Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah?
Clara keluar dari kamar dengan masih memakai daster tidurnya, ia berjalan cepat sembari memegang perut buncitnya karena ingin menemui Devan.
"Nyonya, tuan Devan dimana ya?" tanya Clara.
"Udah pergi kerja Clara, memangnya ada apa?" tanya Mira yang sedang duduk di bangku taman samping mansion milik putranya menghirup udara segar di pagi hari.
Clara menghela napas kecewa, padahal ia ingin menanyakan tentang uang itu.
"Em... Ngaada apa-apa kok nyonya," jawab Clara, dan Mira hanya mengangguk percaya.
"Kamu tumben Clara bangun kesiangan, kamu kelelahan pasti ya?" tanya Mira.
"Enggak kok nyonya. Semalam saya cuman nggak bisa tidur, jadi bangun kesiangan deh," jawab Clara.
"Lain kali jangan begadang ya nak, nggak baik buat kesehatan kandungan kamu." nasehat Mira sembari mengelus perut buncit Clara.
"Iya nyonya."
"Kalau begitu saya izin mau mandi dulu ya nyonya, nyonya apa mau saya buatin apa gitu?" tanya Clara.
"Teh hijau aja ya nak, gulanya jangan terlalu banyak."
"Baik nyonya." Clara lantas masuk ke dalam mansion dan menuju dapur untuk membuatkan minuman terlebih dahulu untuk Mira.
Beberapa menit kemudian Clara datang dengan membawa mapan yang berisi teh hijau atas permintaan Mira.
"Ini nyonya, silahkan diminum." ucap Clara sembari menyimpan teh hijau tersebut di meja.
Mira tersenyum kearah Clara."Makasih ya Clara." ucapnya sembari meminum teh hijau buatan Clara.
Clara mengangguk tersenyum manis."Sama-sama nyonya, kalau begitu saya permisi nyonya mau mandi dulu." ucapnya pamit dan Mira menjawab dengan anggukan.
***
Tok..tok..tok.
"Permisi tuan Devan."
"Masuk!" perintah Devan dengan nada dingin.
Pintu terbuka dan terlihatlah laki-laki tinggi tampan. Pria itu berjalan gagah dengan kedua tangan disembunyikan di sakunya.
"Ternyata Lo," ucap Devan.
"Bagaimana tuan Devan apakah lo kaget melihat kedatangan gua yang begitu mendadak?" tanya pria itu sambil duduk di depan meja Devan dan mengangkat salah satu kakinya lalu memutar-mutar kursinya, memang terlihat begitu arogan orang ini.
Devan menatap malas pria tersebut sekaligus temannya.
"Lo pulang dari kapan?" tanya Devan sambil melanjutkan pekerjaannya mengutak-atik laptop di depannya.
"2 hari yang lalu."
"Bagaimana pekerjaan Lo disana, lancar?" tanya Devan.
"Semuanya berjalan lancar. Tapi gua disana bukan hanya berkerja tuan Devan yang terhormat, saya juga honeymoon untuk kedua kalinya. Apa Lo nggak pengen bertanya apakah honeymoon kedua gua ini lancar?" tanya pria itu dengan senyum mengejek yang tidak di ketahui oleh Devan.
"Ya, ya, ya terserah. Gua gak peduli," ketus Devan.
"Ada apa Lo datang ke kantor gua?" tanya Devan.
"Gua cuman pengen memastikan jika yang gua dengar ini memang benar fakta atau hanya hoax semata."
"Memangnya apa?" tanya Devan sambil menatap wajah temannya.
"Gua mendapatkan kabar katanya Lo melakukan kesalahan besar yaitu memperkosa gadis remaja yang baru lulus SMA, itu benar atau....." tanya pria itu menggantungkan perkataannya.
"Itu semua emang benar, Lo tau darimana kabar itu?" tanya Aldan yang begitu shock tapi ia tutupi dengan wajah datarnya.
