Anaya tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam waktu satu kali duapuluh empat jam. Dia yang hanya seorang anak yatim dan menjadi tulang punggung keluarganya, tiba-tiba di saat dirinya tengah tertidur lelap dikejutkan oleh panggilan telepon dari seorang yang tidak dikenal dan mengajaknya menikah.
Terkejut, bingung dan tidak percaya itu sudah jelas, bahkan ia menganggapnya sebagai lelucon. Namun setelah diberikan pengertian akhirnya dia pun menerima.
Dan Anaya seperti bermimpi setelah tahu siapa pria yang menikahinya. Apalagi mahar yang diberikan padanya cukup fantastis baginya. Dia menganggap dirinya bagai ketiban durian runtuh.
Bagaimana kehidupan Anaya dan suaminya setelah menikah? Apakah akan ada cinta di antara mereka, mengingat keduanya menikah secara mendadak.
Kepo.. ? Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
°
°
°
Sesampai di kantor Akmal tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Bayang-bayang Anaya berkelahi dan perkataan preman itu telah mengusik pikirannya. Duduk terpekur di kursi kebesarannya, Akmal tertunduk meletakkan dahi pada kedua tangannya yang bertumpu di atas meja.
Alfa mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam dan berdiri tegak di hadapannya. "Maafkan saya, Pak!"
Akmal mengangkat wajahnya dan menatap Alfa dengan dahi berkerut tajam. "Kenapa minta maaf? Memangnya kamu salah apa?"
Alfa mengusap tengkuknya, rasa gugup menyergapnya tiba-tiba. Namun ia tetap bertekad untuk tetap jujur.
"Katakan ada apa? Apa kamu mau kasbon?" tanya Akmal tidak sabar.
"Tidak, Pak. Ini lebih dari itu. Saya ingin jujur pada Anda, Pak." ucap Akmal.
"Saya... sebenarnya saya... menyukai gadis manis itu." Alfa menundukkan kepalanya lebih dalam.
Sedangkan Akmal mencoba mencerna kalimat yang baru saja diucapkan oleh sekretarisnya. Ia langsung terbelalak dan berdiri seketika. Meraih kerah baju Alfa dan mencengkeramnya dengan kuat.
"Alfa...! Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan, hahhh! Dia itu istriku, tahu!" Akmal berseru tajam.
"Maaf, Pak. Bukannya Pak Akmal akan menikah dengan Bu Risna? Lalu kenapa jadi menikah sama gadis manis itu?" tanya Alfa membela diri.
Akmal melepaskan cengkeramannya, lalu terduduk lesu. Akmal menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan sambil menerawang.
"Risna membatalkan pernikahan kami, sehari sebelum ijab kabul. Untuk menutupi rasa malu, istri Arbi menyarankan agar aku menikahi Anaya, sahabatnya. Ya sudah, aku terima. Dan beruntungnya dia mau meskipun dia tidak tahu, kalau aku yang akan menjadi suaminya." Akmal mengungkapkan yang sebenarnya.
Alfa terkesiap mendengar penuturan Akmal, dia tidak menyangka yang selevel bosnya, tampan, mapan, dan kaya raya saja ditolak, lalu apa kabar dirinya yang rakyat jelata. Alfa menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Maaf, Pak. Kalau boleh tahu, apa alasan Bu Risna membatalkan pernikahan?" tanya Alfa penasaran.
Akmal menatap Alfa sesaat lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Dia beralasan masih muda dan belum siap menikah. Tidak masuk akal memang, tapi kenyataannya seperti itu. Dan belakangan baru diketahui, bahwa dia diancam dan diteror oleh sepupuku."
Dengan antusias Alfa kembali bertanya, "Lalu, apa Bapak menyesal telah menikahi gadis manis itu?"
"Apa maksudmu? Kalau aku bilang menyesal terus kamu mau merebutnya dariku, begitu? Enak saja!" balas Akmal dengan ketus.
Alfa menggaruk pelipisnya lagi, dia merasa salah tingkah. Akmal menatapnya dengan serius.
"Apapun alasannya dia itu sudah menjadi istriku. Tidak ada yang boleh mengganggu apalagi merebutnya dariku, paham!" ucap Akmal mengultimatum
"Lagipula banyak gadis lain di kantor ini, kenapa menyukai istri orang?" sambungnya kemudian.
"Hemmm... Karena istri orang lebih menantang, Pak." ucap Alfa dengan wajah innocent.
"Yaaakkk....!!!" seru Akmal kemudian berdiri untuk menghajar sekretarisnya yang kurang ajar, namun sebelum itu terjadi, Alfa sudah terlebih dulu kabur keluar dari ruangan bosnya.
"Dasar sekretaris tidak ada akhlak, awas aku potong gajimu bulan ini!" seru Akmal di depan ruangannya, entah Alfa mendengar atau tidak.
°
Jam pulang kantor Anaya segera merapikan mejanya dan bergegas keluar dari ruangannya menuju lobi. Banyak pasang mata yang menatapnya dengan pandangan beragam. Anaya lalu memperhatikan penampilannya.
"Tidak ada yang salah denganku, kenapa mereka memandangku seperti itu?" gumamnya lirih.
Ersa datang langsung menariknya keluar lobi kantor, menuju tempat parkir.
