Cerita ini hanya fiktif belaka, namun cerita ini di rangkum dari pengalaman seseorang dan di sangkut pautkan dengan kejadian-kejadian Aneh yang terjadi di kalangan masyarakat pedesaan.
Zivanya yang biasa di panggil Ziva menganggap kelebihannya itu sebagai Kutukan namun perlahan dia pun berdamai dengan keadaan dan akhirnya menganggap kelebihannya itu sebagai Anugerah.
Karena Ziva lebih asyik berteman dengan sosok yang berwujud makhluk halus namun mempunyai hati di banding dengan sosok yang berwujud manusia namun tak punya hati.
Sebuah percintaan pun terjalin di cerita ini, berawal saat Ziva duduk di bangku SMK sampai pada Ziva lulus dan melanjutkan kuliah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35.
Kediaman BELANDRI.
Setelah kejadian yang menimpa Wira, Wira tidak menunggu waktu lama lagi. Ia langsung meresmikan lamarannya pada Jihan, lamaran yang tadinya hanya melibatkan mereka berdua saja kini dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat.
Acara lamaran Wira dan Jihan di laksanakan sore hari di kediaman rumah Jihan, acara lamaran di selenggarakan sore hari. Tidak semua staf Wira di undang hanya Ziva saja yang di undang. itu pun karna undangan dari Jihan yang di dampingi oleh Wira.
Ziva lari terpogoh-pogoh, dengan sepatu hills yang dia jinjing di tangannya. Saat sampai di pelataran rumah Jihan Ziva menyenderkan tubuhnya yang lelah di tembok gerbang Jihan.
"Siapa mereka ? huh ... Hampir saja. " Ziva masih mengatur nafasnya.
"Ziva ? " Ucap seseorang yang membuat Ziva kaget tak terkira. " Bang Arjun. "
Arjun tak menyangka dia akan bertemu dengan Ziva, setelah kasus Putri mayat yang di temukan oleh Ziva waktu itu. dari sana Arjun Tidka lagi bertemu Ziva selama kurang hampir 1 bulan lamanya.
Ziva pun yang mengetahui perihal orang yang menyerang di play over itu, memilih bungkam karna ia enggan berurusan dengan polisi lagi.
Arjun masih melihat Ziva menyentuh dadanya karna lelah telah berlari menghindari kejaran orang yang dari tadi mengikutinya. "Kenapa Zi ? "
Ziva hanya memberikan kode lima tangganya, dengan artian dia belum bisa menjelaskannya. Arjun sejenak berlari ke dalam rumah Jihan, dan mengambil satu gelas air mineral yang di kemas ke dalam botol kecil.
"Minum dulu Zi. " Perintah Arjun memberikan botol air itu.
Ziva menjongkok kan tubuhnya, laku dengan rakus ia meneguk air itu. " Huh ... Terimakasih Bang, " ucap Ziva masih memperhatikan sekitar.
"Ada apa ? " Tanya Arjun.
"Ta-tadi ada dua orang laki-laki mengikuti ku Bang, mereka sangat mencurigakan. Saat aku mencoba lari mereka pun ikut lari, dan akhirnya kita kejar-kejaran. "
Arjun pun keluar dari gerbang dan melihat sekitar rumah Jihan, " Tidak ada siapa-siapa. " Arjun pun kembali ke dekat Ziva. " Tidak ada siapapun Zi, nanti akan Abang cari tahu. Sekarang ayo kita masuk acara akan di mulai. "
Arjun merasa tidak heran dengan keberadaan Ziva, terlebih ia tahu Ziva adalah staf dari kakak nya itu. " Kamu memenuhi undangan siapa ? "
"Mbak Jihan Bang, "
"Kak Jihan ? Bukan Kak Wira ? "
"Bukan Bang, Mbak Jihan yang memintaku datang. " Ziva berusaha memakai hills nya kembali.
"Aaaaaa ... "
"Kenapa Zi ? " Tanya Arjun.
"Hanya lecet saja Bang, mungkin tadi terkena batu. "
Dengan berjalan seperti orang tak normal Ziva berjalan menuju rumah Jihan, mereka berjalan beriringan.
"Kok kamu bisa kenal sama Kak Jihan ? "
"Ceritanya panjang Bang, "
Tatapan Ayah dan Ibu Arjun kini sedang memperhatikan kedatangan anak keduanya bersama wanita yang sama sekali belum pernah ia lihat.
Jihan memberikan lambaian tangannya pada Ziva, di balas anggukan ramah oleh Ziva. Sementara Arjun di panggil oleh Ibunya melalui isyarat tangan juga.
"Zi, kamu duduk dulu. Abang mau kesana sebentar. "
Ziva hanya menganggukkan kepalanya dan duduk bersama dengan kerabat dari pihak Jihan. Ziva merasa kaku terlihat di sana tidak ada yang Ziva kenal selain Jihan, Wira dan Arjun.
Arjun kini sedang memenuhi kemauan Ibunya untuk duduk di sampingnya, sesekali Arjun dan Ziva saling beradu pandang. " Bang Arjun itu siapanya Pak Wira ya ? Sudah jelas terlihat Bang Arjun menggenakan pakaian yang sama dengan pihak keluarga dari Pak Wira. " batin Ziva.
