ya walaupun bukan aku yang merusaknya, akan tetapi aku kuatir kalau akan ketahuan bahwa selama beberapa kali aku diam-diam belajar mengendarai motor sendiri. Ku ikuti ayah yang berjalan mengambil kunci motor dan menuju motornya. Saat akan bersiap, ayah mencoba beberapa kali menghidupkan mesin motornya, juga tidak berhasil. Dan pada akhirnya, aku melihat ayah menghidupkan motornya secara manual dengan menggunakan panel yang entah apa namanya, yang terletak disamping kanan kakinya. Dan sekali mengayuh, mesin motor ayah langsung nyala. Aku memperhatikan seksama, dan bergumam dalam hati, "ooo begitu cara menghidupkan mesin motor secara manual". Ayahpun berlalu dari rumah setelah mbak Diaz naik ke boncengan belakang motor. "Oke, aku sudah tahu cara menghidupkan mesin motor secara manual, besok kalau motor ayah susah dihidupkan mesinnya aku akan mencoba seperti cara ayah barusan" gumamku dalam hati, dan aku kembali ke rutinitasku pagi ini yang menggantikan mengerjakan tugas-tugasnya mbak Diaz. Tapi tekadku untuk mengurangi bicaraku akan tetap aku lakukan sampai semua anggota keluarga dirumah ini menyadari perubahan sikapku. Yaa mungkin dengan aku sedikit bicara akan menimbulkan pertanyaan untuk mereka akan perubahan ku.
Setelah semua pekerjaan rumah sudah kuselesaikan, aku bersiap untuk berangkat sekolah. Dan kebetulan ada temanku yang bernama Siti , yang kemarin menawarkan untuk menjemputku dan berangkat bersama kesekolah dengan mengendarai motornya. Karena siti ini sudah berusia 17 tahun dan oleh orangtuanya sudah dipercaya untuk membawa motor sendiri selama beraktivitas. Jadi saat kemarin dia menawari ku otomatis aku langsung mengiyakan dan berterimakasih. Bahkan Siti mengatakan punya rencana untuk tiap hari menjemputku berangkat sekolah karena memang arah rumahnya akan melewati rumahku saat dia menuju ke sekolah. Aku senang sekali dengan kebaikannya, aku tawarkan kalau aku akan berkontribusi untuk membeli bahan bakar motor Siti, jadi rencanaku uang saku yang awalnya untuk ongkos naik angkot setiap pagi, akan aku berikan ke Siti untuk sekadar mengganti biaya bahan bakarnya. Namun Siti menolaknya, dia mengatakan "aku lho tiap hari selalu lewat gang rumahmu, kalau hanya sekadar menjemputmu dengan masuk sedikit kedalam gang rumahmu, aku tak masalah" ujarnya, tapi aku tetap tidak enak kalau hanya sekadar menumpang gratisan, "kamu ga usah sampai masuk kedalam gang, nanti aku yang akan menunggumu di ujung gang saja, jadi begitu kamu lewat kita bisa segera berangkat kesekolah. Kalau kamu ga mau aku ikut mengisi bahan bakar motormu, ijinkan aku sesekali mentraktirmu saat jajan disekolah yaa.. ya walau aku ga bisa membelikan jajanan yang mewah, mungkin sekadar gorengan sama es teh" tawarku ke Siti. "Halah Yang, gampang itu", jawab Siti. "Tapi Siti, apa orangtuamu ga keberatan kalau aku tiap hari numpang kamu?" Tanyaku. "Justru orangtuaku yang memerintahkan untuk menawarkan berangkat bersama denganmu, kata mereka biar aku ga sendirian dijalan yang biasanya secara ga sadar bisa ngebut" jawab Siti. "Alhamdulillah, iya Siti aku mau, terimakasih banyak yaaa Siti. Secepatnya aku akan main kerumahmu buat minta ijin juga berterimakasih langsung ke orangtuamu" kataku dengan rasa syukur yang teramat sangat, bagaimana tidak, Siti adalah teman yang ga terlalu dekat denganku karena dia juga punya sahabat sendiri, akan tetapi rumah sahabatnya, yang beda kelas dengan kami, berlawanan arah dengan rumah Siti. Dan aku memang sudah berteman dengan Siti sejak di bangku SMP, jadi kami sudah saling mengenal walau bukan sahabat. Akupun pernah beberapa kali main kerumah Siti karena kebetulan pernah 1 kelompok saat ada tugas sekolah.
semoga kedepannya saya bisa makin berkembang dan memperbaiki segala kekurangan yang terjadi