Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Pergi Bersama-Sama
Pada keesokan harinya, Nadia akan pergi bersama dengan adik-adiknya. Bukan hanya Hendra dan Hendri saja, tetapi juga adik-adik sepupunya, bahkan anak dari sahabat kedua orang tuanya. Mereka semua akan menemani Nadia untuk berbelanja keperluannya untuk tinggal dan kuliah di luar negeri, sekaligus mereka ingin menghabiskan satu hari terakhir kakak tertua mereka itu sebelum besok berangkat ke Inggris.
Awalnya semua orang terutama Hendra dan Hendri menolak keras keinginan Nadia untuk pergi ke luar negeri dan melanjutkan pendidikannya di Inggris. Mereka semua terlalu menyayangi Nadia dan tentu saja tidak ingin tinggal jauh darinya. Akan tetapi, Nadia memberikan pengertian dan alasannya dengan pilihannya itu dan dibantu oleh kedua orang tuanya sehingga mereka semua mengerti.
Oleh karena itu, sebagai syarat izin Nadia untuk pergi besok, maka hari ini mereka pergi bersama dan menghabiskan waktu seharian ini bersama-sama. Pagi-pagi sekali anak-anak sudah berkumpul di rumah Ayah Reno dan Bunda Siska untuk menjemput Nadia. Wanita itu tentu saja sangat terkejut sekaligus terharu karena mereka benar-benar menyayanginya hingga menjemputnya bersama-sama.
" Sudah siap, Kakak Cantik? " tanya Aditya, anak dari sahabat Ayah Reno dan Bunda Siska, yaitu Paman Ardi dan Bibi Tya.
Sejak kecil memang Aditya selalu memanggilnya begitu, mungkin karena memang dia perempuan dan yang paling akrab pemuda itu.
Mereka semua yang sudah menunggu di ruang tamu langsung berdiri saat melihat kedatangan Nadia bersama dengan Hendra dan Hendri.
" Sudah, Adit " jawab Nadia tersenyum.
" Kalau begitu kita berangkat saja yuk. Keburu siang nanti " ajak Adelia yang sudah tidak sabar.
Memang Adelia, Amara, dan Raila yang paling bersemangat untuk pergi, maklum mereka anak-anak perempuan yang memang selalu heboh jika diajak jalan-jalan. Apalagi kali ini mereka sudah mendapatkan izin pergi tanpa pengawasan orang tua karena ada Nadia jadi sangat senang. Jika pergi dengan orang tua masing-masing tentu saja mereka tidak akan bebas ke sana kemari mencari apa yang mereka suka.
" Iya, ayok " jawab Amara.
" He'em, nanti kalau sudah siang malah mall-nya ramai " tambah Raila.
Kebetulan memang hari ini ada akhir pekan sehingga mereka semua libur sekolah dan bisa pergi bersama-sama. Jarang-jarang mereka seperti ini karena ya kesibukan sekolah masing-masing, apalagi untuk Aditya dan Adelio yang sudah SMA.
" Dasar anak-anak perempuan, memang kalian saja yang tidak sabar untuk memborong barang-barang di mall " cibir Hendri sembari merangkul Adelio.
" Iya benar tuh, apalagi Kak Amara yang sudah mencatat semua yang akan dibelinya " sambung Alva melirik sang kakak.
Amara yang niatnya dibocorkan oleh adiknya tentu merasa sangat kesal.
" Aduh, kalian ini laki-laki kenapa sih? Iri ya? Berisik sekali dari tadi " ucap Adelia menatap kesal para anak laki-laki.
" Sudah-sudah, jangan ribut. Ayo kita berangkat! " ucap Hendra menengahi agar tidak terjadi keributan yang tidak akan ada habisnya.
Sepertinya Ayah Reno dan Nadia, Hendra memang paling sabar dan dewasa, selain juga bijaksana diantara yang lainnya. Berbeda dengan Hendri yang cepat sekali terpancing emosi, mirip dengan Bunda Siska.
Sedangkan Nadia hanya tersenyum melihat anak-anak itu yang malah ribut, tapi di sisi lain menjadi hiburan tersendiri untuknya. Mereka-mereka ini lah yang bisa membuatnya melupakan masalah sejenak.
