NovelToon NovelToon
Aku Hanya Wanita Biasa

Aku Hanya Wanita Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Wanita Karir / Careerlit
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Kesalahan Jadi Pengalaman

“Non!” Teriak Budi dari dalam kontainer.

Azmi yang sedang menyusun barang di rak bersama Romi, segera menghampiri Budi.

“Ada apa, Mas?”

“Sepertinya kamu salah order part!” Azmi menajamkan penglihatannya.

Benar! Ia salah. Part-Number yang ia masukkan berbeda dengan yang ada di form order.

“Bagaimana ini, Mas? PM-nya dua hari lagi, kalau pesan ulang tidak akan sempat. Dan bagaimana dengan part yang aku order?” Azmi mulai panik.

“Jangan panik dulu, Non!” Budi mencoba mengakali orderan yang telah tersubmit, tetapi tidak bisa karena sudah dalam pengantaran.

Part yang diorder memiliki nilai yang fantastis, yaitu $1500 dan dikirimkan dari Singapura. Gaji Azmi saja masih dalam masa percobaan. Masih bulan depan ia menjadi karyawan sepenuhnya. Dari mana ia mengganti uang sebanyak itu. Apakah ia harus menggunakan tabungan uang sakunya selama ini?

“Kamu beruntung, Non!” Kata Budi setelah beberapa menit menggerakkan tangannya di keyboard.

“Apa, Mas?” Yang Azmi penuh harap dan was-was.

“Part yang kamu order dibutuhkan unit lain. Tetapi mereka masih belum memasukkan orderan. Dan part yang dibutuhkan kebetulan ada stok di site lain. Kalau mereka mau meminjamkannya, kita tetap buat orderan untuk menggantinya.”

“Yang benar, Mas?”

“Ya. Tapi kamu masih tidak bisa lepas dari amukan Bos!”

“Tak apa. Aku akan mendengarkannya.”

Segera setelah Budi mengatakan hal itu, ada panggilan telepon dari Pak Suwito yang meminta Hanung keruangannya. Tidak ada yang bisa disembunyikan, karena semua sistem melewati pengawasan Kepala Warehouse.

Plak!

Pak Suwito melemparkan map dokumen kearah Azmi yang mengenai pembatas kontainer. Azmi mengeratkan pegangan kedua tangannya dengan mata tertutup. Jantungnya berdetak sangat kencang saat ini.

“Beruntung Budi bisa memainkan trik! Kalau tidak, habis kamu!” Teriak Pak Suwito.

Pak Rudi yang juga ada didalam ruangan memilih diam dan mengerjakan pekerjaannya. Beliau tahu tipe Pak Suwito yang tidak ingin orang lain ikut campur. Jika ia ikut campur, hanya akan membuat posisi Azmi terpojok. Maka diam adalah pilihan terbaik.

“Maaf, Pak.”

“Kata maaf memangnya bisa mengatasinya? Hah!” Pak Suwito menggebrak meja, membuat Azmi terkejut.

“Kamu baru sebulan bergabung sudah membuat masalah seperti ini! Bagaimana bulan berikutnya!”

“Saya akan memperbaikinya, Pak.”

“Hah! Bulan depan kamu jadi karyawan tetap?”

“Iya, Pak.” Jawab Azmi sembari menelan saliva.

“Sampai saat itu, jika kamu membuat kesalahan lagi aku tidak akan menandatangani surat mu. Dan itu artinya kamu tidak akan bisa menjadi karyawan tetap!” Azmi menunduk.

Ia tahu kesalahannya, ia hanya bisa menerima nasib.

“Kembali bekerja!” Azmi mengangguk dan membungkukkan tubuhnya sebelum keluar dari ruangan.

Azmi ingin menangis, tetapi tidak bisa. Ia tidak ingin terlihat lemah saat ini. Dengan langkah gontai ia kembali ke ruangan.

“Tak apa, Non! Manusia tempatnya salah, apalagi kamu masih baru.” Kata Budi.

“Iya. Aku dulu juga pernah salah order solar.” Kata Romi.

“Bos Suwito memang seperti itu. Kamu harus mental baja kalau menghadapinya.” Kata Ipit.

“Tetap semangat, Non!” Budi menepuk bahu Azmi.

Sejak kejadian pagi itu, Azmi bekerja seperti mendapat tekanan besar. Ia mengulang setiap data yang ia input sampai beberapa kali untuk memastikan part-Number atau angka yang ia masukkan sesuai.

“Kenapa wajah mu terlihat lelah?” Tanya seorang mekanik, Priyo.

“Benarkah? Sepertinya karena banyak pekerjaan, Mas.” Jawab Azmi sembari menyiapkan orderan part yang diminta.

“Jangan memaksakan diri! Kesehatan itu mahal.”

“Ya.” Jawab Azmi datar.

Setelah semua orderan terkumpul, Azmi menandatangani form order dan menyimpannya di mejanya.

Seminggu berjalan. Azmi masih tidak bisa merilekskan dirinya di pekerjaan. Melihat hal itu, Pak Rudi akhirnya buka suara.

“Mi, jangan tegang seperti itu! Yang ada kamu akan tumbang! Anggaplah kesalahan yang kamu buat sebagai pelajaran agar tidak membuat kesalahan yang sama, bukan menjadi seperti sekarang. Kamu itu bekerja disini tidak hanya sebentar, bisa saja setahun, dua tahun atau bahkan lebih lama. Kamu harus bisa menyesuaikan diri!”

“Tapi saya takut melakukan kesalahan lagi, Pak.”