Bagaimana bisa temannya ini tahu tentang masalah ini, padahal yang tau hanya dirinya, Rio, dan juga orang itu. Apa iya orang itu yang memberitahu temannya ini.
"Dari Vero," jawab pria tersebut.
"*Shit! Dia udah mulai berani memunculkan wujudnya ternyata, awas aja Lo Vero*," umpat Devan didalam hatinya.
"Anjir Lo Van, siapa gadis itu?" tanya Pria tersebut.
"Dia Clara, anak dari pak Asep dan BI Rani," jawab Devan santai.
"Anak dari pak Asep dan BI Rani?"
Devan mengangguk."Bener, pelayan yang udah gua anggap sebagai orang tua, Lo pasti tau Rey." ucapnya.
"Ouh astagah! Kenapa Lo bisa berbuat kesalahan sefatal ini Devan, bagaimana dengan nama baik Lo jika berita ini kesebar?" tanya Rey.
"Maka dari itu, gua sedang mencari keberadaan Veo."
"Apa hubungannya dengan Vero?" tanya Rey dengan wajah bingungnya.
"Dialah yang memiliki bukti-bukti bahwa gua telah memperkosa gadis itu, yaitu sebuah video yang berisi percakapan gua dengan Rio saat di pesta topeng itu, dan Lo tau Rey, Vero pula yang memasukan obat perangsang ke dalam minuman gua waktu di pesta itu." jelas Devan.
"Kenapa dia melakukan itu?" tanya Rey.
"Vero ternyata adalah sepupu gua tapi bukan sepupu kandung dan dia tidak terima saat orangtua terdahulu mewariskan semua hartanya kepada orangtua gua dan dia ingin merebut saham perusahaan gua dengan cara merusak nama baik gua. Padahal perusahaan Grup Company itu milik gua, perusahaan itu dari hasil kerja keras gua sendiri nggak ada bantuan dari siapapun termasuk kedua orang tua gua," jawab Devan.
"Dan saat ini dia sedang mengacam jika gua gak memberikan dia semua saham dari perusahaan gua ini, maka dia akan menyebarkan video itu," lanjut Devan dengan tangan yang sudah mengepal kuat dan urat-uratnya sampai kelihatan.
"Kenapa lo nggak berikan aja perusaahan ini sama dia, bukannya lo punya banyak perusahaan lainnya? Menurut gua tidak akan rugi juga kalau lo memberikan perusaahaan Lo yang ini, dan setelah itu masalah selesai, kan?"
"Enak aja Lo ngomong segampang itu, perusahaan ini gak akan gua berikan sepeserpun. Perusahaan dari kerja keras gua sendiri, dan nggak gampang dia ngambil perusahaan gua, dia itu benar-benar licik dan tamak."
"Gila juga dia," celetuk Rey.
"Oh ya, Lo ketemu dia dimana?" tanya Rey.
"Di hotel Slavina, gua nggak sengaja berpapasan sama dia di lobi hotel waktu itu."
"Terus kenapa Lo yakin kalau wanita yang udah diperkosa sama Lo itu anak dari pak Asep dan BI Rani? Memangnya Lo saat itu tau wajah gadis yang telah di perkosa oleh lo?" Rey benar-benar kasian kepada gadis malang itu bagaimana nasibnya sekarang.
"Gua tau karna waktu gadis itu keluar dari dalam kamar mandi, gua melihat jelas wajahnya. Gadis itu pasti mengira jika gua sudah tertidur pulas. Padahal gua hanya kelelahan dan lemas dan Lo tau kan, gua ini bukan mabuk. Jadi gua bisa mengenali wajahnya." jawab Devan.
Rey mengangguk paham.
"Seharusnya jika Lo merasa ada yang tidak beres pada tubuh Lo, seharusnya lo pergi dari pesta itu dan bersolo ria, jangan malah menarik seorang gadis yang tidak tahu apa-apa. Kenapa lo tidak kepikiran sampai situ?"
