WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Seperti Ada Yang Hilang
Kabar Sauza merupakan CEO dari perusahaan Kendra Corp, dan sudah menikah lagi dengan pemilik perusahaan Kendra Corp, sampai juga di telinga Pak Kavi. Dia ingat betul perusahaan Kendra Corp merupakan perusahaan yang kini sedang bekerjasama dengan perusahaannya juga Kavilen Group.
"Sepertinya Sauza terlalu sakit hati oleh perlakuan anak kita, sehingga dia menerima begitu saja Kendra. Pria yang lebih pantas disebutnya ayah. Atau motif Sauza menikah dengan Kendra, adalah dendam semata?" duga Pak Kavi saat mereka sedang berkumpul di ruang tengah.
"Bisa iya, bisa juga tidak, Pa. Sauza bilang Pak Kendra begitu baik sehingga ia menerima pinangan pria paruh baya itu. Dan mengenai dendam kepada Mira atau Mas Bima, Jamal tidak tahu. Mungkin saja Sauza menerima pinangan Pak Kendra karena memang Pak Kendra baik," tutur Jamal lagi terdengar membela Sauza.
"Semua gara-gara Bima. Seandainya saja dia tidak perlakukan Sauza buruk, maka sampai sekarang mama yakin mereka masih bahagia dan bersama. Mama sangat kehilangan Sauza. Bima memang tidak tahu diri, dia rela melepas berlian demi sebuah kerikil," kesal Bu Jeny merasa sedih karena sudah kehilangan menantu sebaik Sauza.
"Jamal apalagi. Kenapa juga Sauza harus pergi, lalu menikah dengan pria paruh baya itu? Jamal sungguh kecewa dengan kenyataan ini. Jika tahu akan begini, Jamal tidak akan biarkan Mas Bima menikahi Sauza. Jika pada akhirnya dia disakiti dan kini Sauza menikah lagi dengan orang lai, yang lebih pantas disebut ayah," desah Jamal terdengar sangat kecewa.
Pak Kavi dan Bu Jeny saling lempar tatap, mereka tahu Jamal memang ada hati pada Sauza, tapi karena Sauza sudah dijodohkan dengan Bima duluan, akhirnya Jamal menelan kecewa.
"Sudah, Mal. Semua sudah berlalu. Mungkin memang sudah jodohnya Sauza dengan pria paruh baya itu. Sekarang yang bisa kita lakukan adalah mendoakan yang terbaik untuk Sauza, semoga Sauza bahagia dan tidak mendapat kesedihan lagi seperti yang diberikan Bima padanya." Bu Jeny mencoba menghibur Jamal yang sangat sedih akibat melihat kenyataan bahwa Sauza kini sudah menikah dengan pria lain yang lebih pantas dipanggilnya ayah.
Semua seakan larut dalam kesedihan dan kecewa karena fakta tentang Sauza. Jamal berdiri lalu berlalu dari ruang tengah, menyudahi obrolan mereka yang pada akhirnya hanya membuatnya sesak. Ditambah lagi, sekarang ini perusahaannya sudah menjalin kerja sama, otomatis antara dirinya dan Sauza atau Pak Kendra, akan sering berinteraksi dan bertemu. Semua itu tidak bisa dihindarkan lagi. Lalu bagaimana Jamal bisa melupakan Sauza yang masih sangat dia harapkan?
Kembali ke kota Jakarta
Perusahaan Kendra Corp dibawah kepemimpinan Sauza, semakin hari berjalan dengan stabil. Dalam waktu dua bulan sudah ada dua perusahaan yang bekerja sama dengan Kendra Corp, sejak dirinya menjadi CEO. Tentu saja semua itu tidak terlepas dari bantuan semua staf direksi maupun Pak Kendra langsung. Kemampuan Sauza semakin tidak diragukan lagi dalam hal menjalankan perusahaan.
Pak Kendra sampai berdecak kagum dengan kepandaian Sauza yang mampu memimpin perusahaan atau menghandle perusahaan dengan baik, dalam waktu yang terbilang singkat, yakni belum setahun. Nama Sauza juga sudah mulai dikenal dikalangan para Pengusaha di wilayah Indonesia.
"Sayang, aku bangga padamu. Kamu perempuan muda yang cerdas dan penuh jiwa kepemimpinan yang bagus. Tidak salah aku melimpahkan perusahaan ini ke tanganmu. Kamu mampu mengelolanya dengan baik, bahkan kerja sama yang kita jalin dengan perusahaan lain sejak kepemimpinan mu, kini berdatangan lagi sehingga keuntungan kita berkali-kali lipat. Kamu sungguh hebat dan bisa diandalkan," puji Pak Kendra saat ini.
