Dua tahun diabaikan oleh suami karena suatu kesalah pahaman yang bahkan tidak diketahuinya
Permintaan untuk perceraian oleh suami yang bahkan tidak pernah memandangnya membuat Yuna mengambil langkah berani untuk tidur dengan lelaki sewaan
Lalu apa yang akan terjadi jika gigolonya adalah suaminya sendiri?
Hanya tulisan ringan, slow update
Mohon tinggalkan komentar setelah membacanya...please🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Ivan
Mengajari penerus bangsa menjadi satu hal yang sangat menyenangkan bagi Yuna. Selain bisa menghibur diri dari rasa sepi, itu juga berguna untuk membantu anak-anak membangun karakter diri mereka sejak dini
Selesai dari tugasnya mengajar, Yuna mengambil catatan kecil tentang apa yang diperlukan olehnya untuk kelengkapan bahan dapur. Minnie sudah menulisnya dengan baik dan Yuna tinggal membelinya saja
Selagi perjalanannya menuju pasar terdekat, Yuna dikejutkan oleh sebuah suara yang memanggilnya
"Yuna!" Yuna menoleh kebelakang saat namanya dipanggil dan dibuat terkejut oleh kehadiran si pemanggil
"Ivan..." seru Yuna saat melihat pria yang tempo hari ditemuinya tepat dibelakangnya dengan wajah tersenyum cerah
"Iya, ini aku... Kamu sendiri saja?" tanya Ivan sembari celingak-celinguk memastikan tidak ada pengawal yang mengikuti Yuna secara wanita itu adalah istri dari Aaron Nelson yang pasti banyak memiliki musuh dalam dunianya
"Sedang apa kamu disini?" bukannya menjawab, Yuna bertanya bingung melihat Ivan keluyuran dijalan saat jam segitu yang seharusnya masih waktu pria itu bekerja
"Saya sedang keluar untuk makan siang dan tidak menyangka akan menemuimu disini. Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ivan
"Oh! Aku baru pulang mengajar dan ini rencananya mau kepasar belanja keperluan dapur." jawab Yuna juga dengan senyum ramahnya
"Oh, kebetulan sekali...ini." Ivan menyerahkan sebuah kotak berpita pada Yuna yang menatap benda itu bingung
"Apa ini?" Yuna mengambil dan membukanya. Matanya membulat melihat benda dibalik kotak itu. Sebuah cincin dengan berlian diatasnya. Terlihat elegan dan juga mewah. Yuna menatap pada Ivan yang masih tersenyum dan mencoba memahami maksud pria itu memberinya cincin semewah ini, bukankah cincin melambangkan suatu penerimaan hubungan?
"Kenapa kamu memberikan ini padaku?"
"Itu sebagai bentuk rasa terima kasihku padamu karena telah menolongku waktu itu," ujar Ivan sembari menghembuskan nafasnya. Dia bukan kebetulan bertemu Yuna di jalan ini tapi memang dirinya sudah lama menunggu Yuna selesai dari pekerjaannya sedari tadi
"Sebenarnya hadiah itu sudah lama ingin kuberikan padamu tapi saat itu aku tidak dapat menemuimu lagi," lanjut Ivan sembari menunduk menyadari kebodohannya dulu
"Hadiah itu sengaja kupersiapkan untuk melamarmu tapi aku kalah cepat dengan suamimu," batin Ivan kembali menatap pada wanita pujaannya
Yuna menutup kembali kotak hadiah tersebut dan hendak menolaknya
"Maaf Ivan, aku tidak bisa menerimanya! Kenapa kamu harus repot menyiapkan hadiah semacam ini, aku menolongmu tulus saat itu bukan mengharapkan imbalan seperti ini."
"Aku juga tulus menyiapkannya untukmu. Mohon diterima!"
"Tapi ini terlalu berlebihan, Ivan." Yuna tetap menolaknya. Cincin bermata berlian itu sangat tidak pantas untuknya, begitulah pikir Yuna
"Kalau kamu tidak ingin, buang saja! Aku tidak membutuhkannya karena memang hadiah ini sudah sangat lama kusiapkan khusus untukmu
"Membuangnya? Kau gila! Kau ingin membuang cincin semahal ini?... Baiklah! Aku menerimanya." putus Yuna akhirnya sambil kembali menatap takjub cincin itu kembali
"Aku boleh menjualnya?"
"Itu milikmu! Kamu bebas ingin melakukan apapun pada benda itu" jawab Ivan masih saja tetap terpesona pada sosok Yuna kendati gadis itu mengatakan sudah bersuami
Yuna mengambil cincin itu dan memasangnya di jari manisnya, dan itu tidak luput dari tatapan mata Ivan hingga pria itu menyadari sesuatu. Yuna tidak memakai cincin pernikahannya.
