Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.
"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.
"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran Bayi Naima
Assalamu'alaikum sahabat fillah, selamat membaca.
***
Tiba hari dimana Naima akan melahirkan, semenjak pulang ke rumah, Fian sudah tidak pernah meninggalkan Naima lagi hingga saat sekarang Naima melahirkan. Syena tidak masalah dengan semua itu, baginya, jika waktu Fian lebih banyak bersama Naima maka itu akan jauh lebih baik, dia tetap merasa kalau Naima yang lebih berhak atas diri Fian ketimbang dirinya.
Keringat sudah membasahi wajah Naima, bahkan hijab yang digunakan oleh Naima juga sudah basah. Fian menggenggam tangan Naima dan menciumi tangan itu, memberikan semangat pada istrinya.
Naima mengatur pernapasannya dengan perlahan, rasa sakit itu kian menjadi.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar." Zikir itulah yang terus diucapkan oleh Naima sembari menahan rasa sakit akibat kontraksinya.
Tim dokter sudah siap dengan segala perlengkapannya, Naima juga sudah sempurna pembukaan, Fian mendampingi istrinya melahirkan anak kedua mereka.
Kedua tangan Naima memegangi pahanya agar, Fian memegangi punggung Naima, istrinya itu mengejan dengan baik dibantu oleh dokter dan perawat.
"Nnggghhhhh." Naima terus mendorong agar bayinya keluar, setelah beberapa kali mengejan, akhirnya kepala bayi terlihat yang membuat Naima diharuskan untuk lebih kuat lagi mengejan.
Dorongan terakhir membuat anak Naima dan Fian keluar lalu menangis dengan keras.
"Alhamdulillah." Ucap Naima dan Fian bersamaan, Fian mengecup kepala istrinya dengan penuh haru, perjuangan Naima melahirkan anak-anaknya begitu luar biasa, tak bisa dia pungkiri kalau saat ini dia semakin mencintai Naima.
"Terima kasih sayang, terima kasih." Ucap Fian ketika Naima sedang dijahit setelah melahirkan tadi.
Anak mereka seorang perempuan dengan panjang 59 cm dan berat 3,2 kg. Fian mengambil air wudhu' lalu mengumandangkan iqamah ke telinga sang anak. Mata Fian sembab karena menyaksikan perjuangan istrinya ketika melahirkan tadi, dia sangat terharu, akhirnya dia sudah memiliki 2 orang anak dari Naima.
***
Naima sudah dipindahkan ke ruang rawat VIP, mereka memiliki anak yang sangat cantik, Syena mendatangi ruangan Naima untuk memberikan suntikan pada bayi itu serta memeriksa kesehatan sang bayi. Sementara Rayyan, dititipkan pada tetangga oleh Fian saat membawa Naima ke rumah sakit jam 4 sore, setelah bayinya lahir, Fian meminta agar Rayyan di antarkan ke rumah sakit.
Fian melakukan video call dengan Sean dan Sonia, dia memberitahu kalau anak mereka sudah lahir, sedangkan Sonia masih menunggu hari karena memang mereka sama-sama hamil hanya beda sebulan saja.
"Alhamdulillah, siapa nama anakmu Fian?" Tanya Sonia.
"Sofi Advani." Jawab Fian penuh semangat.
"Kalau istriku tidak akan melahirkan juga, mungkin aku akan menyusul mu ke Hungaria Fian, tapi mau bagaimana, Sonia akan melahirkan juga tiga minggu lagi." Kata Sean.
"Santai saja bang, fokus saja pada Sonia dulu, aku dan Naima baik-baik saja, baba juga akan ke sini hari ini, Naima akan ada temannya." Fian mengatakan kalau Salim, ayah Naima akan datang berkunjung ke Hungaria.
"Syukurlah, aku ingin lihat anakmu Fian." Fian mengarahkan kamera pada anaknya.
"Masyaallah Fian, anakmu sangat cantik, kau sangat beruntung Fian." Puji Sonia ketika melihat bayi perempuan Fian.
"Sebentar lagi aku yang akan memuji bayi kalian, yang pastinya akan begitu cantik juga."
"Doakan saja Fian, semoga operasi ku berjalan lancar."
"Selalu aku doakan yang terbaik untuk kalian."
"Bagaimana keadaan Naima?"
"Dia sekarang sedang tidur, dia benar-benar kelelahan Son."
"Ya sudah, nanti kalau ibu datang tolong kabari aku ya Fian."
