Roxana, sudah 8 kali dia mati dan ini adalah kehidupannya yang ke-9.
Setiap hidupnya dia pasti merasuki tubuh seorang wanita dengan berbagai posisi dan karakter. Tapi nahasnya setiap usianya mencapai 25 tahun pasti dia mati.
Pada kehidupannya kali ini pun sama, tapi kali ini dia hidup di tubuh seorang ibu yang sangat ditakuti. Bukan karena wajahnya tapi perangai dan sikapnya.
Akankan ia lagi-lagi harus mati saat usianya mencapai 25 tahun?
Atau dia akan menggunakan semua kemampuan yang pernah ia miliki untuk bisa bertahan hidup lama kali ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Duke Utara 06
" Salam Paduka Gland Duchess, semoga Paduka selalu sehat dan bahagia."
Bocah kecil nan imut itu lagi-lagi masuk ke kamar Roxane pagi- pagi. Ia melakukan hal yang sama seperti kemarin, atau boleh dibilang ia melakukan hal yang sama setiap pagi dalam waktu yang lama. Mungkin stelah ia mulai bisa berjalan dan berbicara.
Roxane tersenyum ia lalu menghampiri Lilian dan langsung membawanya dalam gendongan. Bocah itu tampak terkejut, meskipun kemarin mereka sudah berbicara dan Roxane meminta Lilian untuk memanggilnya ibu, tapi agaknya bocah itu lupa.
" Bukankah kemarin Ibu sudah meminta Lili utuk memanggil dengan sebutan ibu?"
" Aah iya, maaf Ibu. Lili belum telbiasa. Apa ibu malah?"
Roxane menggeleng, ia lalu mencium pipi milik Lili yang mana membuat bocah itu kembali terkejut.
" Ayo sekarang kita ke ruang makan. Pasti Ayah sudah ada di sana bukan?"
Lilian mengangguk, bocah itu tampak senang tapi juga terlihat takut sedangkan Sonya dan Melba hanya saling pandang. Satu sisi mereka senang bahwa Roxane terlihat berubah, wanita itu mau bersikap baik bahkan selayaknya sebagai seroang ibu. Namun dayang dan pengasuh itu juga heran atas perubahan tiba-tiba yang terjadi pada Roxane. Dan rupanya hal tersebut bukan hanya mereka berdua yang merasakan, hampir semua penghuni kastel ikut merasakan perubahan istri dari pengusaha mereka.
" Salam Paduka Grand Duke, semoga Anda selalu sehat dan bahagia." Roxane mengucapkan salam kepada Leoric disusul oleh Lilian. Leoric tersenyum menyambut istri dan putrinya. Bahkan Leoric bangkit dari duduknya dan menarik kursi untuk Roxane dan Lilian.
" Terimakasih Suamiku."
" Telimakasih Ayah."
Doeeeegggg
Pemandangan manis itu terasa pahit tenggorokan Melanie dan terasa pedih di matanya. Saking tidak percayanya Melanie sampai tersedak makanan yang baru saja masuk ke dalam kerongkongannya. Bagaimana tidak, sudah hidup di kastel itu selama beberapa tahun baru kali ini ia melihat pemandangan keluarga harmonis.
Tentu saja ia tidak lah senang. Keinginannya untuk jadi istri satu-satunya dan sah membuat rasa marah menggelora di dada wanita itu.
" Apa-apaan ini, sejak kapan hubungan mereka bertiga baik? Tidak, ini sudah melenceng jauh dari rencana ku?"
Hanya satu orang yang tidak menyukai kedekatan antara Leoric, Roxane dan juga Lili. Dia tidak lain dan tidak bukan adalah Melanie. Wanita itu sekarang sedang sangat kesal, terlebih dirinya seakan tidak dianggap oleh mereka. Bagaikan angin lalu yang berhembus, seperti itulah keberadaan Melanie. Terlebih pagi tadi juga Lili tidak datang ke kamarnya untuk memberi salam.
" Paduka, apakah~"
" Suamiku, apa agenda hari ini."
Grrrtttt
Melani kembali kesal, ketika ia ingin mengajak Leoric untuk berbicara, Roxane sudah langsung memotongnya. Hal tersebut sungguh membuat Melanie kesal setengah mati dibuatnya. Ia hanya bisa diam dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ucapannya.
" Aku akan pergi ke wilayah Orden, musim dingin kali ini sangat buruk di sana. Wilayah Orden memang berada paling ujung dukedome Albrus, dan aku merasa ada yang janggal makanya harus memeriksa nya."
" Bolehkan saya ikut?"
Shaaah
Semua mata langsung tertuju kepada Roxane. Ini adalah hal yang langka karena belum pernah terjadi. Leoric memang sering melakukan kunjungan wilayah tapi Roxane, ini baru kali pertamanya selama menjadi seorang Grand Duchess.
" Fu fu fu, Grand Duchess Roxane, jangan bercanda dengan keterlaluan begitu. Lihatlah semua orang jadi terkejut bukan, bahkan Paduka pun ikut terkejut. candaan Grand Duchess memang sungguh di luar nalar," cibir Melanie.
Dia orang pertama yang tertawa saat Roxane mengatakan ingin ikut dalam tinjauan wilayah yang dilakukan Leoric. Tapi Roxane hanya diam, dia tidak mau menanggapi ocehan Melani. Saat ini Roxane benar-benar menganggap Melanie tidak ada wujudnya di meja makan pagi itu.
" Apakah Anda keberatan Suamiku?"
" Hmmm, tidak. Baiklah kalau kamu mau ikut. Tapi mungkin perjalanan ini tidak akan menyenangkan karena tidak ada yang bisa dilihat. Semua berwarna putih, tidak seperti di selatan."
" Tidak masalah, saya pasti akan menyukainya."
Leroic tersenyum dan dibalas juga oleh Roxane. Mereka kembali melanjutkan makan pagi dengan tenang. Roxane sesekali menyuapi dan menyeka mulut Lili, Loric terlihat senang melihat pemandangan itu. Rupanya apa yang dikatakan istrinya saat di ruang kerja benar-benar dilakukan.
Meskipun masih terasa aneh dan belum terbiasa karena terjadi secara tiba-tiba, tapi Leoric sungguh menikmatinya. Pun dengan Llili, putri kecil milik Grand Duke Utara itu terlihat nyaman berada di samping sang ibu.
Bukan hanya Leoric, tapi Sonya, Melba, Oland dan beberapa pelayan yang ada di ruang makan itu tampak takjub dnegan hubungan baik yang saat ini mereka lihat antara ibu dan anak itu. Hal tersebut tampak kontras dari beberapa waktu yang lalu.
" Iiih sungguh menjengkelkan, masa makan sendiri saja tidak bisa. Melba, apa yang kau ajarkan pada anak ini hah! Sungguh tidak becus jadi seorang pengasuh!"
Itu lah kata-kata Roxane setiap mereka makan bersama. Ia selalu kesal dan tidak suka ketika Lili makan dengan berantakan. Notabene nya anak sekecil itu belum bisa sempurna dalam menggunakan peralatan makan, tapi Roxane tentu tidak berpikir begitu. Yang ia utamakan adalah rasa kesal dan marahnya. Maka dari itu Melba sungguh tidak menyangka bisa melihat pemandangan ini di depan matanya.
" Ooh lihatlah, mereka sangat terharu dengan apa yang aku lakukan. Haah, wanita ini pasti dulu sangat buruk perangainya. Maka dari itu mereka tampak takjub melihat ku yang berperilaku baik dan manis terhadap Lili."
Roxane berbicara dalam hati, ia tahu saat ini semua orang sedang melihat ke arahnya dengan tatapan yang bahagia. Terkecuali satu orang. Melanie, ia tidak suka. Sepanjang makan pagi itu raut wajah Melanie sangat buruk. Setiap makanan yang masuk ke mulutnya terasa hambar. Apalagi interaksi Roxane terhadap Leoric dan Lili yang sangat baik dan manis, sungguh membuat Melanie muak.
Ingin sekali ia segera meninggalkan ruang makan. Tapi jelas itu tidak bisa ia lakukan karena itu adalah hal yang tidak bosan. Selain Leoric tidak ada yang bisa meninggalkan meja makan terlebih dulu.
" ughhh, sampai kapan aku harus melihat itu. makanan yang masuk ke mulut rasanya sangat pait. lagi pula sejak kapan sih wanita sialan itu berubah. Sudah bagus baginya mengurung diri di kamar, kenapa pula sekarang dia menunjukkan diri dan bersikap seolah-olah sebagi Grand Duchess yang sebenarnya."
Agaknya Melanie lupa jika wanita yang saat ini ia gerutukan itu sungguh-sungguh seorang Grand Duchess. Ambisinya untuk mengisi posisi itu rupanya malah semakin membawa. Selama ini dia sudah berusaha untuk tenang, tapi melihat perubahan Roxane menjadikan Melani terbakar.
" Aku akan mendapatkan posisi itu bagaimanapun caranya."
TBC
.