"Kenapa mereka menatapku seperti itu ya, Sa? Apa ada yang salah denganku?" tanya Anaya penasaran.
Ersa menoleh ke arah Anaya sekilas lalu kembali fokus pada jalanan. "Memangnya kamu tidak lihat, foto-fotomu sama Kak Akmal jadi tranding di group chat karyawan? Aku saja sampai kewalahan menghadapi mereka."
"Aku sudah lihat sih. Itulah kenapa aku melarang Mas Akmal untuk sering-sering datang ke kantor ZE.A Beauty, supaya tidak timbul gosip," ucap Anaya.
"Oh, ya. Tadi ada insiden yang menimpaku---"
Ersa langsung panik dan memotong ucapan Anaya. "Hahhh...insiden apa? Di mana? Kenapa kamu tidak menghubungiku?"
"Mana sempat...? Tiba-tiba saja ada yang membekapku, untung aku bisa melepaskan diri dari mereka. Akhirnya sudah kepalang tanggung, aku lawan mereka sendirian. Mas Akmal pun datang sudah terlambat." Anaya menjelaskan.
Ersa bernapas lega. "Syukurlah, kalau kamu tidak apa-apa."
"Dan yang penting aku berhasil mengorek keterangan dari mereka. Kamu tahu siapa yang memerintahkan mereka?"
"Siapa memangnya? Apa diam-diam kamu punya musuh yang kita tidak tahu?" tanya Ersa penasaran.
"Ternyata dia orang suruhan mamanya Khanza," sahut Anaya
"Apa...!!! Kamu ketemu di mana sama mamanya Khanza?" tanya Ersa kaget.
"Di rumah sakit. Dia juga sempat menghinaku dan bertengkar dengan Bunda." Wajah Anaya langsung berubah sendu.
"Wah, mulai sekarang kamu harus hati-hari Nay. Pasti dia nasih mentargetkan kamu. Cepat kamu diskusikan hal ini dengan Kak Akmal. Dia harus tahu, Nay!" Ersa menyarankan.
Anaya melempar pandangannya ke arah jendela. "Mas Akmal sudah tahu, tapi aku belum tahu langkah apa yang akan diambilnya."
°
Wajah Akmal terlihat lesu saat memasuki rumah, dan disambut oleh Anaya dengan kerut di keningnya.
"Assalamualaikum," sapa Akmal tak bersemangat.
"Waalaikumsalam." Anaya meraih tangan suaminya dan menciumnya takzim, lalu mengambil tas kerja suaminya. "Mas Akmal sakit? Atau ada masalah di kantor?" Anaya menempelkan punggung tangannya di kening sang suami.
Sedangkan Akmal langsung mendaratkan dagunya bertumpu pada pundak sempit milik Anaya. Membuat wanita itu merasa meremang sekujur tubuhnya. Detak jantungnya berpacu dengan cepat seakan habis lari maraton.
"Biarkan seperti ini dulu, Nay. Meskipun sempit tapi pundakmu laksana kasur yang mampu memberiku rasa nyaman." Akmal berkata dengan mata terpejam.
Mata Anaya membulat mendengar gombalan suaminya. "Ada apa ini, kenapa tiba-tiba pulang kantor jadi eror begini?"
Lalu ia membalas berusaha mengimbangi ucapan suaminya. "Jika aku laksana kasur yang mampu memberi Mas Akmal rasa nyaman, lalu apakah aku juga harus memberikan kehangatan layaknya pasangan lain yang sudah menikah?"
Akmal langsung mengangkat kepalanya, dan menatap Anaya dengan wajah serius. "Apa kamu yakin sudah siap, Nay?"
"Maksudnya?" Anaya mendadak blank dengan muka semerah tomat. Dia paham maksud suaminya, tapi apakah secepat itu? Sementara ia tahu, hati sang suami masih tersangkut di negeri antah-berantah, entah kapan ia bisa menggapainya.
Akmal tertawa terbahak-bahak melihat respon istrinya, tapi jika itu terjadi maka dengan senang hati, ia akan memberikan seluruh jiwa dan raganya. Rupanya Akmal telah menyadari bahwa dia mulai jatuh cinta pada istri kecilnya itu.
"Aku akan mandi dulu, dan kamu persiapkan dirimu. Karena aku akan menagih ucapanmu tadi." Akmal naik ke atas sambil bersenandung kecil, hatinya sungguh bahagia.
Sementara Anaya masih mematung di tempatnya, mendadak dia merasakan suhu tubuhnya memanas, dadanya berdesir dan jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
Anaya meraba wajahnya, lantas memeluk dirinya sendiri, membayangkan sesuatu, lalu menggelengkan kepala.
Akmal yang telah selesai mandi keluar kamar, dan tersenyum melihat tingkah istrinya yang menurutnya sangat lucu. Tak sabar ia pun segera turun lalu menggendong sang istri dan membawanya ke kamar mereka.
"Apa kamu sudah siap untuk berbagi kehangatan denganku malam ini, hemmm...?" bisik Akmal lembut bagaikan alunan melodi indah di telinga Anaya yang pasrah dalam pelukan suaminya.
°
°
°
°
°
Entahlah... apa yang terjadi...🤔 terjadilah....🤭
Astaga, Akmal yang mau bermanja-manja/Facepalm/