Jodoh, rezeki, maut, semuanya adalah rahasia Ilaha, yang tidak pernah tahu kapan datang dan pergi. sebagai mahluk hamba, kita hanya bisa menjalankan hidup dengan baik dan tidak lupa untuk bersyukur dengan semua yang sudah di takdirkan untuk hidup kita.
kadang yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kita, dan begitu juga sebaliknya!.
Bagaimana kehidupan yang di jalani oleh Vina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Anti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 06
Suasana sore hari di kediaman Anton, seperti biasa ibu Ani yang sibuk dengan pekerjaan rumah dan sekali-kali melihat jam dinding, sampai sekarang hari sudah semakin sore tapi putri tidak kunjung pulang. bagaimana Ani tidak khawatir ponsel saja masih di sita, mana habis tidur di luar. sungguh Ani merasa menjadi ibu yang tidak berguna untuk sang putri.
"Ibu, kakak belum pulang juga? " tanya Arga yang sibuk membantu sang ibu.
"Belum nak, apakah kakak tidak dapat angkutan umum ya " cemas Ani.
"Lalu bagaimana Bu " ucap Arga khawatir.
"Ibu juga bingung nak, ayah mu juga tidak ada khawatir nya " ucap Ani tidak habis pikir.
Entahlah, apa yang ada di pikiran Suaminya kali ini.
"Assalamualaikum " sapa seseorang membuat Arga dan Ani yang mendengar itu bergegas melihat siapa yang datang. terlihat Anton membuka lebar pintu rumah menyambut kedatangan tamu mereka.
"Siapa itu nak? " tanya Ani yang kesulitan melihat tamu yang sudah masuk.
"Mbak Nana " jawab Arga yang kembali ke tempat semula.
"Pasti mbak datang ke sini hanya untuk masalah uang kan Bu" tebak Arga.
Tidak heren, Anton yang notabene keras mendidik anak-anak biar mandiri tapi tidak untuk keponakan yang selalu di penuhi bahkan tidak jarang mereka yang berjuang untuk mencari makan.
"Sabar ya nak " ucap Ani.
"Bahkan mbak juga tidak memiliki sopan santun, ibu ada dia tidak peduli " lanjut Arga.
Ani hanya diam toh yang di katakan oleh putra bungsunya itu benar adanya. Ani juga sedih saat anak-anak harus di ajarkan mandiri tapi tidak dengan keponakan itu.
"Sudah pulang, sudah dapat lah tuh uang nya " lanjut Arga yang mendengar Nana pamit.
"Stttt " ucap Ani saat mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah mereka. baik Ani dan Arga mereka kembali sibuk dengan kegiatan seperti semula.
"Ayah, sampai sekarang Vina belum pulang apa tidak sebaiknya ayah cari, siapa tahu tidak dapat angkutan umum " ucap Ani.
"Anak mu sudah besar, pasti sudah tahu jaga diri biarkan saja dia akan pulang " jawab Anton enteng.
"Tapi ayah, Vina berangkat naik angkutan umum dan sekarang sudah sore setidaknya ayah cari Vina yah, dia anak gadis kita " ucap Ani lagi.
"Cih,,, kau selalu begitu " ucap Anton yang pergi begitu saja.
"Ayah semakin berubah ya Bu, dulu saat kerja sulit di gapai karena kesibukan di luar, tapi sekarang ayah tidak kerja ayah semakin sulit di gapai. Apa ayah sebenarnya tidak menginginkan kami di dunia Bu " sedih Arga.
"Tidak nak, Tentu kalian kami harapkan. tolong jangan seperti ini ada ibu yang selalu untuk kalian. Mungkin sekitar kita sedang di uji nak " ucap Ani.
Arga tidak ingin meneruskan pembicaraan mereka, masing-masing melanjutkan kegiatan mereka sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore dan waktu azan magrib akan segera tiba tapi sampai sekarang tidak ada tanda putri akan pulang.
"Nak coba lihat kakak mu, mungkin sudah di jalan " suruh Ani.
"Baik Bu " jawab Arga yang langsung melihat ke arah jalan berharap ada seseorang yang berjalan dari kejauhan tapi semua itu sirna karena tidak ada tanda-tanda seseorang berjalan dari kejauhan.
"Bagaimana? " tanya Ani begitu Arga sudah kembali.
"Tidak ada Bu, mungkin Kakak masih di jalan " jawab Arga.
"Mungkin saja " jawab Ani.
***
Sedangkan matahari yang sudah tenggelam di langit dan suara pertanda Azan akan segera tiba, tapi Vina baru saja turun dari angkutan umum begitu penempuh perjalanan panjang akhirnya Vina sampai juga.
"Bismillah " ucap Vina.
Ini kali pertama berjalan kaki seorang diri di waktu semua orang mulai bersinar untuk menunaikan kewajiban mereka. Vina berjalan dengan cepat tidak peduli jalan yang di tempat becek yang hanya ada di pikiran Vina saat ini sampai dengan selamat, itu saja.
