bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 6
setelah Luna pergi, Lingga tak benar-benar menemui Risky hanya Alibinya saja. Lingga penasaran apa yang terjadi pada Alana sampai Jinan sebegitu marahnya pada keluarga terpandang itu? biasanya Jinan cerita-cerita tentang Alana padanya, bahkan Lingga tau Alana saudara kembarnya Luna juga dari Jinan. Lingga yang sudah kelas 11 itu mulai tak suka pada Luna saat Luna maksa untuk menjadi wakilnya, bahkan menggunakan nama baik keluarga hanya untuk menjadi seorang Wakil.
Lingga awalnya biasa saja dengan keberadaan Luna tapi semakin lama Aluna mulai membully siswa karena sebab yang tak masuk akal, bahkan Aluna pernah menegaskan jika dirinya hanya boleh didekati oleh dia, astaga Lingga bahkan harus bertempur dengan cegil anomali itu.
"gimana kak? lukanya parah banget ya? kok perban nya udah di ganti aja?" tanya Jinan pada Lila
"tadi Alana maksa mau keluar, pengen ikut kelas terus gak sengaja punggungnya kebentur entah dengan apa, gini deh jadinya, punggungnya berdarah lagi." jawab Lila agak kesal
"maaf kak.." ucap pelan Alana
"sumpah ya! lo tu keras kepalanya kebangetan tau gak! pengen banget gue gebukin" gerutu Jinan ikut kesal
"Lukanya cukup parah, ini kalo lukanya di tambah lagi bakalan parah banget, bisa berkemungkinan jadi kanker juga.. kalo bisa kamu hindarin buat luka lagi ya? dari yang kakak liat ini luka cambuk ya?" sahut Lila lagi, Lila tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada siswi di depannya itu. lukanya sangat parah
"harus lapor polisi!! ini namanya penganiayaan!! bukti udah ada, jadi mereka harus di laporin!!" celetuk Jinan, namun Alana tidak siap melihat ayahnya harus mendekap di penjara, rasa sayangnya lebih besar dari rasa sakit yang saat ini dimilikinya
"Nan... please.. jangan ya? gue bisa kok melawan, jangan laporin ayah.. gue gak sanggup.. "
"gak sanggup apanya Alana!! lo gak sayang apa sama diri lo sendiri?? pokoknya gue gak Terima kalo tua bangka itu gak masuk penjara!" teriak Jinan marah, sudah luka separah itu Alana masih memikirkan ayahnya yang kejam, Jinan hampir meledak di buatnya
"Nan, sumpah.. lo harus janji sama gue ya? jangan laporin ayah gue.. dan.. rahasiain luka gue ya?" Alana mulai memohon, entah apa yang Alana pikirkan saat ini
"otak lo isinya apa si? kecanduan di pukulin lo sama iblis itu?" Jinan benar-benar tak habis fikir, sikap Alana saat ini di luar nalarnya
"tapi kenapa Alana? kamu udah luka separah ini loh? Jinan benar, kamu gak harus diam di perlakukan seperti ini, kakak gak akan keberatan buat dukung kamu Lana.. " kali ini Lila ikut bicara
"cuma Ayah satu-satunya orang tua Lana kak, Bunda Lana udah gak ada meninggal waktu lahirin Lana.." jawab Alana sedih
"masih sudi lo manggil dia Ayah? hellow?? Lana dia itu Iblis! bukan Ayah, tapi Iblis!! gue masih ada Alana, gue bisa jadi teman sekaligus keluarga lo!!" tekan Jinan, Jinan tidak Terima dengan sikap Alana yang lemah dan pengecut itu
triiiiinngg.....
"waktunya masuk, lo gak boleh ketinggalan kelas Nan" ucap Lana mencoba mengalihkan topik
"hari ini lo pulang kerumah gue, gak mau ada drama penolakan oke? pokoknya titik!"
Jinan keluar dari UKS, kesabarannya hampir habis menghadapi Alana. Jinan yakin Alana bertahan sejauh ini hanya untuk mendapat kasih sayang ayahnya tapi apa yang bisa di harapkan oleh iblis berbentuk manusia itu? bahkan ketiga putranya pun sama, entah hati dan otak mereka terbuat dari apa yang jelas Jinan tak habis fikir dengan manusia-manusia itu
langkahnya terhenti saat Aluna tiba-tiba datang menghadangnya didepan kelas
"apa?" Jinan enggan untuk berurusan dengan Luna tapi dari tadi Aluna tak membiarkan Jinan untuk melewatinya
"Lo jangan gangguin Kak Lingga!" Aluna mencoba menggertak
"ganggu? gue? bukannya elo ya yang jadi pengganggu abadi buat Lingga?" sarkas Jinan
"gue gak suka ada orang yang gangguin pacar gue!" nada Aluna mulai naik
"pacar? emang dia ngakuin lo?" Jinan Lagi-lagi menyerang Aluna dengan sarkas, yah.. Aluna terdiam menahan amarah
"tipe Lingga itu bukan cewek manja kayak lo!" lanjut Jinan yang sudah pengap, mendorong kasar Aluna untuk menyingkir dari jalannya
"gue gak peduli lo sepupu Lingga atau bukan! lo harus jauhin dia karena gue cemburu!" ucap Aluna lagi setelah Jinan hampir masuk ke kelasnya
"kenapa lo gak nyuruh Lingga aja yang jauhin gue? dan.. sayang banget perasaan cemburu lo gak penting buat gue!"