Kemudian, Nadia dan lainnya segera keluar dari rumah dan menuju mobilnya. Tadi mereka sudah berpamitan dengan Bunda Siska sehingga kini tinggal berangkat saja.
.
.
.
" Kak, hari ini aku yang menyetir ya " ucap Aditya pada Nadia.
" Jangan, kamu kan belum punya SIM. Paman Ardi pasti akan memarahi kamu nanti kalau kamu menyetir mobil di jalan raya " larang Nadia.
" Ayah tidak akan tahu kalau Kakak dan lainnya tidak mengatakannya. Boleh ya, Kak? Apalagi hari ini hari terakhir sebelum Kakak pergi, jadi kami ingin melayani Kakak sebagai ratu " bujuk Aditya agar Nadia mengizinkannya.
Nadia terdiam dan nampak berpikir sebelum memberikan jawaban pada Aditya.
" Hmm, boleh deh, tapi kali ini saja ya " jawab Nadia pada akhirnya.
Aditya pun terlihat sangat senang mendengar itu dan langsung menganggukkan kepalanya.
" Kalau begitu, silahkan, Kakak Cantik " ucap Aditya membukakan pintu mobil untuk Nadia.
" Terima kasih, Adit " jawab Nadia langsung masuk ke dalam mobil.
Kali ini Nadia duduk di kursi di samping kemudi, di samping Aditya yang akan mengemudikan mobil itu hari ini. Barisan kedua ada anak perempuan yang sedari tadi tidak berhenti berbicara, yaitu Adelia, Amara, dan Raila. Di belakangnya, ada Hendra, Hendri, Adelio, dan Alva yang masih mengatur tempat duduk. Hingga akhirnya Alva duduk di pangkuan Adelio hingga membuat remaja berwajah datar itu kesal. Ya bagaimana lagi, tidak ada kursi tersisa dan agar muat semuanya.
" Sudah siap semuanya? " tanya Aditya yang sudah duduk di balik kemudi.
" Siap " jawab mereka semua sangat bersemangat, terutama anak-anak perempuan.
Mobil itu mulai melaju menuju salah satu mall besar di Jakarta yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sesekali Nadia menoleh ke belakang melihat adik-adiknya yang sedang saling bercerita dan bercanda bersama. Pasti semua ini akan selalu dia rindukan ketika sudah berada di negeri orang.
" Kakak pasti akan merindukan kalian semua " ucap Nadia dalam hati sembari menatap wajah adik-adiknya satu per satu.
Tanpa Nadia sadari, sedari tadi Aditya memperhatikannya tanpa menghilangkan fokus pemuda itu yang sedang menyetir.
" Kenapa, Kak? Apa Kakak sedih karena besok akan meninggalkan kami semua? " tanya Aditya pada Nadia.
" Tentu saja Kakak sedih, kalian semua adalah adik-adik kesayangan Kakak. Entah kapan lagi kita akan bisa pergi dan menghabiskan waktu bersama-sama seperti ini " jawab Nadia tersenyum getir.
" Kita akan selalu seperti ini, Kak, aku pasti akan mengajak Kakak pergi bersama saat Kakak pulang nanti " ucap Aditya menoleh sebentar ke arah Nadia.
" Baiklah, Kakak akan tagih itu nanti. Jangan sampai lupa loh " jawab Nadia.
" Aku tidak akan pernah lupa, Kak. Semua tentang Kakak akan selalu aku ingat " ucap Aditya tersenyum.
Tidak ada respon lagi dari Nadia selain sebuah senyuman. Nadia sangat tahu jika pemuda di sampingnya itu memiliki ketertarikan terhadap dirinya, bahkan Aditya sendiri yang mengatakannya beberapa bulan yang lalu sebelum dia menerima pinangan dari Anwar.
Sayangnya, Nadia hanya menganggapnya sebagai rasa kagum saja dari Aditya untuk dirinya, lagipula pemuda itu masih sangat muda dan jarak usia mereka yang sangat jauh. Mungkin apa yang Aditya rasakan adalah rasa suka karena baru mulai memasuki fase-fase tertarik dengan lawan jenis, nanti juga akan hilang dengan sendirinya, apalagi jika sudah bertemu dengan teman baru.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