Mohon bijak dalam membaca, jangan lompat Bab dan blom like ya ...😘
Qyana Selyana Putri, gadis cantik yang mengalami transmigrasi kedalam tubuh seorang gadis yang bernama Astara Kalyana Rayder, gadis cantik yang menjadi kesayangan kelima kakak laki-lakinya.
Meski begitu, Astara tidak merasa bahagia, apalagi sejak dia kehilangan kedua orangtuanya saat dia masih berusia sepuluh tahun, Astara merasakan kehampaan di dalam hidupnya, hingga membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup.
Namun hal itu tidak pernah dia perlihatkan di hadapan kelima kakaknya, hingga suatu malam, setelah pembicaraan dia dengan seorang wanita, kekasih dari Sang kakak pertama. Setelahnya, Astara memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Hilangnya jiwa Astara, rupanya membuat raga itu di isi oleh jiwa Qyana yang pada saat yang sama telah di bunuh oleh sahabatnya sendiri.
Tak rela dengan takdir hidupnya yang seperti itu, Qyana memutuskan untuk menerima hidupnya yang kedua menjadi Astara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
@@@@@@
**RDA TECH INDUSTRIS**
Seorang pria muda berpawakan tegas dengan memancarkan aura yang misterius terlihat sedang duduk di kursi kebesarannya, dan juga tak lupa di lengkapi dengan wajah rupawan, yang selalu membuat para wanita terepsona memujanya.
Tak berselang lama, disaat pria itu sibuk dengan tumpukan kertas diatas meja, Sang Asisten datang menghampiri pria itu, tentunya setelah dia sudah mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Tuan Arsalan ..." sapa Sang Asisten pada pria yang sedang duduk di kursi CEO tersebut.
Mendengar jika Sang Asisten memanggilnya, pria itu mendongak melihat kearah Sang Asisten yang juga merangkap menjadi sekretarisnya.
"Kau sudah dapatkan informasinya Bastian?," tanya pria itu sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya.
"Maafkan saya Tuan, saya tidak bisa mendapatkan informasi apapun mengenai wanita yang bersama dengan Tuan Rayder kemarin, sepertinya ada seseorang yang melindungi semua informasi mengenai wanita itu," jelas singkat Bastian mengenai tugas yang diberikan padanya kemarin.
"Bahkan kau tidak tahu siapa namanya?,"
"Itu benar Tuan," jawab Bastian yang merasa gagal dalam menjalankan tugas.
"Bukankah itu menarik Bastian, seolah olah wanita itu memang orang yang paling berharga,"
"Lalu sekarang, apa harus .. aku mendekati dia secara langsung?,"
"Tapi sayangnya aku tidak tahu dimana dia berada?,"
Ucap pria itu sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja, dan berpikir bagaimana caranya dia menemukan seorang wanita yang sudah membuatnya begitu penasaran.
"Maafkan saya Tuan, sebenarnya, ketika saya secara tidak sengaja mengecek CCTV pagi ini, dan sekilas saya melihat wanita itu terlihat di sebuah kafe yang ada di dekat Universitas Nusa," terang Bastian saat memeriksa beberapa sistem keamanan yang sudah menjadi tanggung jawab perusahaan mereka.
"Universitas Nusa, apa yang kamu maksud Universitas milik Mommy?," ucap pria itu memastikan.
"Itu benar Tuan, itu adalah Universitas milik Nyonya Agatha, dan kemungkinan besar jika wanita kemarin kuliah di Universitas itu," ucap Bastian menerka-nerka.
"Baiklah, kau bisa urus sisanya," ucap pria itu yang kemudian beranjak dari duduknya.
Lalu setelahnya dia melepaskan jas yang sedari tadi dia kenakan. Tak hanya itu, dia juga mengulung kemeja berwarna putih yang dia kenakan sampai siku dan tersenyum penuh arti pada Bastian yang bingung dengan sikap atasannya itu.
"Apa maksud Tuan dengan sisanya, Tuan tidak berencana untuk kabur pada rapat penting hari ini bukan?," tanya Bastian yang tiba-tiba memiliki firasat buruk saat melihat Tuan Mudanya seperti sekarang.
"Kau selalu tahu apa yang ku pikirkan Bastian, jadi lakukan sebaik mungkin, dan kirimkan padaku hasilnya nanti," sambil melangkah keluar ruang pribadinya.
"Tapi Tuan, Anda tidak bisa pergi sekarang, Tuan Kaisar akan memarahi saya jika Anda pergi sekarang,"
"Tuan ..."
"Tuan Ravandra ..."
Frustasi Bastian ketika memanggil atasannya yang tidak pernah perduli dengan panggilannya, jika tahu akan seperti ini, mungkin Bastian tidak akan mengatakan mengenai apa yang dia lihat tadi.
Dan sekarang dia baru menyesal ketika melihat Sang Tuan yang langsung pergi ketika mendengar penjelasan darinya. Tanpa perduli dengan dirinya yang mungkin akan terkena omelan dari Tuan Besarnya nanti.
