NovelToon NovelToon
Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Dipoligami Karna Tak Kunjung Hamil

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mahkota Pena

Cerita ini mengisahkan sepasang suami isteri yang sudah dua tahun lamanya menikah namun tidak kunjung diberikan momongan.
Mereka adalah Ayana dan Zulfahmi.
Namun karena desakan sang ibu yang sudah sangat mendambakan seorang cucu dari keturunan anak lelakinya, akhirnya sang ibu menyarankan untuk menjodohkan Fahmi oleh anak dari sahabat lamanya yang memiliki anak bernama Sarah agar bisa berpoligami untuk menjadi isteri keduanya
Rencana poligami menimbulkan pro dan kontra antara banyak pihak.
Terutama bagi Ayana dan Fahmi sendiri.
Ayana yang notabenenya anak yatim piatu dan tidak memiliki saudara sama sekali, harus berbesar hati dengan rencana yang mampu mengguncangkan jiwanya yang ia rasakan seorang diri.
Bagaimanakah kelanjutan kisah Ayana dan Fahmi?
Apakah Ayana akan menerima dipoligami dan menerima dengan ikhlas karena di madu dan tinggal bersama madunya?
Ikuti kisahnya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAH!

"Saya terima nikah dan kawinnya Ayana Zahira Binti almarhum Ahmad Husein dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi?" Tanya salah seorang pendamping penghulu.

"Sah." Sahut para saksi yang menghadiri pernikahan kedua mempelai yang baru saja resmi menjadi sepasang suami isteri.

"Sah, alhamdulillah barakallah." Disusullah sahutan Bapak Penghulu.

Tampak raut wajah pemuda tampan bernama Zulfahmi begitu sangat bahagia dengan hati yang lega atas resminya ia menjadi seorang suami bagi gadis yang bernama Ayana.

Ayana Zahira resmi menjadi Isteri Zulfahmi.

Ia adalah gadis lulusan pada salah satu Pondok Pesantren terbaik diwilayah barat pulau Jawa.

Berawal bertemu dengan suaminya ketika Zulfahmi mengantarkan kakaknya yang bernama Zaidan saat berkunjung untuk mengunjungi Guru Zaidan di Pondok Pesantren tersebut.

Ketika Zaidan sedang menemui tuan guru, Zulfahmi meminta izin kepada Zaidan untuk berkeliling melihat suasana disekitar Pondok Pesantren.

Namun ketika Zulfahmi berjalan menyusuri lorong Pondok justru menemukan sosok gadis yang sangat manis, polos, dengan wajah yang teramat teduh yang sedang bercengkerama dengan santriwati lainnya.

Pandangan pertamanya mampu membuat hati Zulfahmi terpikat dan begitu terpesona dengan paras manis tanpa riasan tersebut.

Tidak sengaja Ayana menangkap sepasang bola mata yang sedang memperhatikannya. Namun ia segera beranjak dan pergi menjauh. Karena pantang baginya bukan mahrom saling berpandangan.

Melihat ekspresi Ayana yang pergi menjauh, membuat Zulfahmi segera berjalan menghampiri Zaidan yang ternyata telah berdiri didepan rumah gurunya yang kerap disapa Kyai Akbar.

"Dari mana kamu Fahmi? Tidak membuat onar kan?" Ujar Zaidan yang menoleh kearah Fahmi.

"Maaf Kak, aku baru saja dari arah sana dan bertemu dengan gadis yang telah membuat aku jatuh hati." Ucap lirih Fahmi dengan berbisik-bisik dan menunjuk kearah dimana Ayana berada.

" Siapa?" Tanya Zaidan tampak penasaran.

"Aku tidak tahu kak." Jawab Fahmi dengan sedikit menunduk karena Kyai Akbar rupanya telah mendengar percakapan mereka walau dengan suara lirih.

"Siapa ini Zidan?" Kyai Akbar bertanya kepada Zaidan.

Zaidan kerap sekali dipanggil dengan sebutan Zidan. Keseluruhan memanggilnya Zidan. Bahkan keluarganya pun juga.

"Alafu Kyai, ini adik saya." Zidan menjawab dengan menyenggolkan lengannya pada tubuh Fahmi untuk memberikan kode supaya Fahmi memperkenalkan diri dan menyalami Kyai Akbar guru besarnya selama Zidan belajar di Pondok Pesantren.

Fahmi pun tersadar ketika kakaknya menyenggolnya dan memberikan kode.

"Zulfahmi, Kyai." Fahmi kemudian mengulurkan tangannya dan segera mencium punggung tangan milik Kyai Akbar.

"Na'am. Mari masuk nak, singgah dulu kegubuk kami." Ujar Kyai Akbar yang merendahkan diri untuk mempersilahkan Fahmi dan Zidan masuk kedalam rumahnya yang ia sebut sebagai gubuknya.

"Baik, Kyai." Zidan menyahut dan menarik tangan Fahmi untuk mengekori Kyai Akbar masuk kedalam rumahnya.

Kyai Akbar mempersilahkan keduanya untuk duduk di sofa empuk yang terdapat beberapa ukiran dibagian pinggirnya.

"Umiiii." Ucap Kyai Akbar dengan suara beratnya.

Tidak lama kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya menggunakan gamis panjang berwarna hitam.

Namanya Umi Farida. Ia adalah isteri Kyai Akbar.

Wajahnya teduh dan damai, selalu murah senyum dan tampak sekali seperti tidak pernah merasakan adanya beban hidup dalam dirinya.

"Nak, Zidan? Sejak kapan kamu datang?" Sapa Umi Farida kepada Zidan.

