zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
Zahra masih menunggu Malik atau Rival membalas pesannya. Tapi dari dua lelaki itu tidak ada yang membalas pesannya sama sekali, Zahra gelisah tak tenang di bawah selimut, ia terus berguling-guling.
Entah siapa yang iya khawatirkan, Malik yang belum pulang sementara Hujan deras di luar atau Rival yang mungkin marah kepadanya karena masalah semalam.
Zahra mendengus kasar menatap ponselnya. Kontak paling atas di WhatsApp adalah kontak Malik yang masih ceklis satu dan yang kedua Rival yang belum membuka pesannya.
Tapi Gadis itu terbelalak ketika melihat jam di ponselnya pukul 11 malam.
" Kak Malik" gumamnya
Ia beranjak dari kasurnya memanggil-manggil Malik, ia yakin Malik sudah pulang.
Tok
Tok
Tok
Zahra mengetuk pintu kamar mandi.
"Kak, kak Malik di dalem?" Tidak ada jawaban Zahra pun membuka pintu kamar mandinya
" ke mana sih, Kak Malik!!masa hp-nya mati,kan Bawa charger!!" gerutunya.
Cara mencoba menelepon Malik dengan nomor ponsel biasa , siapa tahu Malik kehabiskan paket internet. Tapi ternyata ponselnya, benar-benar tidak aktif membuat Zahra berdecak sebal.
Dan ternyata kosong. Sambaran petir masih saja membuat Zahra terkejut.
"Heran,hujan dari tadi nggak berhenti-henti"seru Gadis itu lalu menembus kasar lalu keluar dari kamarnya, mungkin saja Malik ada di bawah sedang makan pikirnya.
" Kak Malik... " cara memanggil Seraya menuruni anak tangga tapi ketika sampai di dapur tidak menemukan Malik . Dapur itu kosong, tidak ada bekas seseorang memasak juga.
" Kok, engga ada sih" Gumamnya pelan.
Zahra mencoba mengecek garasi dan ternyata tidak ada motor besar Malik yang digunakan ke kampus tadi pagi. Hanya ada mobil dan motor milik Zahra.
" jam segini Kenapa belum pulang juga sih,apa aku coba ke kampusnya aja kali ya"
Zahra tergesa-gesa kembali ke kamarnya, berlark hanya untuk mengambil ponsel dan jaket tebal.
Ia memakai tas kecil untuk menyimpan ponselnya. Zahra tidak bisa mengemudi mobil jadi terpaksa ia mengendarai sepeda motor untuk menerobos hujan yang deras malam ini.
Gadis itu memakai helmdan, tapi sayangnya dia lupa memakai jas hujan sebab merasa jaket tebal sudah cukup melindungi tubuhnya.
Zahra pergi selepas Mengunci pintu rumahnya, gadis itu memang bisa mengendarai motor hanya saja tidak terlalu lancar, buktinya sedari tadi Zahra hanya mengendarai motor di pinggir jalan dengan pelan, tidak berani ke tengah,tidak berani menyalip mobil atau motor di depannya.
Zahra pasrah dengan hujan yang mengguyur tubuhnya. Zahra tidak bisa melihat jelas jalanan kaca helmnya yang basah danhujan yang terlalu deras.
Sesekali petir menyambar membuat kedua baju gadis itu meloncat kaget dan sesekali Zahra berhenti sejenak hanya mengusap kaca helm nya, tapi percuma hujan terlalu deras.
Tak sia-sia dia mengendarai motor seperti merayap di pandangan orang lain saking pannya. Tapi ia sudah sampai di depan kampus Unpad.
" Hujannya engga terlalu gede di sini" Gumam Zahra sambil turun dari motornya. Ia menggebrak-gebrak gerbang kampus Upad.
"Tapi, serem juga kalau gue masuk sendirian ke sana, belum tentu juga ada kak Malik di dalem. Apa gue tunggu di sini aja ya"
" Hallo"
Zahra terke siap kaget dan berbalik ketika ada seseorang menyapa di belakangnya.
"Cari siapa ya? " Tanya seorang Kekaisaran tua yang memegang payung.