Jinan masuk, tidak lagi peduli dengan Aluna yang mulai menangis karena ucapan-ucapannya. Jinan tau setelah ini dia akan dapat banyak masalah, terlebih dia membuat nangis anak manja keluarga Iblis itu
'gue gak bisa biarin Lana pulang kerumahnya! gue gak tau seberapa banyak pukulan yang bakal dia Terima kalo pulang kerumahnya, terlepas dari apapun alasannya Alana gak pantes di perlakukan seburuk itu, Lana juga manusia woi! sumpah kalo gue yang jadi Lana mungkin mereka semua udah gue bikin jadi Ubi!!' batin Jinan menahan kesal
"Jinan... Lo berantem sama waketos itu ya?" tanya Lidya, sekretaris di kelasnya
"iya" jawab Jinan singkat
"lo gak takut? bukannya dia anak perempuan dari keluarga terpandang itu?" tanya Lidya was was
"terus kenapa? mereka bukan Tuhan! gue gak takut sama mereka!" celetuk Jinan, Lidya malah takut suara ketua kelasnya itu terdengar sampai di luar, sedangkan Aluna masih berdiri di luar kelas mereka menutup wajah dengan tangan
dari dalam Jinan melihat Aluna sedang di hibur oleh Dipta, si cowok songong yang sangat di bencinya. Dipta berusaha untuk Aluna tidak menangis lagi sesekali tatapan Dipta di arahkan pada Jinan, Jinan hanya memutar bola matanya malas,
"Queen drama dan cowok songong emang cocok" celetuk Jinan
.
jam sekolah berakhir, semua siswa mulai meninggalkan sekolah satu persatu. Jinan masih di kelas bersiap untuk menjemput Alana ke UKS, kesempatan untuk Dipta karena kelas Jinan hampir sepi
"lo apain Luna?" tanya Dipta yang datang menggebrak meja Jinan
"hadeeehh.. ini pahlawan kesongongan siapa sih yang lahirin, neg banget liat mukanya" gerutu Jinan
"berani kok sama cewek, lagian lo juga belum tentu di anggap sama Aluna lo itu, gak usah sok jagoan" sahut Natalio datang. Nata yang statusnya pacar Jinan tentu tidak Terima dengan keberadaan Dipta yang ingin buat masalah pada pacarnya itu
"ini urusan gue sama Jinan!" Dipta sedikit kesal dengan ucapan Nata
"dan urusan Jinan adalah urusan gue juga!" lanjut Nata
"sstt... udah stop! dari pada lo Marah-marah gak jelas disini, mending lo urusin Aluna lo noh di bawah ngejer-ngejer spupu gue, saingan lo Lingga si cowok idaman ALUNA ZAVIERA TUAN PUTRI LO ITU" sahut Jinan yang berusaha mengusir parasit didepannya
"gue punya urusan penting sama lo! awas lo besok"
Dipta pergi setelah melihat Aluna yang terus bergelayut pada Lingga dari jendela, tak terima dengan Aluna yang terus mengejar Lingga saingan nya dalam segala bidang di sekolah
"kamu kemana aja sih yang, tadi waktu istirahat aku denger kamu ribut ya sama Seno ya? terus habis itu kamu kemana? aku cariin kamu loh" nada bicara Nata seketika berubah setelah kepergian Dipta
"UKS"
"Hah? kamu sakit yang?" tanya Nata panik
"Alana.. sumpah aku harus cerita sama kamu! tapi gak sekarang aku harus bawa Lana pulang dulu.." jawab Jinan yang terlihat setres
"oke.. aku anter kalian pulang ya?"
.
seperti ucapannya siang tadi, Jinan membawa Alana pulang kerumahnya bahkan HP Alana pun Jinan sita karena tidak ingin Alana berhubungan dengan keluarganya untuk sementara, mereka di antar pulang oleh Nata motor Jinan di pakai Gilang yang membuntuti mobil mereka dari belakang
"yang.. kita makan dulu yuk, laper aku belum sarapan" celetuk Jinan melihat beberapa pedagang kaki lima di pinggir jalan
"hah? kok belum sarapan sih? ngapain aja kamu dari pagi?" Nata berhenti di pinggir jalan, Gilang pun ikut berhenti
"woi.. kok berenti? mogok?" tanya Gilang menghampiri mereka
"kita berdua belum makan dari pagi Lang, makan dulu" jawab Jinan
"owalah.. kirain, gue traktir deh" ucap Gilang bangga, si cowok playboy namun royal dan setia kawan, hanya Jinan dan Lana yang lolos dari gombalan mautnya.