Wanita introvert itu akhirnya berani jatuh cinta, namun takut terlalu jauh dan memilih untuk berdiam, berdamai bahwa pada akhirnya semuanya bukan berakhir harus memiliki. cukup sekedar menganggumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NRmala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah yang berhenti
“Oke. Karena tidak ada yang mau ditanyakan lagi, ibu akhiri sampai di sini. Bel berbunyi masih lima menit lagi jadi jangan ada yang berkeliaran keluar sebelum bel berbunyi.” Lanjut Bu Anita menambahkan.
“Beridiri. Beri salam.”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Ucap semua siswa-siswi di dalam kelas itu.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Bu Anita meninggalkan kelas. Semua mulai mulai sibuk membahas yang menjadi topik bu Anita tadi.
“Kita akan benar-benar sibuk ya sekarang.” Kata Dinda kepada Laura.
“Iya. Aku masih bingung mau masuk ke universitas mana. Kamu udah ada tujuan?”
“Aku kayaknya kerja dulu deh, Ra! Aku gak ingin nambah beban Bapak sama Ibu lagi.”
“Iya, semangat ya Dinda! Aku akan selalu mendukung kamu.”
“Cita-cita kamu pengen seperti Mama dan Ayahmu kan? Kamu juga pintar. Pasti dengan mudah masuk jalur undangan di ITB.”
“Aamiin. Semoga aja sih. Kenapa kamu juga gak nyoba aja ngambil beasiswa? Kamu juga pintar kan? Biar barengan lagi kita.”
“Nanti aku pertimbangkan lagi ya, Ra! Soalnya kondisi ekonomi aku lagi gak memungkinkan. Tapi semoga saja membaik beberapa bulan ke depan.”
“Eh iya, hari ini mba Ayem ulang tahun. Aku pengen ngasih sesuatu. Apa yang bagus ya?”
Laura tidak membalas ucapan terakhir dan mengalihkan pembicaran. Ia tidak ingin bertanya lebih tentang itu. Takut membuat Dinda menjadi sensitif dan sedih.
“Emmm... Apa yang kamu tau tentang kesukaan mba Ayem?”
“Aku gak tau selain masak sih.”
“Kalau gitu, kamu ajak mba Ayem jalan-jalan aja keliling mall berdua. Ajak makan di luar aja sekali-kali kan. Walaupun mba Ayem suka masak, pasti bosan juga dia makan di rumah terus. Sekalian aja kamu beliin sesuatu yang mba Ayem liat bagus kan?”
“Iya juga ya. Entar aku coba ajak deh.”
Triingggg.... triingggg....
Bel istirahat berbunyi menambah kegaduhan kelas. Bevrbondong-bondong keluar kelas menuju kantin. Begitu pula dengan Laura dan Dinda.
“Gak enak ya rasanya jadi penganggum rahasia.” Ucapan Arya mengangetkan Emil yang sedari tadi fokus menatap punggung Laura yang telah menghilang di balik pintu kelas.
“Hahaha iya nih.” Emil menertawakan dirinya sendiri.
“Ngomong-ngomong, lu gak ke kantin bro?”
“Gak deh. Lu aja! Gue mau ngerjain tugas dari Pak Budi. Kelupaan semalam.”
“Iya udah. Gue pergi sendiri deh. Lu mau titip gak?”
“Boleh deh. Roti sama es teh aja deh.” Emil memberikan uang lima puluh ribu kepada Arya.
“Oke.”
Punggung Arya pun mulai tidak terlihat di balik pintu. Berlalu pergi meninggalkan Emil yang sedang mengerjakan tugas.
**********
“Mba, barkallahu fii umrik.” Ujar Laura sembari memeluk pinggang mba Ayem. Tubuh mba Ayem refleks bergerak kaget ada yang menyentuhnya. Mba Ayem melepaskan tangan Laura dan memutar badannya mengahadap Laura. Ia tersenyum dan memeluk Laura.
“Makasih ya neng yang baik hati.” Mba Ayem pun melepaskan kembali pelukannya.
“Mba, ada yang diinginkan gak di hari bahagia mba ini?”
“Doa yang baik-baik dari neng aja udah cukup buat mba.” Mba Ayem kembali tersenyum dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
“Aku pengen ngasih kebahagiaan yang lebih buat mba hari ini.”
“Mba udah sangat bahagia sekarang. Kenal neng dan orang tua neng.”
“Ayolah mba. Simpan semua ini ke kulkas lagi aja. Besok baru mba masak. Hari ini aku mau ajak mba makan di luar sama aku. Sekali ini aja ya mba dengerin aku!” pinta Laura memelas kepada mba Ayem.
