Dua orang Kakak beradik dari keluarga konglomerat dengan sifat yang berbeda, sama-sama jatuh cinta pada seorang wanita.
Satria yang diam-diam telah menjalin cinta dengan Aurora terpaksa menelan kenyataan pahit saat mengetahui wanita yang dinikahi Kakaknya Saga adalah kekasih hatinya, Aurora.
Satria yang salah paham pada Aurora, jadi sakit hati dan frustasi. Cintanya pada Aurora berubah menjadi dendam dan kebencian.
Satria melakukan banyak hal untuk merusak rumah tangga kakak dan mantan kekasihnya itu.
Hingga akhirnya, Saga meninggal karna penyakit kelainan jantung yang ia derita dari kecil.
Satria malah menuduh, Aurora lah peyebab kematian sang Kakak.
Rasa benci yang mendalam, membuat Satria terus menerus menyiksa batin Aurora.
Apakah Aurora sanggup bertahan dengan ujaran kebencian Satria? Sementara Aurora masih sangat mencintai Satria.
Jangan lupa mampir ke karya author yang lain ya, 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aurora dikurung dalam kamar.
Dalam suatu ruangan rawat inap VVIP rumah sakit ternama. Saga terlihat terbaring tak berdaya diatas ranjang rumah sakit dengan selang infus ditangannya.
Disampingnya, ada kedua orang tuanya Bu Nilam dan Pak Wira yang dengan sabar menunggu putra kesayangan mereka itu sadar dari pingsannya.
"Aurora, bisa mama bicara sebentar denganmu?" ucap Nilam mendadak menghampiri Aurora yang tengah duduk sendiri dibangku ruang tunggu diluar ruangan rawat inap VVIP itu.
Aurora yang masih trauma setelah melihat Saga yang pingsan mendadak didepan matanya, tampak kaget saat Nilam menghampirinya.
"I-iya Ma, boleh." sahut Aurora takut.
Ia takut, semua orang akan menyalahkan dirinya dengan kejadian yang menimpa Saga tadi.
"Mama sebenarnya malu untuk bicara seperti ini padamu Aurora. Kamu pasti kaget melihat Saga seperti ini. Mama mohon, jangan batalkan perjodohanmu dengan Saga karna penyakit yang Saga derita. Mungkin ini kedengarannya sangat egois. Saga sudah teramat menderita dengan penyakitnya. Umurnya mungkin tak lama lagi Aurora. Cuma kamu satu-satunya impian Saga saat ini. Mama harap, kamu mau menikah dengan Saga." pinta Bu Nilam dengan bersimbah airmata.
Bu Nilam menggenggam erat tangan Aurora dengan wajah memelas.
"Kamu mau kan Aurora? Demi Saga, Mama mohon!" bujuk Bu Nilam dengan nada memilukan.
Aurora tampak bimbang dalam hati. Ia tak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Ia seolah disudutkan ke suatu tempat yang teramat sulit untuk ia jalani.
"Maafkan Aurora ma, beri Aurora waktu untuk menjawabnya." sahut Aurora kemudian.
Iapun bangkit dari duduknya dan memberi hormat pada Bu Nilam.
"Aurora pamit pulang dulu. Apapun keputusan Aurora akan Aurora katakan setelah kak Saga sembuh nanti." ucapnya lagi dan bergegas pergi meninggalkan Bu Nilam yang tercenung dengan sikap Aurora.
Aurora berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit tanpa menoleh ke belakang sama sekali.
Ia merasa gundah, pikirannya sangat kacau sekali. Ia ingin menemui Satria. Ia harus memberitahu Satria tentang semua ini. Aurora butuh Satria untuk memberi keputusan yang terbaik untuk dirinya. Aurora ingin tahu, bagaimana tanggapan Satria tentang masalah ini.
Tit... Tit... Tit...
Berulangkali Aurora mencoba menghubungi Satria lewat ponselnya. Namun tak kunjung diangkat oleh Satria. Perasaan Aurora jadi tak enak. Sesibuk apakah Satria sehingga dia tak bisa menerima telpon dari pacarnya walaupun sebentar.
Aurora tidak tahu, kalau Satria adalah adik kandungnya Saga.
.
Saat ini, Satria sedang melakukan meeting penting lewat Zoom dengan beberapa orang investor asing yang bekerjasama dengan perusahaannya didalam kamar pribadinya.
Satria memang sengaja mematikan nada dering ponselnya agar pekerjaannya tidak terganggu dengan panggilan telpon. Ia juga tak melihat ada panggilan telpon dari Aurora yang sudah menelponnya berulang kali.
Sejak pagi tadi, Satria sudah mengurung diri di dalam kamarnya karna meeting zoom itu. Dan itu menjadi penyebab utama kenapa ia tak bisa ikut pergi bersama kedua orang tua dan kakaknya Saga untuk bertemu calon kakak iparnya.
Andai saja hari itu ia tak ada meeting dan Satria ikut pergi, ia mungkin akan terkejut jika mengetahui siapa gadis yang dilamar Saga untuk menjadi calon istri kakaknya itu.
Satria juga tidak tahu kalau Saga dilarikan ke rumah sakit karna pingsan mendadak dirumah Aurora. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa waktu. Kedua orang tuanya juga belum memberitahu Satria tentang penyakit yang diderita kakaknya itu.
.
"Aura!" teriak Santi sang ibu tiri.
Langkah kaki Aurora tertahan diambang pintu kamarnya. Tubuhnya hanya terpaku didepan pintu kamar dengan wajah tertunduk sedih. Ia sudah bisa menerka apa yang akan dikatakan ibu tirinya itu padanya.
Santi, sang ibu tiri terlihat marah dan mendorong bahu Aurora kuat hingga dia tersandar kedinding.