Ibu belandri terus memperhatikan tatapan Arjun pada wanita yang datang bersamanya. " Jun siapa dia ? "
Arjun melirik ke arah Ibunya. " teman. "
"Teman ? Tapi kok dalam gitu sih liatnya, ibu jadi cemburu loh ini. " Goda ibu belandri.
"Apa'an sih ibu, ibu tuh harusnya perhatikan Kak Wira bukan aku. " Decak kesal Arjun.
Ibu belandri pun tertawa dengan sedikit suara, "Pah ... lihat anak kita sedang jatuh cinta. " bisik ibu belandri pada Pak belandri.
"Ibu jaga sikap, kita sedang jadi perhatian mereka. " perintah pak belandri.
Ini belandri memang suka sekali menggoda anak dan suaminya.
"Tau nih Ibu, " sambar Arjun yang merasa di bela oleh ayahnya.
Ibu belandri pun ikut memperhatikan Ziva, Ziva sesekali tersenyum ramah walaupun ia tidak tahu siapa ibu itu.
Acara pun selesai, kini waktunya semua tamu yang hadir di persilahkan menikmati makanan yang sudah di hidangkan. Acara lamaran itu juga bertujuan untuk menentukan hari dan tanggal pernikahan antara Wira dan Jihan.
Rasanya Ziva ingin segera pergi, karna ia sadar itu acara yang di hadiri oleh keluarga inti saja.
"Ziva ? " Ziva menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Jihan merentangkan tangannya untuk memeluk Ziva.
Ziva pun menjemputmu pelukan yang akan di berikan oleh Jihan " Ya Alloh Alhamdulillah,selamat ya mbak aku ikut senang sekali. "
"Iya Zi, mbak tahu ini berkat bantuan kamu. Jangan sungkan ya Zi, mbak lihat dari tadi kamu hanya diam saja ayo makan ! " ajak Jihan.
"Mbak Ziva pulang saja ya ? Ziva tidak enak. "
"Ah .. Ayo mbak temenin Mas Wira sedang mengobrol dengan mereka, ayo temani mbak makan. " Jihan tidak mau menerima penolakan dari Ziva, Jihan menarik lembut tangan Ziva.
Ibu belandri melihat itu, ia beranggapan bahwa Ziva adalah teman atau kerabat calon menantunya itu. Jihan mulai mengambil beberapa menu makanan dan Ziva hanya mengikuti saja.
"Kita duduk di sini saja ya Zi ? " Ajak Jihan.
"Boleh Mbak. "
"Mbak senang kamu datang, nanti mbak kenalin sama orangtua mbak ya Zi. " Ucap Jihan mengelus lengan Ziva.
Mereka pun mulai menikmati hidangan yang ada. selang beberapa waktu Wira pun datang tanpa di sadari oleh Ziva.
"Ayo duduk Mas, Mas mau makan ? Aku ambilkan. " ucap Jihan pada Wira.
"Sudah Sayang, tadi Mas sudah makan sedikit, " jawab Wira dan langsung menyapa Ziva.
"Selamat ya Pak atas pertunangannya, Saya ikut senang. " Sambung Ziva memecahkan kecanggungan dalam diri Ziva.
"Cuma ucapan selamat untuk pertunangan saja Zi ? ucapan selamat untuk lepas dari makhluk itu tidak ? "
Ziva sampai tersedak kala mendengar ucapan atasannya itu.
"Masss ... " tegur Jihan lembut. Jihan dan Wira pun tertawa bersama.
"Maaf ya Zi, Mas Wira memang aslinya seperti ini. Jika kamu melihat di dalam kantor dia selalu tegas, nah ini kalau di luar kantor ... Iseng Zi. " jelas Jihan.
Ziva tersenyum samar, " tidak apa-apa mbak, aku sedikit kaget aja dengan ucapan Pak Wira. "
Dari kejauhan Arjun melihat ke tiga orang yang sedang bercakap itu, Arjun memperhatikan ibunya. Arjun merasa kini dia sedang tidak dalam pengawasan ibunya.
"Nah loh, Arjun ... ayo sini gabung. Tuh ada kursi kosong di samping Ziva. Ayo duduk. " Ajak Jihan.
"Terimakasih Kak. "
Ziva dan Arjun tidak bertegur sapa, mereka sangat canggung terlebih Ziva harus jaga sikap saat di hadapan atasannya.
"Ko diam ? Kenalan dong Zi ... "
"Kami .... " ucapan itu keluar bersamaan dari mulut Ziva dan Arjun.
Kejadian itu menambah rasa canggung kembali.
"Mereka sudah saling kenal Sayang, Ziva itu rekomendasi Arjun loh saat pertama masuk ke perusahaan ku. " Jelas Wira.
"Oh ya ? ya ampun maaf ya Zi mbak gak tau. "
"Tidak apa-apa mbak, bukan berita yang good news juga kan. " sambar Ziva.
"Good news dong, mbak baru saja ada niat mau menjodohkan kalian. " Tutur Jihan dengan ringannya.
Kini giliran Arjun yang tersendak,
"Dek, hati-hati dong kalau minum. " umpat Wira sambil menepuk lembut punggung Arjun.
Sementara Ziva memberikan sebuah tisu pada Arjun. Tapi Jihan malah puas dengan apa yang dia ucapkan.
"Adek ? Bang Arjun itu .... "
"Arjun ini adik saya Zi. "
Ziva membulatkan tatapannya.