"Hah? Mama datang ke sini Son?"
"Iya, kemungkinan hari ini beliau datang."
"Kenapa tidak ada yang mengabari ku kalau mama akan ke sini?"
"Mama ingin memberi kejutan padamu." Jawab Sean.
Setelah bicara dengan santai dan saling bertukar kabar, Fian mengakhiri panggilannya dengan Sean, tak lama Nila datang bersama dengan Rayyan. Fian langsung memeluk Nila yang baru saja datang dari Indonesia.
"Bagaimana kabarmu nak?"
"Baik ma, seperti yang mama lihat, kenapa tidak bilang kalau mama akan datang ke sini?"
"Mama sengaja untuk memberi kejutan padamu, mama berharap bisa mendampingi Naima saat lahiran, tapi mama malah telat datangnya."
"Mama datang tepat waktu kok, nggak telat sama sekali."
"Naima tidurnya pulas sekali."
"Dia lelah ma, soalnya tadi saat melahirkan dia sempat kehabisan tenaga."
"Ooh biarkan saja, mana anakmu." Fian menunjuk ke arah box bayi dan Nila menggendong bayi mungil itu.
"Cantik sekali cucu mama Fian, siapa namanya?"
"Sofi Deriya ma."
"Nama yang bagus."
"Oma, Rayyan mau lihat adik kecil." Rayyan di gendong oleh Fian, dia bisa melihat adiknya.
"Ooh jadi dulu Rayyan sekecil ini dalam perut ummi ya papa?"
"Iya sayang, dulu memang Rayyan sekecil ini, setelah papa dan ummi kasih makan dan susu, Rayyan jadi tumbuh besar seperti sekarang." Jawab Fian pada putranya.
"Rayyan mau gendong adik kecil juga pa."
"Kamu belum bisa untuk gendong adikmu sayang, kamu harus besar dan kuat dulu baru bisa menggendong Sofi." Sahut Nila.
"Ooh jadi adik kecil ini namanya Sofi, kenapa tidak Rayyin saja? Kan samaan dengan aku pa, aku Rayyan dan adik Rayyin." Nila dan Fian terkekeh mendengar perkataan Rayyan.
"Nanti kalau ada adik lagi papa akan kasih nama itu." Gurau Fian.
"Kamu sudah makan?" Tanya Nila pada Fian.
"Tadi selesai Naima melahirkan dan dipindahkan ke sini aku sudah makan ma."
"Mama bawa makanan untuk kamu dan Naima, makan lah lagi, itu mama khusus bikinkan dari rumah loh." Fian membuka bingkisan yang dibawa oleh Nila, benar saja, banyak makanan yang dibuat oleh Nila khusus untuk Naima dan Fian.
"Ayo Rayyan, makan dulu."
"Rayyan sudah makan di rumah tadi sama oma, Rayyan kenyang." Jawab Rayyan kembali melihat adiknya.
***
Sudah sebulan semenjak Naima melahirkan, Fian tidak pernah lagi mengunjungi dirinya dan Azad di rumah, hal itu tidak menjadi masalah untuk Syena karena dia juga mengerti dengan keadaan Naima yang sangat membutuhkan Fian. Apalagi saat ini Naima sedang dalam masa nifas, jadi Fian harus ekstra dalam menjaga Naima.
"Umma, kenapa abi tidak datang ke sini lagi? Apakah abi meninggalkan kita lagi?" Syena mengusap kepala anaknya, mereka sekarang sedang berada di dalam kamar, Azad ingin tidur bersama dengan Syena.
"Nak, abi bukan hanya milik kita saja, abi juga punya keluarga lain yang harus dia jaga dan temani." Azad menatap wajah Syena.
"Maksudnya umma?"
"Dengar ya sayang, Azad bukanlah anak satu-satunya abi, kamu memiliki saudara tapi beda ibu, jadi Azad kalau bertemu dengan abi di luar sana, tolong jangan panggil dia dengan sebutan 'abi' ya."
"Terus?"
"Panggil saja paman, jika di rumah ini, baru Azad boleh memanggil abi." Walaupun Azad masih kecil, tapi dia sangat pintar dan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Syena. Sedari dulu Azad memang di didik dengan baik oleh Syena sehingga anak itu tumbuh cerdas dan berwibawa.
"Iya umma, Azad akan mengikuti kata umma." Syena memeluk erat Azad, air matanya menetes, dengan cepat dia hapus karena tidak ingin anaknya merasa sedih karena melihat dia menangis.