Mereka berdua baru saja akan beranjak tidur. Seperti biasa sebelum tidur, mereka selalu bercerita tentang masalah perusahaan, atau apa saja. Setelah bercerita, keduanya larut dalam buaian syahdu. Namun seperti hari-hari biasanya, Sauza harus menelan kekecewaan seperti hari sebelumnya, sampai Sauza sudah berada di puncak kesedihan.
Sauza sudah berulang kali membujuk Pak Kendra untuk berobat dan membawanya ke ahlinya.
"Mas, minggu depan kita jadwalkan pengobatan Mas Kendra. Dokter itu lebih tahu apa sebabnya, jangan-jangan ada syaraf yang tidak betul tempatnya sehingga tidak bisa berdiri. Untuk itu, Mas Kendra harus mau berobat, ya," bujuk Sauza dengan penuh permohonan.
Sauza bukan sekedar butuh sentuhan biologis semata, tapi ia benar-benar ingin suaminya sembuh. Sauza merasa aneh dengan kondisi suaminya, dia begitu bergairah saat bercumbu, tapi ketika akan eksekusi, miliknya justru tidak bisa berdiri. Sauza lelah sendiri karena tiap malam harus membantu suaminya dengan cara lain. Sauza lagi-lagi menelan kecewa.
"Aneh benar-benar aneh, ketika aku bantu dengan tanganku, miliknya justru bereaksi dan berdiri, tapi kembali lemah ketika akan eksekusi?" batin Sauza tidak habis pikir.
"Sayang, aku minta maaf. Aku bukan tidak mau berobat, tapi aku tidak punya banyak waktu." Pak Kendra memberikan alasan yang membuat Sauza semakin hilang kata-kata.
"Mas, demi kebahagiaan kita berdua lahir dan batin, Mas Kendra harus mau diperiksa dan berobat. Ayolah Mas, apakah Mas Kendra tidak ingin punya keturunan dari aku?" rayu Sauza lagi.
"Sayang, sudah malam. Sebaiknya kita tidur, ya. Aku bukan tidak mau berobat, tapi lain waktu saja kita bahas lagi masalah ini. Pernikahan kita baru saja setahun, waktu yang masih baru. Jadi, aku mohon kamu bersabar." Pak Kendra menarik lengan Sauza supaya membaringkan tubuhnya dan tidur.
Sauza akhirnya patuh, dia berbaring dengan pikiran yang tidak tenang.
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Betapa malunya aku dengan keadaan seperti ini. Kasihan Sauza, setiap malam aku tidak pernah memberinya nafkah batin yang layak. Bagaimana bisa dia hamil jika aku tidak bisa memasukinya? Lagian ini kenapa tidak bisa berdiri ketika aku akan memasukinya? Apa sebenarnya yang terjadi dalam tubuhku, kenapa aku seperti ini? Maafkan aku Sauza," batin Pak Kendra merasa bersalah karena tidak bisa memberikan nafkah batin terhadap Sauza.
***
Besoknya, Sauza berangkat ke kantor lebih pagi, karena ada agenda pertemuan dengan CEO dari Jamal Corp lagi. Sebetulnya Sauza merasa tidak enak jika kembali bertemu dengan mantan adik iparnya itu. Sauza takut kalau Jamal yang notabene pemilik perusahaan Jamal Corp itu, akan kembali membahas perasaannya, seperti beberapa hari yang lalu saat pertemuan pertama.
Sauza berharap semoga Jamal Corp mengutus seorang stafnya, bukan CEO nya langsung.
"Tapi, aku harus tetap hadapi Mas Jamal dengan profesional, jika memang dia yang datang."
Sauza kini teringat kembali bayang masa lalu tentang Jamal. Jamal memang selalu baik padanya dan membelanya. Rupanya selain kebaikannya diberikan dengan tulus, Jamal memang menyukai Sauza sejak Sauza belum dijodohkan dengan Bima, kakaknya Jamal.
"Maafkan aku Mas Jamal," lirihnya.
"Permisi, Bu Sauza, Pak Jamal sejak 10 menit yang lalu sudah tiba di depan pintu ruangan Bu Sauza. Apakah saya persilahkan sekarang?" beritahu Sarah membuat Sauza terkejut.
"Suruh masuk sekarang, Sarah," titah Sauza. Tidak berapa lama, pintu Sauza dibuka, di sana sosok Jamal muncul dan mulai masuk ke ruangannya. Penampilannya sangat cool dan tampan. Tatap matanya kini begitu tegas dan serius.
"Mas Jamal, kenapa dia saat ini terlihat begitu kaku dan dingin?" batin Sauza heran. Sauza sedih, dengan sikap Jamal seperti itu, rasanya seperti ada yang hilang.
gak dipikirkan Mateng2...apa dampak negatif nya,Sauza sudah pernah bercerai,malah kamu ceraikan lagi...🤦♀️ kayak barang aja,senang di pungut...kurang rasanya,kamu kasi ke orang lain...