Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.
Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?
"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."
"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Untukmu Pemilik Masa Lalu
Kani berlari sekuat tenaga untuk mencapai gedung yang ada di ujung jalan, hari ini dia bangun kesiangan bukan pertama kali pastinya tapi dia bertekad untuk sampai secepat mungkin.
Dia bekerja disebuah toko perhiasan mewah yang ada di kawasan perkantoran elit. Sudah tiga tahun ia bekerja di tempat itu dengan segala suka dan duka, Kani senang bekerja di sana karena bisa bertemu dengan berbagai macam orang.
Tidak semua orang kaya yang datang ke tokonya kadang ada pasangan yang keuangannnya pas-pasan datang ke sana dengan cerita si wanita yang sangat ingin dibelikan cincin mahal oleh sang pacar.
Sesampainya di tempat kerja Kani bergegas memakai baju kerjanya dan menjumpai manajernya yang sudah menunggu di ruangannya.
"Ini sudah yang keberapa kalinya Kani?" ucap bu Dian sambil menyeruput teh hangat miliknya.
"Maaf bu. Saya janji ini yang terakhir kalinya," ucap Kani dengan penuh penyesalan.
"Sudah empat kali. Jika berikutnya terjadi lagi akan ada konsekuensinya." Kani tau ini akan terjadi dan dia tidak bisa lagi melakukan kesalahan yang sama.
"Baik. Saya terima hukuman apapun jika saya terlambat lagi. Sekali lagi saya minta maaf karena terlambat hari ini."
Kani merupakan karyawan yang cukup disukai oleh sang manajer karena kinerjanya yang bagus hubungan dia dan teman-teman kerjanya juga baik, hanya Kani beberapa kali terlambat masuk kerja dan itu memberi kesan yang tidak terlalu bagus pada reputasinya. Sekitar kurang lebih dua tahun ini Kani harus banting tulang mengumpulkan uang untuk biaya perawatan neneknya yang ada di nursing home, pagi dia bekerja di toko perhiasan Lorraine dan setelah pulang kerja ia menjadi guru privat untuk keponakan dari temannya yang duduk di sekolah dasar.
Dulu Kani hidup dengan cukup bahagia menurutnya meskipun bekerja keras mencari uang tapi di sisi lain ia bersyukur memiliki seseorang yang bisa dijadikan tempat untuk bersandar dari semua hal yang melelahkan.
20 April 2023
Langit sore sangat indah pada hari ini, di luar sana jalanan cukup macet karena jam pulang kerja banyak orang dan kendaraan berlalu-lalang.
Kani keluar dari tempat kerjanya dengan raut wajah yang sumringah di depan pertigaan Kani pamit berpisah jalan dengan rekan kerjanya yang lain.
Hari ini ulang tahun Rio tunangannya mereka berjanji akan merayakannya di apartemen Rio, Kani pun segera mencari toko kue untuk membeli kue ulang tahun sederhana dan dia teringat toko kue yang ada di ujung jalan dekat apartemen Rio.
Good Monday nama toko kue kepunyaan seorang wanita cantik bernama Agni yang baru menikah 5 bulan yang lalu, Kani lumayan sering mengunjungi toko ini untuk membeli pie strawberry kesukaan neneknya.
"Mbak Agni, apa kabarnya?" tanya Kani pada wanita cantik itu yang baru saja kembali dari bulan madu, wajah Agni sangat bahagia khas orang yang baru saja menikah dia menyambut Kani yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri.
"Baik Kani, padahal kita tidak bertemu hanya sebulan tapi rasanya mbak lama tidak melihatmu," ucap Agni sambil memeluk Kani dan membawanya masuk ke dalam.
“Iya padahal cuma sebulan. Oh iya mbak Kani mau beli kue tart boleh ditambah kata ucapannya juga ya mbak," ucap Kani sambil menunjuk sebuah kue yang ada di etalase dan langsung dipersiapkan oleh Agni tak lupa dia juga memberikan sekotak pie buah yang baru dibuat sebagai oleh-oleh yang terlambat katanya.
Kani menunggu dengan sabar di dalam apartemen tunangannya, sudah jam 9 malam tapi yang ditunggu tidak kunjung datang dan sesekali dia memandangi meja makan yang sudah ditatanya, Kani mencoba untuk menelepon Rio dan tidak menemukan jawaban apapun.
1 pesan baru ...
Kani buru-buru membuka isi pesan yang dikirim oleh sahabat karibnya, dia tertegun memandangi isi pesan yang di dalamnya terpampang dua foto yang sulit untuk dia pahami apa maksudnya, tiba-tiba ada telfon masuk dari Chika.
"Kani tolong tenang dulu. Apa yang akanku sampaikan pasti mengguncangmu, tapi aku tidak bisa menyimpan ini lebih lama lagi," ucapnya di seberang sana.