\*\*\*
**Di tempat lain**.
Astara terlihat seperti menikmati harinya, dan sekarang dia terlihat bersantai di kafe sambil menikmati dessert dan satu gelas milkshake yang dia pesan sejak tadi.
Tadinya dia ikut Vian ke kampus untuk melihat kampus dimana Vian belajar, namun karena terlalu bosan menunggu Vian yang sedang ada kelas, Astara memutuskan untuk berjalan jalan di daerah sekitar kampus.
Dan berakhir dia duduk di kafe di dekat kampus seperti sekarang, tanpa perduli jika Vian mungkin akan khawatir mengenai dirinya.
"Menyenangkan pergi seorang diri seperti ini," gumam Astara sambil meminum milkshake nya.
"Sekarang apa yang harus ku caritahu lebih dulu?," gumam Astara lagi sambil memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan.
Jika untuk bersekolah lagi sepertinya hal itu tidak dia inginkan untuk sekarang, toh dulu jiwa Astara yang asli sudah menyelesaikan pendidikannya, jadi sekarang, Astara tidak ingin lagi pusing dengan namanya belajar.
Sebab, ada hal yang jauh lebih penting yang harus dia caritahu mengenai ingatan terakhir jiwa Astara. Dan tentunya hal itu berhubungan dengan Olivia, seorang model yang untuk sekarang tidak di ketahui dimana keberadaannya.
"Apa mereka sudah mengurus Olivia?, tapi entah mengapa ada hal yang terlewatkan," gumam Astara sambil mencari informasi di ponsel baru yang di belikan oleh Ashlan kemarin.
"Hai ... cantik," sapa seorang pria yang tiba-tiba sudah duduk di hadapan Astara sambil menopang dagunya dan tersenyum penuh arti pada Astara yang terlonjak kaget saat mendapati pria itu dihadapannya.
"Kamu siapa?, bukankah tidak sopan duduk di situ tanpa meminta ijin lebih dulu," ucap Astara setelah dia bisa mengendalikan keterkejutannya.
"Kau hanya terlalu sibuk dengan ponselmu, makanya kamu tidak tahu jika aku sudah duduk di sini sejak tadi," jawab pria itu tanpa beban.
"Benarkah, tapi kurasa aku memiliki pendengaran yang cukup baik, dan aku tidak pernah mendengar ketika kamu meminta ijin untuk duduk di situ," ucap kesal Astara.
"Lalu, apa yang harus ku lakukan?,"
"Kau ..." sambil menunjuk pria tadi yang hanya tersenyum saat melihat Astara yang sangat kesal dengan sikapnya.
"Boleh aku tahu namamu?," tanyanya sambil menatap intens Astara.
"Tidak, aku tidak akan memberikan namaku padamu," ucap Astara yang kemudian memilih beranjak dari duduknya.
Dan setelahnya, Astara berjalan pergi meninggalkan kafe tersebut. Dengan pria tadi yang teryata mengikuti Astara.
Astara yang tahu jika dia diikuti berbalik dan menatap tidak suka pada pria yang selalu tersenyum saat melihatnya.
"Kau, apa kau sedang mengikutiku?," kesal Astara.
"Tentu saja," jawabnya jujur.
"Untuk apa?," penasaran Astara.
"Agar aku bisa tahu siapa namamu?,"
"Hanya itu?," kata Astara yang merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan pria tampan di hadapannya itu.
"Untuk sekarang itu sudah cukup, sisanya aku bisa mencaritahu sendiri," jawabnya penuh dengan percaya diri.
"Dasar pria gila, beritahu dulu siapa namamu, agar nantinya aku bisa melaporkan kegilaanmu ke polisi," emosi Astara.
"Ravandra Danial Arsalan, itu adalah namaku," jawabnya sambil tersenyum pada Astara.
"Dan, kupikir kamu tidak perlu repot-repot melaporkan ku ke polisi, karena mereka tidak akan berani menangkap ku," ucapnya lagi dengan penuh kepercayadirian yang tinggi.
Dan hal itu malah membuat Astara menghela nafas lelah saat melihat sikap percaya diri yang sangat tinggi pada pria di hadapannya itu.
Namun untuk sekarang, Astara memutuskan untuk tidak ingin terlibat dengan seorang pria selain kakaknya. Karena rasa sakit hatinya dengan pria yang dia percaya di kehidupannya yang dulu.
Kali ini dia tidak ingin terlalu terburu-buru jika nantinya dia harus menjalin hubungan lagi. Sebab, dia tidak ingin jika nantinya dia kembali terluka dengan seorang pria seperti di kehidupannya yang dulu.
"Aku tidak akan memberitahu siapa namaku padamu sekarang," ucap tegas Astara.
"Itu berarti kamu akan memberitahuku saat aku bertemu denganmu lagi," jawab Ravandra tanpa mengalihkan fokusnya pada Astara.
"Mungkin, kau bisa mencobanya lagi nanti," ucap Astara yang kemudian berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu.
Meninggalkan Ravandra yang menyeringai saat melihat kepergian Astara.
**TBC**
/Hey//Hey//Hey/