"Efek obat perangsang itu benar-benar tinggi bodoh! gua gak akan puas jika main sendiri, lagipula gadis itu juga sudah menggoda gua jadi membuat gua semakin tak terkendali."
"*Gua tau pasti itu hanya alasan Lo aja Van, pasti Lo nggak tahan karena udah lama menduda membuat burung pipit Lo itu karatan dan mudah sekali untuk bangun*," batin Rey dengan senyum miring.
"Lo jangan berpikir yang macam-macam ya sialan, gua nggak seperti itu apa yang Lo pikirkan," ucap Devan yang mengerti jika Rey tengah menuduh dirinya yang macam-macam.
"Ngomong-ngomong jika gua boleh tau siapa nama gadis itu? Ya meskipun gua tau dan kenal Pak Asep sama Bi Rani, tapi gua kan gak tau sama anak beliau," tanya Rey.
"Clara," balas Devan singkat.
Rey mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
***
Pukul 8 malam Devan baru pulang dari kantor, ia masuk berjalan masuk kedalam mansion miliknya setelah dibukakan pintu dengan lebar oleh bodyguard nya, dan ia melihat di sofa ruang TV hanya ada Mira, kemana wanita hamil itu apa sudah tidur jam segini?
"Selamat malam mah."
"Malam Devan. Kamu baru pulang, biasanya jam 5, tumben telat, kenapa?"tanya Mira.
"Nggak apa-apa mah, cuma lagi ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini juga jadi telat pulangnya."
"Oh ya, dimana wanita itu mah?"
"Siapa? Clara maksud kamu?"
"Iya."
"Ada di kamarnya, dia tadi pagi nyariin kamu Devan, tapi kamu sudah pergi kerja."
"*Buat apa dia mencari gua? Hem gua tau*," batin Devan tersenyum miring.
"Kenapa kamu senyum-senyum begitu?" tanya Mira heran menatap putranya.
"Nggak apa-apa mah, ya udah aku ke kamar dulu ya mau mandi." pamit Devan.
Mira mengangguk dan fokus kembali menonton televisi di depannya, sedangkan Devan berjalan menuju kamarnya.
***
Tidur Clara terusik saat merasakan sebuah tangan memeluk pinggangnya dan beralih ke perutnya untuk mengusap-usap perutnya yang telanjang karena piyamanya tertarik ke atas usapan tangan itu begitu lembut, Clara merasa geli tapi nyaman.
Tangan Clara bergerak menuju perutnya dan dia merasakan memegang sebuah tangan yang keras dan berurat.
Clara lantas membuka matanya dan dia menoleh kebelakang, di belakang Clara melihat Devan yang tengah tersenyum kepadanya.
"Tuan. Kenapa tuan tidur di sini?" tanya Clara kaget dan langsung deg-degan saat ini.
"Katanya kamu mencari saya, jadi saya menghampiri kamu ke sini," balas Devan.
"Ada apa kamu mencari saya?" tanya Devan.
Clara terlihat gugup untuk mengatakannya.
"Kamu ingin bertanya tentang uang itu?" tebak Devan.
"I-ya, apa tuan yang memberikan uang itu kepada orang yang sudah memberikan pinjaman dan tuan yang sudah melunasi hutang orang tua saya?" tanya Clara dengan gugup.
Devan melepaskan pelukannya dari perut Clara dan duduk dalam posisi bersandar di ranjang. Clara pun lalu mengikutinya dan duduk di samping Devan.
"Yah, saya yang sudah memberikan uang itu dan saya yang sudah melunasi hutang orang tua kamu, Clara."
"Tapi kenapa tuan tidak bilang kepada saya dulu?" tanya Clara.
"Saya tidak membutuhkan ijin dari kamu saat saya melakukan apapun! Clara Caroline," tegas Devan.
Clara sempat tersentak kaget mendengar penegasan Devan.
"Sekarang ada yang ingin saya tanyakan, bagaimana cara kamu untuk mengembalikan uang itu?" tanya Devan dingin.
