Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Sesampainya di rumah, Julian dan Kenzo disambut oleh suasana hangat dari lampu-lampu yang menerangi interior mewah rumah mereka. Meski rumah itu besar dan penuh fasilitas, ada kehampaan yang tidak bisa diisi dengan kemewahan. Kenzo, yang telah mengganti pakaian basahnya, duduk di sofa ruang keluarga, mengayun-ayunkan kakinya dengan tatapan sendu.
Julian yang baru saja selesai mengganti pakaian, mendekati anaknya dan duduk di sampingnya. "Kenzo, ada apa? Kamu terlihat murung sayang." Tanyanya lembut, menyentuh pundak kecil anaknya.
Kenzo menatap ayahnya dengan mata penuh harap. "Daddy, aku menyukai Kakak itu."
Julian mengerutkan kening, sedikit bingung. "Kakak siapa, sayang?"
"Kakak yang tadi menolong aku di jalan. Dia baik sekali. Aku menyukainya Daddy." Jawab Kenzo dengan suara pelan, namun penuh keyakinan.
Julian teringat pada wanita muda yang ia temui di tengah hujan, yang dengan sabar menjaga Kenzo sampai ia datang.
"Kinanti? Kenapa kamu menyukainya sayang?" Tanya Julian, mencoba memahami perasaan anaknya.
Kenzo menundukkan kepala, suaranya melembut. "Dia sangat baik, Dad. Aku menyukainya karena dia tidak membuat aku merasa sendiri. Aku selalu sendirian di rumah. Nenek dan kakek ada di sini, tapi mereka sibuk. Daddy juga sibuk di kantor. Aku hanya ingin punya teman main."
Hati Julian tersentuh mendengar ungkapan jujur anaknya. Ia sadar, meski ada banyak orang di rumah, Kenzo tetap merasa kesepian.
"Maafkan Daddy, Kenzo. Daddy tahu Daddy sering sibuk dan tidak selalu ada waktu untukmu." Ucapnya penuh penyesalan.
Kenzo mengangkat wajahnya, matanya berbinar penuh harap.
"Daddy, apakah Kak Kinanti bisa tinggal di sini? Aku ingin dia menemani aku. Aku tidak ingin sendirian lagi."
Julian terdiam, memikirkan permintaan anaknya. Ia tahu Kinanti bukan hanya sekadar sosok yang membantu Kenzo di jalan, tetapi seseorang yang mungkin bisa membawa kebahagiaan bagi anaknya.
"Daddy akan mencoba berbicara dengannya. Kalau dia setuju, mungkin dia bisa tinggal di sini dan menemanimu." Janjinya.
Wajah Kenzo cerah, senyum lebar menghiasi wajah mungilnya. "Benarkah? Terima kasih, Daddy!" Serunya gembira dan memeluk ayahnya erat.
Julian membalas pelukan itu dengan hangat, bertekad untuk melakukan yang terbaik demi kebahagiaan putranya. Meski masih banyak hal yang harus dipertimbangkan, ia tahu bahwa kebahagiaan Kenzo adalah yang terpenting.
Dan mungkin, Kinanti adalah jawaban untuk mengisi kekosongan dalam hidup mereka.
Setelah mendengar permintaan Kenzo yang begitu tulus tadi, Julian merasa hati kecilnya tergerak. Ia tahu bahwa kebahagiaan anaknya adalah yang terpenting, dan kini ia merasa perlu untuk segera bertindak agar Kenzo tidak merasa kesepian lagi.
Julian menatap Kenzo yang tengah asyik bermain dengan mainannya di ruang tamu, tampak senang meskipun ada sedikit kesedihan yang masih tersirat di matanya.
Dengan tekad bulat, Julian memutuskan untuk menghubungi asistennya, David. Ia perlu mencari tahu lebih lanjut tentang Kinanti, wanita yang telah membantu Kenzo dan yang kini telah berhasil membuat anaknya merasa lebih baik.
Julian tahu, untuk membantu Kenzo mendapatkan teman yang diinginkannya, ia harus segera menghubungi Kinanti.
Tanpa ragu, Julian meraih ponselnya dari meja di sampingnya. Ia menekan nomor David, asistennya yang selalu sigap dan dapat diandalkan. Telepon pun tersambung dengan cepat.
"David." Suara Julian terdengar tenang, namun penuh dengan keseriusan.
"Aku butuh bantuanmu. Coba cari tahu di mana wanita yang bernama Kinanti tinggal. Wanita itu yang menolong Kenzo tadi di jalan. Aku ingin memastikan bagaimana caranya agar dia bisa datang ke sini dan menemani Kenzo."
David, yang sudah lama bekerja dengan Julian, langsung mengenali nada suara bosnya yang serius.
"Tentu, Pak Julian. Saya akan segera mencari tahu." Jawabnya cepat dan penuh perhatian.
"Terima kasih, David. Segera kabari aku jika sudah ada informasi." Ujar Julian sebelum menutup telepon.
Julian meletakkan ponselnya di meja dan duduk kembali di sofa. Ia menatap Kenzo yang masih sibuk bermain, merasa sedikit lega melihat anaknya bisa tersenyum lagi.
Namun, perasaan itu hanya bertahan sejenak karena pikiran Julian kembali melayang pada permintaan Kenzo yang begitu sederhana, namun begitu bermakna.
Ia tahu, jika Kinanti bisa datang dan tinggal bersama mereka, hal itu akan memberikan Kenzo teman yang sangat dibutuhkannya.
Julian meraih gelas di meja dan menyesap sedikit air, berusaha menenangkan pikirannya yang mulai bergejolak. Dalam waktu singkat, David pasti sudah dapat mencari tahu di mana Kinanti tinggal, dan Julian harus siap untuk mengambil langkah selanjutnya.
Ia kembali memandang Kenzo. Anak kecil itu, meskipun hidup dalam kemewahan dan dikelilingi banyak orang, tetapi dia masih merasa kesepian. Tidak adanya sosok seorang ibu yang selalu ada di sisinya membuatnya merasakan kekosongan yang sulit dijelaskan.
Terkadang, semua kemewahan yang dimilikinya tidak bisa menggantikan kehadiran seorang ibu—seseorang yang bisa memberikan kasih sayang, perhatian, dan menemani setiap langkah hidupnya.
Sementara itu, di balik layar, David bekerja cepat. Ia tahu betul betapa pentingnya ini bagi Julian, jadi ia langsung melacak informasi tentang Kinanti. Dengan sumber daya yang dimiliki, David berhasil menemukan alamat tempat tinggal Kinanti dalam waktu singkat. Setelah mendapatkan informasi yang diperlukan, ia segera menghubungi Julian.
Tak lama setelah telepon dengan David, ponsel Julian berdering kembali. Ia segera mengangkatnya.
"Pak Julian, saya sudah mendapatkan informasi yang Anda butuhkan." Kata David, suara di ujung telepon terdengar cepat dan efisien.
"Kinanti tinggal di sebuah rumah di kawasan daerah Timur. Saya juga sudah mencari tahu beberapa informasi tentang latar belakangnya. Jika Anda butuh bantuan lebih lanjut, saya siap membantu."
Julian merasa sedikit lega mendengar kabar itu. "Bagus, terima kasih, David. Kamu sudah melakukan pekerjaan yang sangat baik. Segera atur pertemuan untukku dengan Kinanti. Aku ingin bertemu langsung dengannya."
"Segera, Pak Julian," jawab David sebelum menutup telepon.
Dengan informasi yang sudah didapatkan, Julian merasa siap untuk melangkah ke tahap berikutnya. Ia tahu bahwa jika ia ingin Kenzo benar-benar bahagia, ia harus bertindak cepat.
Sambil menatap Kenzo yang masih sibuk bermain, Julian membayangkan bagaimana rasanya jika Kinanti benar-benar menjadi bagian dari hidup mereka. Mungkin ini adalah jalan yang tepat untuk memberi Kenzo sosok yang bisa mengisi kekosongan yang telah lama ia rasakan.