"Ini Cantik!" komentar Yuna saat cincin itu terpasang sempurna di jarinya dan Yuna meliuk-liukkan jemarinya saat benda itu begitu pas terpasang dijarinya, seakan cincin itu tercipta memang untuk dipasang dijarinya
"Cukup cantik untuk kamu, Yuna," timpal Ivan seadanya, dia ingin sekali rasanya bertanya perihal cincin pernikahan Yuna yang tidak dipakai wanita itu, tapi Ivan tidak ingin merusak suasana baik yang sedang terjadi antara mereka
"Apa jangan-jangan desas-desus yang menyebar itu benar ya tentang perceraian mereka?" batin Ivan bertanya penasaran sekaligus berharap itu kenyataan. Keinginannya untuk memiliki Yuna belumlah pupus kendati wanita itu harus berstatus janda nantinya
"Tapi ini tetap saja berlebihan. Akan lebih baik jika kamu menyimpannya untuk diberikan pada wanita yang kamu cintai suatu hari nanti," tutur Yuna yang mencoba untuk melepaskan cincin yang sudah terpasang indah ditangannya itu
"Tapi kamu baru saja berkata akan menerimanya dan memujinya cantik. Jadi, jangan ada penolakan lagi dan biarkan saja ini terpasang dijari polosmu. Kamu terlihat cocok memakainya." Ivan memasang kembali cincin itu ketangan Yuna dan tersenyum lembut menatap tangan halus Yuna yang kini terlihat begitu cantik dengan hiasan itu. Andai dia tidak terlambat, Tangan ini akan benar-benar menjadi miliknya dan itulah harapan Ivan
"Ah baiklah! Terima kasih." Yuna membiarkan cincin itu kini terpasang dijari manisnya, dan membalas senyuman Ivan padanya
Keduanya saling melempar senyum dalam tatapan yang berbeda. Ivan menatap penuh perasaan pada sosok Yuna, sedang Yuna hanya memandang Ivan sebagai sosok temannya. Yuna tidak memiliki perasaan pada pria selain Aaron, dan kalaupun sekarang ada pria yang menggeser posisi Aaron dihatinya, pastilah itu adalah gigolonya, karena Yuna mulai merasakan hatinya menghangat saat menghabiskan waktu bersama dengan gigolonya
"Kamu mau kemana sekarang?" tanya Ivan tiba-tiba melihat Yuna yang berjalan kaki di sepanjang trotoar bukannya naik transportasi untuk pulang
"Aku mau belanja keperluan dapur! Kan, sudah kubilang tadi." jawab Yuna yang merasa lucu dengan pertanyaan berulang yang diajukan oleh Ivan
"Oh iya ya... Aku lupa." Ivan tertawa malu sembari menggaruk tengkuknya canggung
"Boleh aku temenin?" pinta Ivan tanpa ragu
"Tapi ini sudah habis waktunya makan siang. Kamu harus kembali ke kantormu, bukan?"
"Aku bos-nya! Sesekali bolos kerja kan tidak masalah." jawab Ivan dengan senyuman nyengirnya, Yuna menggelengkan kepalanya tak habis pikir
"Dasar!... Ya sudah kalau mau bantuin aku belanja, tapi aku belanjanya dipasar loh ya bukan di Mal," peringat Yuna yang merasa Ivan pasti enggan jika harus belanja di pasar yang dipenuhi dengan bau tidak sedap serta banyak orang berdesakan
"Apa masalahnya? Aku malah suka belanja ke pasar dengan ibuku."
"Oh benarkah! Ibumu pasti orang yang sangat menyenangkan?"
"Iya, kamu benar! Ibuku orang yang menyenangkan. Jadi, kapan-kapan aku ingin mengajakmu makan dirumah kami. Ibu pasti senang jika melihatmu, soalnya kalian memiliki banyak kemiripan," kata Ivan mencoba mengajak Yuna untuk lebih dekat dengannya
"Makan dirumahmu...?" Yuna berujar ragu
"Jika kau keberatan, ti__"
"Tentu saja aku mau! Nanti kapan-kapan aku pasti akan mengunjungi rumahmu." jawab Yuna tersenyum cerah menanggapinya. Yuna sangat merindukan kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah didapatnya dari ibu kandungnya, karena itulah setiap mendengar tentang seorang ibu dirinya akan begitu antusias menyambutnya
"Kutunggu..." timpal Ivan lalu keduanya berjalan beriringan menuju pasar sembari berceloteh ringan sepanjang jalan. Ivan merasa cukup senang saat melihat senyum cerah Yuna sepanjang jalan, tanpa disadari pria itu kalau Yuna menyembunyikan apa yang dirasanya dengan begitu baik
.
.
.
Ayo mampir juga di karya temanku ya dengan judul seperti dibawah ini👇🏼