Clara terdiam dia tidak tahu cara mengembalikan uangnya, gajinya saja dalam 1 tahun belum tentu cukup untuk membayar hutang, karna hutang orangtuanya sebesar 10 miliar.
"Tuan, apa tuan mempunyai pekerjaan lain, mungkin saya bisa ikut bekerja untuk menambah penghasilan?" tanya Clara.
"Memangnya wanita hamil seperti kamu bisa bekerja apa lagi?" tanya Devan.
Clara termenung sambil berpikir, pekerjaan apa lagi yang bisa ia lakukan selain pekerjaan rumah tangga.
"Mungkin berkerja di kantor tuan," jawab Cakda dengan lirih.
Devan tersenyum meremehkan.
"Di kantor saya tidak boleh ada orang yang sedang hamil yang bekerja."
"Ya sudah lah terserah tuan saja, saya bekerja apapun mau," ucap Clara pasrah.
Devan tersenyum smrik lalu tangannya mengusap perut Clara kembali, wanita itu merasa aneh kenapa tuanya suka sekali mengelus perutnya. Apa sebegitu menyenangkannya mengelus perut orang hamil kenapa tuannya setiap hari tidak pernah absen untuk mengelus perutnya.
"Saya mempunyai pekerjaan baru untuk kamu."
"Apa itu tuan?" tanya Clara penasaran.
"Melayani saya di atas ranjang, bagaimana hem?"
Tubuh Clara lemas seketika, kenapa harus ini pekerjaan barunya, jika seperti ini sama saja ia menjual dirinya sendiri bukan dan ia jadi tidak ada bedanya dengan pelacur.
"Tuan tapi saya tidak bisa." lirih Clara.
"Berarti kamu mau rumah kamu yang berada dikampung hancur begitu saja sama orang-orang yang saya suruh?" tanya Devan.
"Maksud tuan?" tanya Clara yang terlihat shock.
Devan mengambil sebuah map di atas nakas dan menyerahkannya kepada Clara.
"Jika kamu tidak menggantikan uang yang sudah saya beri, maka rumah kamu yang dikampung bakal hancur sama orang-orang yang saya sudah suruh untuk menghancurkan rumah kamu," ucap Devan menjelaskan.
Clara meneteskan air matanya. "Tuan menjebak saya?" tanyanya dengan air mata mengalir.
"Saya tidak menjebak kamu Clara, saya hanya ingin membantu kamu. Seharusnya kamu berterimakasih kepada saya."
Niat tuanya memang baik ingin membantunya. Tapi Clara tidak percaya Devan bisa berbuat cara kotor seperti ini.
Tiba-tiba Clara mendapatkan ide, tapi apa iya Devan mau menurutinya tapi hanya dengan cara inilah satu-satunya supaya Clara tidak berdosa lebih banyak.
"Tuan saya mau melayani tuan, tapi-"
"Tapi apa?" tanya Devan yang sedang tersenyum bahagia, ia tidak percaya Cakda luluh juga akhirnya.
"Tapi tuan nikahin saya dulu," jawab Clara dengan nada bergetar.
Devan tersenyum miring ia tidak menyangka sebelumnya Clara akan berkata seperti ini, ternyata gadis ini cukup pintar.
"Baiklah saya akan menikahi kamu," ucap Devan dengan wajah seriusnya.
Sekarang tinggal Clara yang tidak percaya ternyata Devan menyetujui untuk menikahinya dengan segampang ini, apakah ia tidak bermimpi.
"Dan 5 hari lagi kita akan menikah," ucap Devan final.
Mata Clara terbelalak apakah ia tidak salah dengar kurang dari seminggu ia akan menikah kenapa secepat ini.
"Ya sudah kamu tidur dan jangan begadang."
"Selamat malam," ucap Devan sambil mencium singkat bibir pink Clara yang sedang terdiam shock mendengar keputusan Devan dan atas perlakuan tuanya itu.
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga