Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Sonya
Sebenarnya Rasya sangat muak kepada ibunya yang selalu ikut campur kehidupan ruang tangganya, dulu saat bersama Maya, ibunya juga selalu ikut campur dan sekarang Dengan Marsya Pun dia melakukannya.
"Kenapa kamu bicara begitu sama ibu?, mau jadi anak durhaka kamu??
"aku sudah capek lihat tingkah laku ibu yang selalu ikut campur rumah tangga ku, dulu waktu sama Maya ibu juga melakukannya. Sekarang ibu melakukannya lagi. Mau ibu itu apa??". teriaknya dengan jengkel.
"Kamu bentak ibu??". Ibu arman memandang anaknya itu dengan berkaca-kaca.
"Ya. karena ibu sudah keterlaluan, selama ini aku sabar tapi sekarang tidak lagi, berhenti ikut campur rumah tanggaku. lebih baik ibu pulang sekarang karena aku sudah muak". Arman membuang wajahnya untuk menahan emosinya.
"Ibu tidak menyangka kamu bisa bersikap seperti itu pada ibu??".
"Pergilah bu, ibu tidak dengar??". Hardiknya dengan keras. habis sudah kesabarannya menghadapi ibunya.
ibunya langsung pergi begitu mendapat bentakan dari sang anak.
"Maaf bu, tapi aku sudah berusaha sabar dengan ibu selama ini, sampai rumah tanggaku tidak ada yang beres". Monolognya memandang kepergian ibunya dengan pandangan bersalah.
"Aku akan menjemput anakku disekolah karena ini jam pulang sekolahnya, apapun akan kulakukan untuk memperbaiki keadaan ini".
"Sialan orang tidak tahu diri itu kenapa bisa ada dihadapanku sih??". Gerutunya Sejak sampai di salon.
Sepanjang jalan ia meluapkan emosinya yang tertahan selama bertahun-tahun lalu, melihat orang yang telah membuat dirinya dan adik-adiknya menderita selama ini, membuat kemarahan yang tertahan selama 10 tahun dia tahan akhirnya meluap seketika.
"Nak, jangan seperti itu, dia adalah ayahmu". tegur sang bunda
"Aku tak punya ayah bunda, bagiku dia sudah mati ketika dia mengusir kita seperti Binatang malam itu!!". Ucapnya tanpa sadar menaikkan nada suaranya kepada sang bunda.
"Sasya, apa yang kamu lakukan, jangan berteriak kepada bunda". Tegur Rara kepada sang kakak karena membentak sang bunda.
"Maaf bunda, tapi aku tidak akan pernah memafkan manusia biadab dan tak punya hati itu, dan jangan pernah sebut dia ayahku karena bagiku dia sudah mati". Tekannya kemudian meninggalkan sang bunda dan adiknya yang mematung menghadapi kemarahan Sasya yang tidak pernah mereka lihat itu.
Maya menyadari luka menganga yang kini kembali lagi pada anaknya itu, dia sadar jika anaknya juga sangat terluka karena perlakuan sang ayah dulu, membuatnya terluka dan menyimpan dendam ditambah dengan perlakuannya kepadanya dulu.
"Bunda yang sabar yah, dia hanya sedang emosi jangan di ambil hati perkataannya tadi". Ucap Rara mengelus pundak sang bunda dan memandang nanar sang kakakyang telah meninggalkan mereka itu.
"Iya nak, bunda hanya khawatir kepada kakakmu nak, apalagi dia tengah emosi sekarang". Maya memandang sang anak itu sendu, dia sangat khawatir tentang emosi sang anak.
"Iya bunda, aku yakin dia akan baik-baik saja". Ucapnya menenangkan sang bunda.
Mereka tidak jadi jalan-jalan dan kesalon karena suasana yang tidak kondusif sekarang.
"ayo kita istirahat saja nak, kamu bisa menjemput adikmu nantinya dengan sopir jangan pergi sendiri, aku takut ayah Sasya melihat mu".
"Iya bunda, tapi bagaimana dengan Safa, bisa jadi anaknya juga sekolah disana??
"Biarkan sopir yang mengantar jemput adik kalian, karena aku yakin dia tidak mengenali adik kalian jika kalian tidak muncul disana".
"Baiklah bunda akan kusampaikan pada Sasya dan Sonya tentang hal itu".