"Ibu kan sudah bilang padamu, jangan bikin malu keluarga! Apa yang sudah kamu katakan pada Saga heh? Sampai dia pingsan begitu? Cukup bilang iya, iya apa susahnya sih? Harusnya kamu bisa jadi anak yang patuh pada orang tua. Ibuk sudah pilihkan kamu jodoh pria yang terbaik di kota ini. Bukan cuma tampan dan kaya, dia juga baik dan pintar. Kurang apalagi coba?" Santi langsung mencak-mencak pada Aurora.
"Iya buk, Kak Saga orangnya baik. Tapi Aura tidak mencintai kak Saga buk." jawab Aurora dengan berurai airmata.
"Alah, Sekarang saja kamu bilang gak cinta. Ntar kalau sudah menikah pasti kamu cinta juga sama dia. Jangan sok kamu, mana ada perempuan yang tidak tertarik sama Saga?" semprot Santi kesal.
Santi sangat gregetan dengan sikap Aurora yang dimatanya selalu terlihat sombong dan tak pernah patuh padanya.
"Punya pacar pengangguran saja kamu belagu. Kalau bukan aku yang jodohkan kamu dengan Saga, kamu pasti bakal nikah dengan Satria yang gembel itu. Apa kamu pikir kamu bisa bahagia hidup dengan Satria pacarmu itu?" Santi menghina Satria yang belum pernah bertemu dengannya sama sekali.
"Ibu gak kenal Satria. Ibu gak bisa menilai dia seenaknya begitu saja!" jerit Aurora tidak senang.
"Ibu gak perlu lihat dia. Dari cerita ayahmu saja Ibu sudah yakin, dia gak ada apa-apanya dengan Saga!" sahut Santi merendahkan Satria yang belum ia kenal dan hanya mendengar cerita dari ayah Aurora saja.
"Terserah, ibu dan ayah mau bilang apa. Aura tak akan menikah dengan Kak Saga! Ibu gak berhak menjodohkan aku dengan siapa pun. Ibu bukan ibu kandungku, Ibu cuma ibu tiriku!" ucap Aurora berapi-api.
PLAK...!
Sebuah tamparan keras dari Santi, mendarat di pipi Aurora yang mulus. Aurora tampak diam tak bersuara dengan kepala yang miring ke kanan akibat tamparan Santi di pipi kirinya.
"Dasar anak tak tau diri! Tak tau terima kasih!" Bentak Santi marah.
Suara bentakan Santi yang keras membuat Indra berlari ke arah kamar Aurora dan melihat pertengkaran anak gadisnya dengan istrinya itu.
"Santi, apa yang terjadi?" tanya Indra bingung melihat keadaan pipi Aurora yang memerah dengan bekas tamparan.
"Anakmu itu lho mas, dibilangin malah ngeyel. Dia bilang, aku cuma ibu tiri! Aku tuh gak berhak mencarikan dia jodoh. Aku sadar mas, aku cuma ibu tirinya. Tapi apakah aku salah? Jika aku ikut memikirkan masa depannya dengan menjodohkan dia dengan Saga?" ucap Santi mencari muka pada Indra.
Indra jadi gusar dan marah setelah mendengar ucapan Santi.
"Padahal, aku sudah berupaya untuk menjadi ibu yang terbaik untuknya. Sedari dulu, dia tetap saja membenci aku." ujar Santi mulai bermain drama.
Santi memang ahli dalam hal yang satu itu. Sejak ia hadir dalam kehidupan Indra dan Aurora. Perempuan itu sangat pintar mengambil muka dihadapan Indra, ayahnya Aurora. Bermacam drama akan ia mainkan agar Aurora selalu salah di mata ayahnya.
Aurora selalu menjadi anak yang tak ada baiknya sama sekali oleh Indra. Semua aspek kehidupan di rumah itu di kuasai oleh Santi. Hingga rencana perjodohan itu, dia jugalah yang merancang demi keuntungannya sendiri.
Santi memang sudah lama mengincar keluarga Wira Tama sebagai keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Apalagi saat ia mengetahui Saga masih bujangan dan berpenyakitan. Ia sengaja menjadikan Aurora sebagai tumbal untuk mencapai keinginannya.
"Ayah tidak menyangka, kamu masih juga membangkang, Aura! Mulai hari ini, Kamu tidak boleh keluar kamar sampai hari pernikahanmu tiba. Sekarang juga kamu masuk kedalam kamar, Kemari kan ponsel mu, cepat!" Bentak Indra naik pitam.
"Tidak ayah, jangan ambil ponsel Aura!" jerit Aurora pilu.
Indra tak mendengarkan perkataan anak gadisnya itu. Tangan kekarnya dengan kasar merampas ponsel yang sedari tadi ada dalam genggaman Aurora.
"Jangan Ayah...! Huhuhu...!" Isak tangis Aurora tak membuat Indra tersurut.
Indra membanting ponsel milik Aurora ke lantai dan menginjak-injak ponsel itu hingga hancur berkeping-keping.
"Masuk kamu! Ma-suk!" Indra mendorong tubuh Aurora kuat, masuk ke dalam kamar dan bergegas mengunci Aurora dari luar.
"Simpan kuncinya! Jangan biarkan dia keluar walau semenit! Cukup beri dia makan tiga kali sehari sampai hari pernikahannya tiba!" ujar Indra seraya menyerahkan kunci kamar pada Santi.
Indra pun kemudian pergi meninggalkan Santi yang bergegas mengikutinya dari belakang dengan senyuman kemenangan menghias bibirnya.
Bagaimanakah nasib Aurora selanjutnya?
.
.
BERSAMBUNG