"Aku kuat, aku harus kuat, bagaimana pun juga, aku ini adalah orang ketiga dalam hubungan Fian dan Naima." Kata Syena dalam hatinya, sebenarnya dia begitu rapuh, tapi dia harus kuat dengan semua ini karena Azad masih membutuhkan sosok seorang ayah. Dengan kembalinya Fian dalam hidup Syena, membuat Azad merasakan bagaimana kasih sayang seorang ayah.
Paginya, Syena seperti biasa untuk berangkat kerja ke rumah sakit, dia kali ini menyewa jasa baby sitter untuk mengasuh Azad selama dia bekerja.
"Jaga diri kamu baik-baik ya nak, nanti kalau umma pulang, Azad mau dibelikan apa?"
"Belikan brownies saja umma."
"Oke, kamu jangan nakal di rumah ya." Azad mengangguk, Syena mencium anaknya lalu berangkat ke rumah sakit.
Saat keluar gerbang, mobil Syena berpapasan dengan mobil Fian yang akan masuk ke halaman rumah Syena. Fian keluar dari mobilnya dan menemui Syena, Syena menurunkan kaca mobil.
"Kamu udah mau berangkat?" Tanya Fian.
"Iya, kamu mau ketemu Azad? Dia ada di rumah, kamu bisa menemuinya."
"Aku ingin bertemu denganmu Syena."
"Aku?"
"Iya, bisa kita bicara." Syena melirik jam tangannya, dia mengangguk karena jadwal dia masuk kerja sekitar setengah jam lagi. Mereka kembali memasuki rumah itu, karena ada yang ingin Fian sampaikan pada Syena.
"Abiii." Azad berlari mengejar Fian, pria itu menggendong putranya lalu menciumi Azad.
"Abi sangat merindukanmu nak, kamu rindu nggak sama abi?"
"Sangat rindu, kemana saja abi?"
"Abi ada urusan, jadi abi nggak sempat untuk bertemu kamu di sini, maafin abi ya."
"Iya bi, Azad maafkan."
"Azad, main dulu ya, abi sama umma mau bicara berdua." Ujar Syena dengan lembut pada Azad, Fian menurunkan Azad dan memberikan mainan baru untuk Azad.
"Kita bicara di kamar saja." Syena mengangguk, mereka berdua jalan menuju kamar dan menutup pintu kamar.
Syena duduk di tepi kasur diikuti oleh Fian. Fian memandang istrinya dan memegang tangan Syena.
"Aku tidak bisa terus-terusan menyembunyikan kamu dan juga Azad dari keluargaku dan Naima, aku ingin kalian mendapatkan hak yang sama dengan Naima dalam keluargaku Syena, tolong izinkan aku untuk mengatakan semua ini."
"Fian, biarlah seperti ini, dengan kamu mengatakan semuanya pada Naima dan keluargamu, belum tentu mereka akan menerima kami dan Naima pasti akan sangat kecewa padamu Fian, dia akan terluka, biarlah dia merasakan menjadi istrimu satu-satunya tanpa harus tau kalau aku juga istrimu, aku ikhlas menjalani semua ini."
"Aku tau kalau kamu wanita yang kuat Syena, tapi hatimu tidak sekuat itu, aku yakin kalau dalam hubungan ini kamu sangat menderita, kamu tertekan Syena." Syena tersenyum lembut pada Fian lalu mencium kening suaminya lama, menyalurkan kasih sayang dan kerinduan.
"Menjadi istrimu dan memiliki anak darimu, sudah sangat membuat aku bahagia Fian, aku tidak membutuhkan pengakuan dari siapapun, selama kamu masih sering mengunjungi aku dan Azad ke sini, itu sudah sangat membuat aku dan Azad bahagia."
"Terbuat dari apa hatimu Syena, aku tidak ingin membuatmu menderita seperti ini." Fian merangkul Syena ke dalam pelukannya, Syena menghirup aroma tubuh suaminya untuk melepaskan kerinduannya.
"Aku mencintaimu tanpa syarat apapun Fian, cukup dengan kehadiranmu dalam hidupku, sudah membuat aku begitu bahagia." Fian memejamkan matanya, air mata tak bisa dia pungkiri lagi, mereka berdua larut dalam situasi penuh haru itu.
***
Beri dukungan dengan vote dan komentar ya, visual tokoh bisa lihat di sosial media author.
Ig : velinaselina02
Tiktok : vebigusriyeni