Simpanan Bos Berondong

Mungkin Jason sudah menerimanya. Buktinya saat ini mereka tengah sarapan bersama. Selama pernikahan, ini kali pertama mereka makan berdua. Ya, memang ada beberapa kali ketika acara keluarga, tetapi di rumah mereka sendiri, ini yang pertama, dan Latina sangat bahagia.

"Masakanmu enak." Jason tersenyum, lalu melahap lagi sosis bakar dengan telur yang ditaburi wijen hitam. Memang biasa saja, tetapi bumbunya itu lebih enak.

"Makan yang banyak kalau begitu. Aku juga buat puding. Kau mau?" tanya Latina penuh harap.

"Tentu." Jason mengangguk.

Bergegas Latina bangun dari tempat duduknya. Ia membuat puding buah yang tadinya ingin ia berikan kepada sang ibu. Menawarkan kepada Jason, rupanya pria itu juga mau.

"Puding buah. Ini bagus untuk pencernaan." Latina meletakkan dua cup puding di hadapan Jason.

Tampilan menarik. Jason mengambil satu, kemudian menikmatinya. Ini sungguh enak, bahkan Jason akui kalau buatan Latina lebih lezat ketimbang Nelis.

"Boleh aku bawakan untuk bekal makan siangmu?"

"Tidak usah, Sayang. Aku sudah sangat kenyang. Aku akan sibuk nanti."

"Begitu rupanya." Latina menunduk. Ia tahu karena setiap hari, Nelis selalu membuatkan Jason makan siang.

"Hei ... kenapa sedih?" Jason mengangkat dagu itu.

"Aku baik-baik saja."

"Nanti siang, aku ada makan bersama klien. Kau ingin tubuh suamimu ini gendut?"

Latina tertawa kecil. "Aku suka denganmu yang sekarang."

Jason mendekatkan wajah, lalu ia mengecup kening sang istri. Jelas ini membuat Latina tersentak. Ia menyentuh keningnya sendiri.

"Aku tidak boleh menyentuhmu? Kau begitu kaget."

"Tentu saja boleh!" Latina berkata cepat. "Aku hanya kaget saja."

Jason mengerti apa yang dirasakan istrinya. Selama ini ia tidak memperlakukan Latina sebagaimana mestinya.

"Maafkan aku, Latina. Kau pasti sangat menderita berada di sisiku."

"Tidak, aku sangat bahagia bersamamu." Latina tidak ingin Jason beranggapan kalau ia tersiksa akan pernikahan ini.

Kembali Jason mendekatkan wajahnya. Kali ini bukan kening, tetapi bibir yang ia kecup. Jelas Latina hanya bisa diam mematung. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ini terlalu mendadak. Jason berubah. Suaminya telah bersikap baik dengan memperlakukan dirinya sebagai istri.

"Aku harus ke kantor."

"Biar aku antar sampai ke depan." Latina terbata-bata menanggapi suaminya.

Jason malah tertawa kecil, lalu mengusap ujung perona bibir yang sedikit belepotan karena ulahnya.

"Aku suka kau memakai perona bibir seperti tadi malam. Kau sangat cantik, Latina. Aku mau kau memakai lipstik itu untuk acara istimewa kita."

"Acara istimewa?" Latina bingung.

Jason mengangguk. "Ya, kau dan aku."

Jantung Latina berdegup kencang. Antara senang juga takut. Acara istimewa apa yang suaminya rencanakan. Mungkinkah bulan madu? Sungguh Latina sangat mengharapkannya.

Seperti istri yang lain. Latina mengantar Jason sampai beranda rumah, lalu sang suami mengecup pipinya sebelum masuk mobil.

Jason menyembunyikan klakson ketika ia telah berada di kendaraan roda empatnya, lalu Latina melambaikan tangan.

Satu hal yang pasti, Latina berterima kasih pada lipstik baru yang ia beli. Ia menyukai saran dari sales kecantikan kalau memakai perona bibir itu bisa membuat pria tergila-gila. Baru kali ini Latina percaya pada omongan penjual. Jason betul-betul menyukainya.

Latina berteriak. Ia menepuk kedua pipi, mencubit lengannya sendiri. Rasanya sakit, dan artinya, ini bukanlah mimpi, tetapi kenyataan.

"Jason mencintaiku." Ia bahkan melompat-lompat seperti anak kecil, padahal umurnya sudah 35 tahun. "Aku mencintaimu, Jason."

TBC