"Terima kasih ya nak, maafin bunda karena kamu melihat hal seperti tadi".
"Tidak apa bunda, sepertinya kedepannya aku harus terbiasa melihat hal seperti itu". Ucapnya dengan sendu
"Kenapa kamu berkata seperti itu nak??
"melihat gelagat ayah Sasya Tadi, sepertinya kedepannya dia akan mencari tahu tentang kita dan akan menemukan kita bagaimanapun caranya, entah apa tujuannnya".
"Kamu benar nak, dn kita tak bisa selalu berlari menghindari semuanya. kita harus menghadapinya apapun nantinya terjadi".
"Aku hanya khawatir jika dia menggangu Bunda saat kami tidak ada, kan bunda tahu sendiri kami masih 3 tahun lagi disana untuk menyesaikan program spesialis kami nantinya". Ucapnya dengan Khawatir.
"Tidak perlu khawatir nak, bunda akan menjaga diri bunda nantinya agar bisa melindungi kedua adik kalian".
"Ia bunda, aku kekamar dulu yah". ucapnya pada sang bunda".
Aku akan melindungi keluarga kecilku, tak peduli siapapun dia". monolognya dengan tangan mengepal.
Sesampainya dikamar, Rara menghubungi paa pengawal yang akan dia utus untuk menjaga sang bunda selama mereka pergi belajar diluar negeri.
"Lindungi bunda dan juga kedua adikku bulan depan, pastikan tidak ada yang mengganggunya". perintahnya kepada orang diseberang telpon.
"Baik nona, kami akan laksanakan saat nona kembali keluar negeri".
"Terima kasih atas bantuannya". Rara menutup telponnya secara sepihak.
Selama ini, tidak ada yang tahu jika Rara menyuruh orang lain menjaga ibu dan kedua adiknya dari jauh karena dia merasa akan ada pertarungan besar nantinya dengan masa lalu pada sang bunda. instingnya sangat kuat sebagai pengacara.
Tiba lah jam pulang sekolah untuk anak SD, karena Safa pulang jam 2 siang karena sekolahnya menerapkan full day dari senin sampai jumat sedangkan sabtu adalah hari bakat".
Rasya sudah ada didepan gerbang sang anak, laura beserta ketiga adiknya itu memndang heran sang Daddy yang tengah menghampiri mereka.
"Mau ngapain Daddy kesini??". Ketus Laura kepada sang ayah.
"Daddy hanya ingin menjemput semua kesayangan Daddy, kemudian makan siang bersama, mau yah nak?? Ucapnya dengan memelas.
"Mau". sang adik bungsu yang memang ingin sekali makan bersama ayahnya itu langsung menyetujuinya".
Melihat kebahagiaan sang adik. Laura dan Liana saling memandang, sejujurnya mereka juga sangat merindukan masa seperti anak lain yang diantar jemput oleh orangtua mereka.
Keduanya mengangguk dan mengiyakan. Rasya langsung memeluk ketika anaknya ketika mereka setuju ikut bersamanya.
"Makasih nak, maafin Daddy selama ini membuat kalian sedih karena Dady tak punya waktu buat kalain, setelah ini Daddy janji akan lebih memperhatikan kalian. Maukan memaafkan Daddy??". Arman memandang ketiga anaknya dengan mata berkaca-kaca.
Mendapatkan sikap dingin dari sang anak selama ini membuatnya terluka dan kini dia menyadari jika semua itu terjadi karena kesalahannya.
"Daddy yakin akan lebih perhatian pada kami?? Tanya mereka dengan berbinar.
"Iya nak, maafin daddy yah selama ini tidak perhatian pada kalian". Ucap arman kembali memeluk sang anak menyampaikan rasa sayangnya.
"Sekarang kita berangkat yuk, kita jemput Mommy kalian dulu kekantornya seteah itu kita makan siang".
"Asyik". girang mereka semua langsung menggandeng sang ayah menuju mobilnya.
dada Arman berdesir bahagia mendapati kebahagiaan yang baru dia rasakan. Dia hanya berharap rumah tangganya dengan sang istri bisa dia selamatkan.
"Aku harap kita masih bisa berjuang untuk rumah tangga kita, maafin aku". Monolognya
mf ya, tp typo mu byk banget.