Kani mencoba mengingat foto barusan yang dia lihat tunangannya Rio duduk di restoran dengan seorang perempuan yang pernah dia lihat di suatu tempat dan foto yang satu lagi foto di mana mereka keluar dari apartemen Rio tempat kakinya berpijak saat ini.
"Apa maksudnya foto itu Chika?".
Sahabatnya itu menghela nafas cukup panjang dan menjawab, "Aku tidak sengaja melihat Rio dan wanita itu keluar dari bioskop sekitar 2 bulan yang lalu dan aku memutuskan untuk mengikutinya. Benar dugaanku dia membawa wanita itu makan di restoran kesukaanmu, ada yang tidak benar dengan hubungan mereka dan puncaknya kemarin waktu kau minta untuk bertemu di depan apartemen Rio, aku sampai duluan di sana dan melihat mereka keluar bersama. Aku rasa dia selingkuh Kani." Kani tertegun mendengarnya, dia berusaha mencerna atas apa yang sebenarnya terjadi.
Rio tergesa-gesa masuk ke dalam apartemennya sembari melepas sepatu, "Maaf ya sayang, perkerjaanku menumpuk sekali maklum ini akhir bulan," ucapnya sembari menepuk pelan pundak Kani.
Pria itu menunjukkan raut senang dengan apa yang tersaji di meja makan, di seberangnya Kani dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan sedang menatap ke arahnya ragu akan apa yang dipikirkannya.
"Kemana cincinmu?" ucap Kani yang sedari tadi menyadari bahwa tunangannya itu tidak memakai cincin di jarinya dan entah sudah berapa lama hal itu tidak disadarinya.
Rio tampak panik namun kemudian dengan cepat dia mengendalikan dirinya, "Oh ini, aku menyimpannya di dalam kamar takut nanti hilang terjatuh," ucapnya sembari melihat jari telunjuknya yang kosong sambil lalu.
"Ayo kita makan. Kau pasti lama menunggu kan?"
Kani menyodorkan foto yang tadi dia lihat.
Dia memutuskan untuk menyelesaikan semuanya di malam ini, "Apa aku boleh tau siapa dia?" ucapnya menatap tegas kearah Rio yang jelas terkejut namun terlihat tenang karena dia tau pasti akan ada hari di mana semuanya akan terbongkar.
"Dari kapan kau tau?" Kani merasa kesal dengan tanggapan pria itu, dalam hatinya dia memohon agar apa yang dia ketahui tidak benar dan tunangannya akan menjelaskan dengan penuh rasa bersalah tapi ini justru sebaliknya.
"Tidak penting, yang ingin aku ketahui apa hubungan kalian?" Rio menatap dalam ke mata Kani yang sedari tadi menahan air matanya agak tidak jatuh.
"Maaf Kani. Tapi ini terjadi begitu saja tidak bisa kuhentikan dan aku tidak akan memberikan alasan apapun padamu karena aku memang yang salah di sini," ujar Rio sambil berusaha mengendalikan dirinya.
"Bagaimana perasaanmu dengannya? apa kau mencintainya?" mereka berdua diam menahan emosi yang berkecamuk dipikiran masing-masing.
Rio berucap lirih "Aku merasa nyaman dengannya, kau terlau sibuk dengan pekerjaanmu. Terkadang aku membutuhkanmu tapi sulit untuk menemuimu sedangkan dia selalu punya waktu. Maaf."
Kani memotong ucapan Rio, "Kau bilang tidak akan beralasan apapun, sekarang ini menjadi salahku. Baiklah, katakan apa maumu?".
Pria itu tampak bingung dengan apa yang sebenarnya dia inginkan sebelum Rio mengambil keputusan, Kani sudah melangkah dengan melepaskan cincin tunangannya dan meletakkan di pinggir meja dengan mantap dia memandang pria di hadapannya, "Mari kita akhiri ini."
Kani memandangi undangan yang ada di tangannya seorang kurir surat baru saja mengantarkannya, ternyata undangan pernikahan sang mantan dengan kekasihnya dasar pria brengsek! Bisa-bisanya dia mengirimi aku undangan ini setelah apa yang dia lakukan! pikir Kani kesal dan meremukkan undangan itu lalu melemparkannya ke tempat sampah.
Perasaan lega menyelimuti hati Kani setelah melewati hari-hari menyeramkan itu di mana dia patah hati teramat dalam setelah dikhianati oleh orang yang ia cintai selama empat tahun dan menjadi tokoh utama dalam mimpinya di masa depan, hanya tinggal selangkah lagi mereka akan mengikat janji sehidup semati bersama membangun keluarga harmonis tapi harus pupus kini Kani merasa lega karena merasa sudah diselamatkan dari takdir buruk.
"Aku harap kau menghilang selamanya dari hidupku. Jujur aku tidak ingin kau jadi bagian dari kenangan di hidupku. Semoga hidupmu bahagia," ucap Kani lirih sambil memandangi sampah kertas yang ia buang tadi.