Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak tahu diri
"Zia.." panggil Roy, menatap Zia penuh harap.
"Kak, kemana saja, kenapa kakak tidak menemui aku?" tanya Zia.
"Kamu mencari, kakak?" tanya Roy.
"Aku mencari kakak, tapi kakak tidak menemui aku," jawab Zia.
"Maaf, kakak kira, kamu masih marah dengan kakak," ujar Roy.
"Tidak, maafkan aku tentang masalah kemarin," ucap Zia.
"Kamu tidak salah, kakak yang salah, kakak minta maaf, ya," kata Roy.
"Kita saling memaafkan," ujar Zia.
Roy mengangguk, lalu memeluk Zia.
"Kakak, aku pulang," bisik Zia.
"Tidak, kamu belum sembuh total," jawab Roy.
"Tapi kak, aku bosan di RS terus, aku mau pulang," pinta Zia.
"Sudah meminta izin dengan ayah?" tanya Roy.
"Sudah, kata ayah, keputusan ada ditangan, kakak," jawab Zia.
"Kamu yakin sudah tidak apa-apa?" tanya Roy lagi, ia memastikan kalo adiknya sudah baik-baik saja.
"Aku sudah baik, kak, lagian dokter sudah memperbolehkan aku pulang," jawab Zia tersenyum.
"Tapi nanti kamu harus rutin ke psikolog, ya," ucap Roy menatap sang adiknya.
"Iya kak, aku akan menurut dengan ucapan kakak," jawab Zia.
"Kamu tidak apa-apa lagikan?" tanya Roy lagi, memastikan.
"Aku happy," jawab Zia.
Roy tersenyum, senang mendengar adiknya sudah pulih, meskipun keadaannya tidak akan kembali seperti dulu lagi.
"Kak.." ucap Zia.
Roy menatap Zia. "Ada apa?" tanya Roy.
"Aku akan datang ke sidang perceraian aku dengan Rangga," ucap Zia.
"Kamu yakin?" tanya Roy.
"Aku yakin, kak," jawab Zia.
"Lagian kan, Rangga tidak akan hadir, jadi proses perceraian nya tidak akan lama," sambung Zia.
"Kakak tinggal menyuruh asisten kakak buat menyelesaikan semuanya, kamu tidak perlu datang," ucap Roy.
"Kak, aku harus bertanggung jawab, setidaknya aku hadir sekali dalam persidangan," ujar Zia.
"Kalo kamu maunya gitu, yaudah kita kesana nanti," jawab Roy.
"Sama kakak?" tanya Zia.
"Iya, sama siapa lagikan," jawab Roy.
"Aku bisa sendiri, kak," ucap Zia.
"Tapi kakak mau menemani kamu," jawab Roy.
"Baiklah," jawab Zia pasrah, dengan keputusan sang kakak.
Roy tersenyum senang, akhirnya sang adik tak marah lagi dengannya.
"Ayo kita pulang," ajak bunda Ita.
"Sekarang?" tanya Roy.
"Tahun depan," sahut ayah Dimas.
"Ayah.." ucap Roy, menatap malas.
Semua orang tertawa melihat raut wajah Roy, karena biasanya, Roy akan selalu memperlihatkan wajah bengisnya.
"Jadi, kalian sudah merencanakannya?" tanya Roy.
"Iya, soalnya kami tahu, kamu tidak akan bisa menolak keinginan adik kamu," jawab bunda Ita.
Roy mendengus kesal.
"Ya! Yaudah ayo pulang," pasrah Roy.
Zia tersenyum senang, tapi ada perasaan sedih dalam dirinya, karena sehabis pulang dari RS, ia akan melakukan proses perceraian, dan akan dilangsungkan esok hari.
"Zia, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Rey.
Karena sedari tadi, Zia hanya melamun, menatap kosong kearah kaca mobil.
"Aku baik-baik saja, kak," jawab Zia tersenyum.
"Jangan terlalu dipikirkan, kami akan selalu ada untukmu," ucap Roy, memeluk Zia.
Zia tersenyum kearah kedua kakaknya, meskipun sekarang Zia merasakan keterpurukan, namun kedua kakaknya selalu siap membantu dirinya, jadi Zia tidak merasakan sendirian.
"Aku beruntung sekali, memiliki kakak sebaik kalian," ucap Zia.
"Cuman baik?" tanya Roy.
Zia menatap kesal, sudah tahu apa yang dimaksud dengan kakaknya.
"Ya, baik dan juga tampan," sambung Zia, dengan raut wajah kesalnya.