Sekali-kali Vina melihat ke arah Belakang, belum lagi melewati rumah kosong yang dulu pernah seseorang bunuh diri membuat Vina merinding.
"Bismillah, tolong selamatkan Vina " untuk Vina dan langsung berlari secepat mungkin.
Sungguh, Vina parno sendiri saat mengingat banyak warga yang sering lihat mahluk halus di sana, dan bagaimana jika dia melihat itu jangan sampai itu sebabnya Vina berlari, begitu sudah berhasil melewati tempat tersebut Vina bernafas lega.
Tepat pukul 18.20 Menit dan hari yang sudah gelap banyak lampu rumah orang yang menyala, Vina sampai.
"Assalamualaikum " sapa Vina.
"Waalaikumsalam salam " jawab ibu Ani dan Arga.
Vina mendorong daun pintu dan hal pertama yang Vina lihat adalah ayah Anton yang diam duduk di kursi yang ada di ruang tamu sampai melihat ke arah Vina sejenak dan kembali fokus pada ponsel.
"Nak, apa yang terjadi Kenapa lama sekali pulang" tanya Ani cemas.
Mendengar itu Vina langsung tersenyum yang di paksa, bohong jika Vina tidak sedih di saat Vina berjuang seorang diri mengurus pendidikan tidak ada kecemasan pada ayah padahal sampai malam, tapi di saat Vina main ke rumah teman karna kehujanan Vina harus tidur di luar.
"Nak, kenapa tidak sarapan sebelum berangkat? sekarang sudah makan? " tanya Ani lagi
"Maaf Bu, Vina takut ketinggalan angkutan umum dan ibu jangan khawatir Vina sudah makan tadi " jawab Vina.
"Syukurlah, tadi makan apa? dan di mana? " tanya Ani lagi.
"Sama teman Bu, Alhamdulillah teman baru Vina baik dan Vina ada yang ingin bicarakan pada ibu dan ayah " ucap Vina membuat Ani mengerutkan kening bingung.
"Mau bicara apa? " tanya Ani.
"Ayo Bu " ajak Vina.
Walaupun baru sampai, Vina tidak ingin menunda lagi apa yang ingin dia bicarakan. baik Vina dan Ani duduk di hadapan Anton yang fokus pada ponsel, begitu merasa ada yang datang Anton sempat melirik dan kembali fokus pada ponsel.
"Ayah, ada yang ingin Vina bicarakan tolong simpan dulu ponsel " ucap Ani.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Anton menyimpan ponselnya di atas meja dan menatap putri.
"Maaf sebelumnya jika Vina lancang, kemarin Vina mendengar pembicaraan ibu dan ayah di mana ayah di PHK di tempat kerja, dan ayah menuntut Vina melanjutkan pendidikan. dan sekarang ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja Vani memutuskan untuk berkerja sambil kuliah " ucap Vina.
brakkk
Baik Vina dan Ani terkejut bukan main saat mendengar gebrakan meja yang di lakukan oleh Anton, dengan tatapan marah Anton pada sang putri yang merasa tidak di anggap. bagaimana bisa dia mengambil keputusan secara sepihak pikir Anton.
"Apa maksud mu? kau sudah mulai meremehkan ayah? atau kau merasa mampu menjalani semua itu, kuliah dan berkerja sekaligus? " ucap Anton.
"Maaf ayah, Vina tidak bermaksud seperti itu tapi Vina hanya ingin membantu meringankan beban ayah, maaf ayah bukan Vina bermaksud lancang " ucap Vina.
"Kau lihat Bu, hasil didikan mu luar biasa, belum apa-apa sudah berani mengambil keputusan sendiri. baiklah jika itu yang kau mau lakukan semua yang kau inginkan dan menurut mu benar, jangan anggap ada orang tua untuk mengambil keputusan kau sudah besar, LAKUKAN " ucap Anton yang langsung dengan dari duduk dan keluar rumah.
Hiks,,,,
"Bu, maafkan Vina sungguh Vina tidak bermaksud, Vina hanya ingin membantu Bu, Arga dan kakak Arfan sedang membutuhkan uang dan jika di tambah Vina lagi, bagaimana dengan ayah yang mencari uang untuk sekolah Kami " ucap Vina bahkan Vina langsung duduk bersimpuh di hadapan sang ibu.
"Nak, bangun nak, maaf jika ayah dan ibu membuat mu seperti ini, ibu hanya berdoa semoga semua berjalan lancar, pekerja mu lancar dan kuliah mu sampai selesai" ucap Ani.
"Aamiin, terima kasih Bu. apa ibu masih marah sama Vina? " tanya Vina.
"Tidak nak, maaf ibu tidak bisa membantu mu banyak " ucap Ani.
"Terima kasih Bu " ucap Vina bahagia.