“Jangan takut melakukan kesalahan, karena semakin kamu takut maka kamu akan dihantui kesalah itu terus menerus. Jadilah apa adanya kamu dan berusahalah yang terbaik!” Azmi mengangguk.

Sebenarnya ia juga lelah. Selama seminggu ini mengulang pekerjaannya beberapa kali hanya untuk memastikan tidak ada kesalahan. Azmi menata ulang pikirannya. Apa yang dikatakan Pak Rudi ada benarnya. Ia harus lebih fleksibel dalam menghadapi pekerjaannya dan menjadikan kesalahannya sebagai pengalaman. Setelah mengambil nafas panjang, Azmi menemukan kembali semangatnya.

Saat pulang kerumah, kedua orang tua Azmi bisa menebak mood anak mereka sedang baik. Mereka merasa khawatir seminggu ini karena Azmi tak begitu berselera makan bahkan didepan makanan kesukaannya, coto Makassar.

Makan malam kembali bergairah seperti biasanya karena Azmi telah berselera makan. Sampai-sampai berebut lauk dengan sang adik.

“Apa masalah dikerjakan sudah teratasi?” Tanya Ayah Azmi saat mereka menonton TV bersama.

Azmi ragu untuk menjawabnya.

“Ayah juga pernah bekerja. Jangan kira Ayah tidak tahu kamu sednag ada masalah!” Kata Ayah Azmi yang melihat putrinya tidak ingin jujur.

Azmi akhirnya menceritakan apa yang ia lalui di tempat kerjanya kepada keluarganya. Dari sana ia tahu ternyata kedua orang tuanya mengkhawatirkan dirinya.

“Ingat, Nak. Jadikan kesalahan yang kamu buat menjadi pengalaman. Itu yang akan membuat mentalmu semakin kuat nantinya.” pesan Ayah Azmi.

“Iya, Ayah.” Azmi menganggukkan kepalanya dengan mantap.

Ia sudah memutuskan untuk bekerja agar tidak merepotkan kedua orang tuanya. Maka ia akan menghadapinya dengan sekuat tenaga. Dunia kerja yang kejam akan ia anggap sebagai pengasah mentalnya.

Selesai melaksanakan sholat isya’, Azmi membuka ponselnya dan membalas beberapa pesan yang menunggunya. Beberapa dari teman-temannya dan beberapa dari nomor tidak dikenal. Sejak bekerja, ia sering mendapatkan pesan dari nomor yang tidak dikenal. Baik itu yang mengajaknya berkenalan atau hanya mengganggunya. Mungkin orang-orang mendapatkan nomornya dari tempatnya bekerja.

“Sibuk sekali sampai kamu tidak menghubungiku beberapa hari ini!” Seru Raika saat Azmi mengangkat teleponnya.

“Memang sibuk. Kamu sendiri bagaimana?”

“Ah! Jangan kau tanyakan! Aku memiliki atasan yang sangat menyebalkan! Berapa banyak aku merevisi laporan, ujung-ujungnya laporan awal yang digunakannya!”

“Kalau kamu sudah tahu, berarti tidak usah revisi.”

“Aku maunya seperti itu! Tetapi dia tahu kalau aku tidak revisi. Terpaksa aku tetap merevisi sesuai keinginannya. Bagaimana dengan pekerjaanmu?”

“Aku sekarang menjadi asisten admin Warehouse.”

“Hah? Serius?” Tanya Raika tidak percaya.

“Ya. Sudah sebulanan.”

“Kenapa baru mengatakannya sekarang? Kita harus merayakannya. Baru kamu yang naik jabatan dari resepsionis dan itu hanya butuh waktu dua bulan! Hebat!”

“Beruntung.”

“Beruntung itu faktor sekian.”

“Terserah kamu saja.”

Keduanya membuat janji ketemu besok karena mereka sama-sama libur dihari minggu. Setelah sepakat, mereka mengakhiri sambungannya. Saat akan meletakkan ponsel di rak lemarinya, ada pesan masuk baru yang menarik perhatiannya. Tetapi setelah membaca isinya, Azmi menutupnya kembali dan bersiap tidur.

1
indy
sabar y azmi
indy
lanjut
indy
lanjut kakak
indy
semoga di tempat baru azmi bisa lebih sibuk sehingga dapat melupakan kenangan buruk
indy
semoga azmi nanti sukses
indy
selamat ya azmi
Meymei: Terima kasih kak (Azmi)
total 1 replies
indy
cepat move on azmi
indy
kasihan Azmi
indy
Ternyata priyo gak bisa mendaki, bukan karena prinsip
Sulfia Nuriawati
suami aneh, mw saling mengenal tp cm azmi yg ada usaha, lah priyo blm apa² cm tw marah aja, serem sm yg kyk gt sifatnya bs² anemia🤭🤭🤭
Meymei: Hehehe sabar ya kak..
total 1 replies
indy
sabar ya Azmi...
Meymei: Aq sabar kak (Azmi)
total 1 replies
indy
semoga azmi kuat
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
lanjut kakak
Meymei: Siap kak 😊
total 1 replies
indy
priyo sat set, semoga dia orang baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
telaten sekali azmi
Rian Moontero: kusuka ceritanya kak Mey👍👍
semangaaat🤩🤩🤸🤸
Meymei: Hihihi 🤭
total 2 replies
indy
semangat azmi
Meymei: Siap kak! (Azmi)
total 1 replies
indy
hadir
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
Dewi Masitoh
hadir kak😊
Meymei: Terimakasih dukungannya kak 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!