"Kakak memang setampan itu, kakak tahu kok," jawab Roy.
"Tuhkan, tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi," ucap Zia.
"Sudah..Sudah," ucap Rey.
"Kita saling beruntung, kakak juga beruntung memiliki adik seperti dirimu," ujar Rey.
Zia mengangguk, lalu Zia menyenderkan badannya ke sisi kaca mobil.
"Setelah kita bercerai, kamu akan sebahagia apa, mas? Mengingat, kamu sangat ingin bercerai denganku," gumam Zia.
Zia hanya menatap kosong, memikirkan setiap kejadian pahit yang menimpa dirinya.
Berkali-kali Zia bertanya pada dirinya, 'apa yang salah dengan dirinya'
Tapi Zia tidak mendapatkan jawabannya, Zia merasa dirinya sudah melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai istri.
Saat Zia sedang menatap jalan, Zia tak sengaja melihat seseorang yang ia kenal sedang berada disebuah caffe.
"Berhenti, aku mau turun dulu disini," ucap Zia.
"Ada apa?" tanya ayah Dimas.
Zia tak menjawabnya, saat mobil itu berhenti, Zia langsung turun, lalu disusul oleh keluarganya.
Zia berjalan kearah caffe.
"Sayang, kamu sudah baikan?" tanya Lena, ya! Yang Zia lihat adalah suaminya dengan Lena.
"Sedikit membaik, aku tidak tidak bertemu dengan anak kita, aku sangat merindukannya," jawab Rangga.
"Aku merasa cemas, saat mendengar kamu dibawa ke RS dengan ibu," ucap Lena.
"Gara-gara kakaknya Zia, aku jadi seperti ini," jawab Rangga.
"Kamu tidak mau membalas semua perlakuan mereka?" tanya Lena.
"Aku akan membalasnya, lihat saja nanti," jawab Rangga.
"Lalu bagaimana dengan istri kamu, apa kamu akan menceraikan dia?" tanya Lena.
"Pasti aku akan menceraikan dia, karena aku hanya butuh hartanya saja," jawab Rangga.
"Kamu sudah mendapatkan harta, dia?" tanya Lena.
"Belum, aku belum mendapatkan apapun," jawab Rangga.
"Selama ini kamu ngapain? Jangan bilang karena kamu cinta dengan dia, jadi tidak berani menyakiti dia," ucap Lena.
"Mana mungkin aku jatuh cinta dengan nya, kalo memang iya, seharusnya sejak dulu aku sudah mencintai dia," ujar Rangga, tidak suka Lena mengatakan hal itu.
"Mas, tidak menutup kemungkinan, kamu mencintai istrimu, lagian kalian sudah menikah selama satu tahun, dan pacaran satu tahun, jadi total kalian bersama sudah dua tahun," ucap Lena.
"Aku tidak mungkin jatuh cinta dengan dia, Zia hanya wanita bodoh dan juga gampangan, makanya gampang aku jebak, hanya dengan rayuan," sahut Rangga.
Lena hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan Rangga.
"Kamu memang brengsek sejak dulu, Rangga," gumam Lena.
"Kamu tenang saja, cinta aku cuman buat kamu dan juga anak kita," ucap Rangga.
"Aku percaya, mas," jawab Lena.
"Kalo semisal, Zia mau bercerai denganmu, sebelum kamu menguasai segalanya, apa kamu akan bercerai?" tanya Lena.
"Tidak, aku hanya butuh merayu dia, pasti akan luluh lagi," jawab Rangga.
"Kenapa dia sangat bodoh!" ucap Lena.
"Dia memang bodoh, sangat haus akan cinta laki-laki," jawab Rangga tersenyum.
"Benar-benar murahan," ucap Lena, tidak sadar diri dengan dirinya, yang sudah mau menjadi selingkuhan suami orang.
"Makanya aku tidak mencintai dia, karena dia tidak menarik, dan juga gampang dibodohi, sebenarnya aku malu selama ini membawa dia," ujar Rangga.
Rangga tak sadar, istri yang ia hina dan juga ia rendahkan, yang selama ini memberikan kehidupan untuk dirinya dan juga keluarganya.
"Pantas ibu sangat tidak menyukai dia," sahut Lena.
"Bajingan!!!..." teriak Zia, dengan suara lantangnya, sontak saja membuat semua pengunjung Caffe menatap dirinya.
***
bakal berusaha trs mengganggu hdp zia trs
cepat sembuh zia