Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Pergi, dan Jangan Kembali Lagi.
Tubuh Sherly membeku saat lagi-lagi mendengar ucapan tajam dari sang papa, tetapi dia merasa tidak peduli dan tetap memohon belas kasihan dari papanya.
"Aku adalah anak Papa, sampai kapan pun akan tetap menjadi anak Papa. Aku mohon maafkan aku."
Suara tangisan yang sangat menyayat hati menggema di tempat itu. Semua orang menatap dengan sendu dan penuh kepedihan, jelas mereka ikut menangis dengan apa yang terjadi saat ini.
Abbas menundukkan tubuhnya dan memegangi kedua tangan Sherly yang sejak tadi memegangi kakinya, membuat semua orang menjadi tegang.
"Ingat ucapanku ini baik-baik, Sherly. Suatu saat nanti, cinta yang kau agung-agungkan inilah yang akan menghancurkan hidupmu sampai ke titik terendah," ucap Abbas dengan tajam sambil menatap kedua manik mata putri sambungnya itu.
Dia lalu kembali berdiri dan beranjak pergi dari tempat itu. Rasa sakit yang kian menyesakkan dada benar-benar sudah tidak bisa ditahan lagi.
Namun, baru beberapa langkah berjalan. Lagi-lagi kakinya di cekal oleh Sherly yang sepertinya enggan untuk pergi.
"Papa, aku mohon jangan seperti ini. Hukum aku, hukum aku atas semua yang telah aku lakukan. Apapun hukuman yang Papa berikan, aku siap untuk menerimanya. Aku mohon," ucap Sherly dengan terbata-bata. Dia menatap sang papa dengan penuh air mata.
Abbas benar-benar sudah tidak tahan lagi. Andai dia tidak menyayangi Sherly, dia pasti akan menginjak wanita itu sampai hancur.
"Untuk apa aku menghukummu? Tuhan sudah memperingati setiap manusia untuk tidak menghukum dan menyakiti binatang."
Deg.
Tangisan Sherly langsung terhenti saat mendengar ucapan Abbas, begitu juga dengan semua orang yang ada di tempat itu. Bukankah saat ini Abbas sedang mengatai Sherly binatang?
"Bagiku, kau dan laki-laki itu sama seperti binatang karena tidak punya hati dan pikiran. Jadi cepat tinggalkan rumah ini sebelum aku menginjak kalian sampai mati!"
Deg.
Tubuh Sherly merinding mendengar suara yang dingin dan menusuk itu, sampai mulutnya tidak bisa lagi untuk mengeluarkan kata-kata.
"Nindi, Keanu," panggil Abbas membuat anak dan menantunya itu terkesiap.
"Y-ya, Pa?"
"Ambil anak mereka, dan bawa mereka keluar dari rumahku!"
Abbas beranjak pergi dari tempat itu dengan langkah lebar tanpa melihat ke belakang sedikit pun. Itu adalah bukti bahwa hatinya benar-benar sangat tergores dengan apa yang terjadi.
Melihat kepergian sang papa, Sherly lalu beranjak bangun dan bersimpuh di kaki mamanya. "Mama, aku mohon bantu aku. Bicaralah pada papa untuk memaafkanku, aku mohon."
Sella menggelengkan kepalanya dengan terisak. "Maaf, Sherly. Mama tidak bisa." Dia lalu melepaskan cengkraman tangan Sherly dan berlalu pergi menyusul langkah sang suami.
"Tidak, jangan tinggalkan aku," teriak Sherly. Dia lalu berbalik, dan melakukan hal yang sama pada Nindi. "Kakak, aku tau telah membuat kesalahan. Aku mohon maafkan aku, aku mohon bicaralah pada papa." Dia menangkupkan kedua tangan di depan dada penuh harap.
Nindi menatap Sherly dengan sendu sambil menghela napas kasar. "Kau sendiri yang memilih jalan ini, Sherly. Jadi kau harus siap menerima akibatnya. Aku akan mengambil Suci."