"S-saya cari teman saya, pak. Dia belum pulang, katanya pulang malem karena ada tugas. Jadi, saya pikir masih di dalam kampus"
"Oh... " Pak tua itu mengangguk-ngangguk.
"Ciri-ciri nya? "
"D-dia tinggi... " Tangan Zahra seakan sedang mengukur tinggi Malik yang bahkan melebihi tinggi si pak tua itu.
"Badannya aga berotot, pakai kaos hitam, jaket putih sama naik motor ninja hitam, pak. Terus dia bawa tas gendong yang isinya buku banyak" Zahra mendeskripsikan sosok Malik yang tadi pagi sebelum pergi ke kampus.
" Loh, itu bukanya korban kecelakaan di jembatan merah ya? "
Zahra seketika melebarkan matanya .
"A-apa? "
" Bener, ciri-ciri nya sama, itu korban kecelakaan tadi, udah di bawa ke rumah sakit".
Zahra bergeming tak percaya, tubuhnya seketika lemas, apa itu alasan kenapa ponsel Malik tidak aktif dari tadi. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Rumah sakit mana pak? Kak Malik di bawa ke rumah sakit mana? " Tanyanya dengan suara gemetar dan air mata lolos membasahi kedua pipinya.
" Ke itu... "Pak tua itu terlihat sedang berpikir. "Apa ya, lupa lagi nama rumah sakitnya. Gini aja deh, neng kan bawa motor nih, berangkat bareng saya mau engga? Saya yang bawa motor neng biar cepet sampe ke rumah sakit x
Tanpa pikir panjang Zahra menganggukan kepala. Ia memberikan kunci motornya.
" Ini pak kuncinya"
"Ayo"
Mereka berdua pun naik ke motor Zahra, tapi di tengah jalan pak tua itu menepikan motornya. Zahra yang gelisah dan terus menangis, menyeka air matanya.
" Kenapa pak? "
" Bentar deh saya telepon dulu teman saya buat nanya alamat rumah sakit nya, saya aga lupa jalannya, neng. Terus ini juga, bensinnya mau abis, isi dulu di depan ya"
" Iya, pak" Zahra tidak memikirkan apapun, ia hanya memikirkan kondisi Malik saja, ia ingin cepat sampai di rumah sakit.
" Neng turun dulu, biar saya isi dulu di depan" Zahra akhirnya dari motornya.
"Saya boleh pinjam ponsel nya engga? Saya telpon temen saya dulu yang nganter korban kecelakaan tadi"
Dengan tergesa-gesa Zahra mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan memberikannya pada pak tua itu.
" Ya udah sebentar ya, saya isi bensin dulu, tuh di depan, deket kok"
Zahra mengangguk, ketika Zahra melihat motornya melaju pergi, awalnya Zahra hanya diam tapi ia heran kenapa pak tua itu tidak belok ke pom malah terus lurus, Zahra seketika melebarkan mata.
" Maling!!! " Teriaknya berlari berusaha mengejar motornya di jalanan yang sepi sebab sekarang sudah jam dia belas malam.
" Maling!!! Tolong... Maling!! "
Petugas pom bensin menghampiri Zahra yang berlari berteriak sambil menangis dengan seluruh tubuhnya yang basah.
" Ada apa... Ada apa? "
"Pak, tolong, pak. M-motor saya... " Seru Zahra sambil terisak.
Salah satu petugas pom melakukan motornya berusaha untuk menyusul sementara yang lain berusaha menenangkan Zahra yang menangis histeris. Sebenarnya bukan karena motor gadis itu menangis histeris, tapi memikirkan keadaan Malik, apakah Malik benar-benar kecelakaan di jembatan Merah.
" Ayo neng. Sini duduk dulu, tenangin dulu, kalau engga berhasil ke kejar, lapor polisi aja"
Zahra menggeleng.
"E-engga... P-pak saya m-mau tanya... Di sana, di jembatan merah, t-tadi ada kecelakaan? " Tanyanya dengan menangis tersedu-sedu.
" Iya, ada. Pengendara motor ninja hitam kalau engga salah. Kenapa memangnya? "
Detik itu juga Zahra tidak mampu berdiri lagi, dia terjatuh ke aspal seraya menangis.
" KAK MALIIIIIIIIKKKKKK"