Mba Ayem berhenti dari kegiatannya, memotong sayuran. Menatap Laura sejenak dan menarik napas. Lalu menaruh semua sayuran kembali ke dalam kulkas. Walaupun tidak menjawab permintaannya, Laura paham apa maksud dari mba Ayem itu. Membuatnya tersenyum lebar ke arah mba Ayem yang kembali berdiri di depannya.
“Makasih ya mba. Aku ganti baju dulu. Mba juga ganti baju dengan baju yang cantik ya.” Peluk Laura sekilas dan berlari ke kamarnya. Mba Ayem hanya tertawa melihat tingkah anak majikannya yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.
Setelah sejam bersiap-siap, Laura keluar kamar mencari keberadaan mba Ayem yang ternyata sedari tadi sudah menunggu dengan cantik di ruang tamu bersama mba Ika.
“Mba Ika, hari ini aku keluar dulu berduaan sama mba Ayem gak apa-apakan?” Tanya Laura hati-hati.
“Ya gak apa-apa neng. Hari ini kan hari bahagia mba Ayem juga. Pokoknya neng harus balik dari jalan-jalannya dengan membuat mba Ayem lebih bahagia lagi ya. Dan jangan lupa bungkusin mba Ika juga kalau makan enak.”
“Aku pasti bungkusin buat mba ku yang cantik juga ini dong.”
Mereka bertiga tertawa.
“Yaudah ayo pergi neng. Ika, jangan lupa kunci pintu yang rapat ya. Aku keluar dulu sama neng Laura.”
“Iya mba. Hati-hati ya.”
Laura dan mba Ayem pun berlalu pergi. Membuat mba Ika segera menutup pintu dan kembali beraktivitas.
**********
Mall
Laura dan mba Ayem masih keliling mengitari mall. Berjalan beriringan dengan tertawa sesekali. Mba Ayem refleks terdiam menatap sesuatu. Laura mengikuti arah pandang mba Ayem. Matanya tertuju pada sebuah tas yang simple namun anggun. Ia tersenyum dan membawa mba Ayem masuk ke dalam toko berisi tas yang dilihat mba Ayem tadi.
“Mba, suka ini? Aku beliin sebagai kado buat mba ya?”
“Gak usah neng.”
“Gak apa-apa mba!”
“Mbaa.. aku mau ini. Tolong dibungkusin ya!” Laura menyerahkan tas itu kepada penjaga toko.
“Baik mba. Bisa langsung ke kasir ya.” Penjaga toko itu berjalan ke arah kasir meninggalkan Laura yang masih melihat ke sekeliling toko. Toko itu tidah hanya menjual tas, namun ada baju dan sepatu juga.
“Mba, gak ada lagi yang mba naksir di sini?” Tanya Laura kepada mba Ayem. Refleks mba Ayem menggelengkan kepalanya.
“Tidak neng. Udah itu aja cukup ya.”
Laura dan mba Ayem pun berjalan ke arah kasir. Saat ditotalkan, sontak membuat mba Ayem terbelalak. Harga 2 juta baginya bisa hidup sebulan. Namun, ia melihat ekspresi Laura seperti biasa saja. Menambah rasa tidak enaknya terhadap anak majikannya ini. Setelah selesai membayar, mereka pun berjalan kearah luar toko.
“Neng, apa ini tidak terlalu mahal? Mba gak pernah beli barang semahal ini.” Mba Ayem menundukkan kepalanya. Dan menghentikkan langkahnya di depan pintu toko. Sontak langkah Laura pun ikut terhenti.
“Mba, aku ikhlas ingin membahagiakan mba. Tolong jangan lihat nilainya ya.” Rangkul Laura sembari menenangkan mba Ayem.
Mba Ayem mengangkat kepalanya melihat ke arah Laura yang sedang tersenyum ramah kepadanya.
“Terima kasih banyak ya neng. Semoga neng selalu bahagia.” Balas mba Ayem sembari tersenyum juga.
“Sama-sama, mba! Yaudah ayo cari makan.” Ajak Laura kembali melanjutkan langkahnya ke arah sisi kiri toko.
Namun, mba Ayem masih mematung melihat ke arah sisi kanan toko. Laura yang sadar mba Ayem tidak mengikutinya, ia sontak berbalik mencari mba Ayem. Mengikuti arah pandang mba Ayem yang kembali membuat mba Ayem tidak mengikutinya.
Deg....
Jantung Laura berdetak hebat melihat pemandangan itu.
Bersambung...
Baguus yaa diksinya banyaak bangeet 😍