Deg.
Sherly hanya bisa diam membeku saat melihat semua keluarganya pergi menjauh dan tidak mau lagi menerimanya. Sakit, hatinya terasa sangat sakit.
Dengan cepat Evan menghampiri sang istri dan memeluknya dengan erat. "Jangan khawatir, Sherly. Semua akan baik-baik saja, masih ada aku dan Suci yang akan bersamamu."
Keanu langsung mengumpat kesal saat mendengar ucapan Evan. Sejak tadi tangannya sudah gatal ingin menghajar laki-laki itu, tetapi tidak mungkin dia melakukannya di hadapan sang mertua.
"Mama, papa. Tidak, mereka tidak bisa melakukan semua ini," gumam Sherly.
"Tenanglah, ada aku di sini." Evan tetap memeluk Sherly dengan erat. Mereka sudah melangkah terlalu jauh, jadi tidak akan ada tempat lagi untuk kembali.
Nindi kembali ke tempat itu sambil membawa Suci. Hatinya seperti sedang disayat-sayat sebuah pisau saat menyerahkan gadis kecil itu ke tangan Evan.
"Kakak, aku mohon." Sherly masih mencobanya, berharap ada sedikit saja belas kasihan sang kakak.
"Pergilah, aku tidak mau papa kembali murka saat melihat kalian masih ada di sini," ucap Nindi sambil berbalik dan beranjak pergi dari tempat itu.
Sherly menatap dengan tidak percaya, benarkah keluarganya membuangnya seperti ini? Apakah kesalahan yang dia lakukan benar-benar tidak bisa dimaafkan? Kenapa? Padahal dia hanya ingin hidup bahagia seperti yang lainnya.
"Kalian ingin jalan sendiri, atau aku yang akan menyeretnya?"
Suara Keanu membuat Sherly dan Evan tersentak kaget. Dengan cepat Evan membantu Sherly untuk bangun, dan merangkulnya pergi dari rumah itu.
Evan menatap Keanu dengan tajam. Dia tahu jika laki-laki itu senang dengan apa yang terjadi, apalagi saat ini hanya tinggal Keanu saja menantu di keluarga Abbas Daniswara.
"Anda bahkan tidak mengerjapkan mata saat melihat apa yang terjadi, Tuan Keanu," ucap Evan sebagai sindiran, membuat Keanu tersenyum miring.
"Untuk apa aku mengerjapkan mata? Kalian sendiri yang menggali lubang kehancuran, maka nikmatilah," balas Keanu sambil memegang pintu dan menutupnya dengan kuat.
Brak.
Sherly menatap pintu itu dengan pilu. Kedua kakinya kembali bergetar lemas membuat Evan segera menahan tubuhnya.
"Kenapa, kenapa kalian sama sekali tidak mengampuniku?" ucap Sherly dengan lirih.
"Jangan bersedih lagi, Sherly. Lebih baik kita pergi dari sini, untuk apa kita tetap berada di sini setelah diusir habis-habisan?" Evan menarik tangan Sherly dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Dia lalu meletakkan Suci di kursi belakang, lalu kembali keluar dan berjalan menuju kursi kemudi.
Abbas yang sedang berada di dalam ruang kerjanya memperhatikan mereka dari balik jendela, tangannya terkepal dengan kuat melihat kepergian Sherly.
"Kenapa kau bisa salah langkah seperti ini, Sherly? Sungguh sayang sekali," gumam Abbas sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Mas."
Abbas melirik ke arah belakang saat mendengar suara Sella, terlihat wanita itu menundukkan kepala di belakangnya.
"Maafkan aku, Mas. Aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku, aku hanya tidak tega melihat Sherly seperti itu," ucap Sella dengan terisak.
"Perbuatannya itu karenamu, Sella. Kasih sayangmu lah yang telah mendorongnya berbuat hina seperti ini."
•
•
•
Tbc.