Jelas Umi Farida mengenali Zidan, karena Zidan salah satu Santri yang sangat sopan, baik, rendah hati, penurut dan tidak pernah macam-macam bahkan membuat onar selama belajar di Pondok Pesantren nya.

"Belum lama, Umi. Umi, bagaimana kabarnya? Sehat kah, Umi?" Zidan tampak senang sekali bertemu kembali dengan Umi Farida yang sudah ia anggap sebagai Ibu kandung ketika berada di Pesantren kurang lebih enam tahun lamanya.

"Alhamdulillah, Zidan. Umi sehat wal afiat." Umi Farida menjawab lalu duduk mendekati Kyai Akbar.

Belum sempat percakapannya berlanjut, muncullah gadis manis berwajah teduh membawakan nampan dengan beberapa minuman didalam cangkir.

Gadis itu melemparkan senyuman manisnya masih dalam keadaan menunduk tidak berani untuk menatap terlalu lama wajah-wajah pria yang sedang berada di hadapannya, takut berdosa.

Fahmi terkejut karena yang mengantarkan minuman adalah gadis yang telah membuat ia jatuh hati pada pandangan pertamanya.

Segera Fahmi menyenggolkan kakinya pada kaki Zidan.

Dengan cepat Zidan paham dengan apa yang dimaksud Fahmi.

Gadis itu tidak ingin berlama-lama berada dalam ruangan yang terdapat beberapa pria.

Ia segera beranjak masuk kedalam dan meninggalkan Zidan, Fahmi, Kyai Akbar serta Umi Farida.

"Kamu masih mengenalnya, Zidan?" Umi Farida bertanya kepada Zidan.

"Siapa kah dia, Umi?" Zidan tampak tidak mengenali gadis yang Umi maksud.

"Ayana." Umi menyahut dengan singkat.

"Gadis kecil yang dulu sering kamu bela, ketika beberapa temannya membuli lantaran ia tidak memiliki keluarga." Sambung Kyai Akbar.

Zidan tampak mencoba mengingat-ingat kembali tempo dulu ketika ia masih menuntut ilmu di Pesantren.

"Betulkah dia Ayana yang itu?" Zidan tampak menebak dengan mengingat memori nya yang telah lama itu.

Kyai Akbar dan Umi Farida mengangguk dengan kompak.

"Betul, Zidan. Dia Ayana." Kyai Akbar membenarkan jawaban dari Zidan.

"Gadis Yatim Piatu itu?" Sambung Zidan untuk memastikannya kembali.

"Iya, nak Zidan. Sekarang dia sudah tumbuh besar menjadi sosok yang lebih dewasa. Bahkan ia turut mengajar beberapa santriwati disini." Umi Farida menjelaskan supaya Zidan lebih paham dalam mengingatnya.

"MasyaAllah, saya hampir tidak mengenalinya, Kyai, Umi." Zidan terkekeh dan pikirannya berkecamuk betapa manis dan anggunnya gadis yang dulu sering ia bela semasa masih di Pesantren.

Kyai dan Umi hanya saling berpandangan dan saling tersenyum.

"Maaf, Kyai, Umi. Boleh kah saya mengenalnya?" Tiba-tiba Fahmi membuka suara atas apa yang sedang ada dalam benaknya.

Kyai Akbar dan Umi saling berpandangan.

"Hussttt." Zidan menyenggol kaki Fahmi.

"Kalau boleh tahu, mengenal dalam arti seperti apa nak Fahmi?" Kyai Akbar bertanya dan memasang wajah yang lebih serius.

"Ayana ini sekarang menjadi tanggung jawab kami, dia sudah kami anggap sebagai anak kandung kami. Bahkan Ayana sendiri ingin mengenal laki-laki ketika ia sudah menjadi isteri dari laki-laki tersebut." Kyai Akbar kembali melanjutkan pembicaraannya.

"Betul nak, Ayana ingin langsung menikah. Karena ilmu agamanya sudah cukup bagus untuk faham dengan apa yang diterapkan dalam agama kami."

Sambung Umi Farida yang matanya melirik ke Zidan.

Fahmi kemudian memandang Zidan dengan penuh harap.

"Na'am, Kyai, Umi." Zidan menyahut tanda faham dengan apa yang dimaksud Kyai dan Umi.

Tidak lama kemudian Zidan berpamitan kepada Kyai Akbar dan Umi Farida.

Kyai Akbar dan Umi Farida mengantarkan Zidan dan Fahmi berjalan hingga tepat didepan teras rumahnya.

Tampak para santri dan santriwati berlalu lalang.

"Pikirkan baik-baik ya niat baik kalian, entah siapa diantara kalian yang akan menjadikan pendamping Ayana, semoga diberikan jalan yang terbaik." Kyai Akbar menepuk pundak Zidan dan Fahmi berharap diantara keduanya ada yang bersedia menjadikan Ayana sebagai pasangan hidupnya.

Ucapan Kyai sangatlah melekat dalam benak Zidan dan Fahmi.

Keduanya tampak memikirkannya.

Namun Zidan mengetahui hati adiknya yang terlihat begitu mencintai Ayana pada pandangan pertamanya.

Apakah Zidan juga menyukai Ayana lalu harus mengorbankannya demi adiknya?

"Kami tunggu kabar baiknya segera ya, sebelum di serobot oleh orang lain!"

1
♡Ñùř♡
kmu kurang garcep sih,mk nya keduluan fahmi😁
Mahkota Pena: hihihi iya nih 😁
total 1 replies
♡Ñùř♡
aku mampir thor...
Mahkota Pena: thank you yaa.. semoga terhibur dengan alur ceritanya ☺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!