NovelToon NovelToon
Alea Si Gadis Tersisihkan

Alea Si Gadis Tersisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Pengantin Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kaya Raya / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Favreaa

"Kamu harus menikah dengan Seno!"

Alea tetap diam dengan wajah datarnya, ia tidak merespon ucapan pria paruh baya di depannya.

"Kenapa kamu hanya diam Alea Adeeva?"

hardiknya keras.

Alea mendongak. "Lalu aku harus apa selain diam, apa aku punya hak untuk menolak?"

***

Terlahir akibat kesalahan, membuat Alea Adeeva tersisihkan di tengah-tengah keluarga ayah kandungnya, keberadaannya seperti makhluk tak kasat mata dan hanya tampak ketika ia dibutuhkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Favreaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Ckiitt!!

Paman Emir menginjak pedal rem secara mendadak lalu menepikan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan. Eyang hampir terjungkal karena tidak mengenakan sabuk pengaman, beruntung Eyang refleks berpegangan pada sandaran kursi.

Bugh!!

Eyang memukul pundak Paman Emir dengan keras lalu mengomel.

"Kamu bisa bawa mobil nggak, sih Mir!?! atau sengaja mau buat mama cepat mati!" hardiknya sembari melotot tajam.

Paman Emir membalik tubuhnya cepat menghadap Eyang.

"Apa maksud ucapan Mommy tadi? Mau pergi kemana?" sentak Paman Emir marah mengabaikan hardikan Eyang.

"Bercanda! ... Sudah sana cepat jalan, Mama sudah ingin tidur!"

Paman Emir menghela nafas berat, kembali menghadap kemudi dan mulai melajukan mobilnya menuju kediaman Ravindra.

Eyang kembali memejamkan matanya mecoba menghalau rasa tak nyaman yang mulai menyerang tubuh tuanya.

Sepanjang perjalanan Paman Emir beberapa kali melirik Eyang di belakang melalui kaca spion tengah, entah kenapa perasaannya mulai diserang rasa khawatir tanpa sebab.

Siang berganti malam dan malam berganti siang, waktu berlalu sangat cepat tanpa beberapa orang sadari.

Pagi ini Alea memiliki jadwal kuliah pagi, sehingga pukul delapan pagi dirinya sudah berada di kampus.

Alea tiba-tiba di serang rasa gugup ketika mengingat kembali semalam Ivy menghubunginya dan menanyakan bagaimana perasaannya menjelang hari pernikahannya yang kurang dari seminggu lagi. Ia tidak bisa mundur, undangan pun telah di sebar yang menandakan babak baru kehidupannya sudah di depan mata.

"Gaaeess! ... Ada kabar yang sangat heboh, ternyata teman satu jurusan kita akan menikah satu minggu lagi!" Pemuda perawakan gemulai berteriak heboh di depan kelas.

"Pagi-pagi udah bikin heboh, memangnya kenapa kalau mau menikah, hak dia juga 'kan?" salah satu wanita bersuara ketus.

"Hei, hei, hei-... Ini tuh beda, calon mempelai prianya dari keluarga terpandang!"

"Siapa, Vin?" tanya salah satu wanita diantara mereka penasaran.

Alea yang duduk di kursi paling ujung hanya diam dan fokus pada laptopnya, mencoba mengabaikan lirikan Vino yang menjurus ke arahnya. Namun, akibat lirikan itu Alea menjadi risih karena kini seluruh teman sekelasnya menatap ke arahnya.

"Dia?"

Vino mengangguk sembari berbicara pelan. "Kabarnya sih iya, tapi masih gosip belum ada konfirmasi resmi," bohongnya karena dalam undangan tertulis jelas nama pengantin wanita Alea Adeeva, anak kedua Arkananta Wicaksana.

Mereka yang mendengar bisikan Vino manggut-manggut sembari ber-oh-ria.

"Dan kalian tahu siapa calonnya?" teriak Vino lagi.

Semua orang menggeleng dengan raut wajah penasaran.

"Senopati Jayendra Ravindra, gaes. Senopati Jayendra, pria tampan sejagad yang sudah turun tahta!" pekik Vino heboh.

Semua orang tercengang, berbagai macam jenis ekspresi dari mereka Alea dapatkan. Mereka tahu dengan jelas siapa Senopati Jayendra Ravindra, karena keluarga Ravindra menjadi keluarga terpandang dan memiliki status sosial nomor satu di kota mereka. Hanya saja, lima tahun lalu Seno bersama kedua orang tuanya terlibat kecelakaan yang membuat pria itu dikabarkan lumpuh dan wajahnya rusak.

"Masak sih calon mempelai wanitanya Alea, nggak salah?" tanya salah satu dari mereka dengan suara pelan.

"Iya, kayaknya nggak mungkin deh. Vino bohong kali, atau kalau nggak dia yang salah!" timpal wanita yang lain.

Mereka mulai terbelah menjadi beberapa kubu, ada yang ragu, ada yang langsung percaya dan ada yang sama sekali tidak percaya hingga salah satu dari mereka beranjak menghampiri Alea dan berdiri di samping meja gadis itu.

"Alea, coba konfirmasi apa benar berita yang dibawa Vino?" tanyanya.

Sebenarnya teman-teman Alea tidak memusuhinya, mereka hanya sedikit menjauh karena Alea sendiri sangat pendiam dan tidak mudah bergaul dengan yang lain.

Alea mengangguk, dalam benaknya berpikir pasti mereka akan meledeknya tapi ternyata salah, semua teman kelas Alea terdiam dengan wajah terkejut dan kelas menjadi hening.

"Tuh 'kan bener apa kataku, undangannya bahkan udah di sebar, gaeess." Vino berteriak heboh.

"Kamu dapet undangannya, Vino?" tanya salah satu mahasiswa yang duduk di barisan kiri.

Vino menggeleng dengan bibir mencebik khas pria gemulai. "Nggaklah, keluargaku apa atuh cuma petani kampung, mana kenal sama keluarga gedongan macam keluarga Ravindra."

Sebagian dari mereka tertawa dan sebagian lagi hanya tersenyum mendengar jawaban Vino.

Gurauan mereka harus terhenti karena kelas akan dimulai dan dosen yang mengajar baru saja masuk. Gadis yang berdiri di samping meja Alea pun kembali ke tempat duduknya sendiri. Kelas selesai dua jam kemudian, karena tidak ada kelas tambahan mereka mulai membereskan peralatan tulis dan bersiap meninggalkan kampus.

Alea juga sedang membereskan alat tulisnya dan bersiap pulang, tapi di sela-sela kegiatannya ia mendengar bisik-bisik dari beberapa gadis yang merupakan teman sekelasnya tengah membicarakan tentang dirinya.

"Menurutmu kenapa Alea mau menikah dengan Seno?"

"Apalagi kalau bukan karena keluarga Ravindra kaya. Alea bisa hidup nyaman dan enak tanpa harus bersusah payah bekerja, uangnya sudah mengalir deras setiap bulan masuk ke dalam rekening!"

"Tapi apa kamu nggak denger gosip yang beredar, sejak kecelakaan dia lumpuh dan wajahnya rusak, makanya sekarang dia sangat privat dan nggak pernah lagi muncul ke publik!"

"Yang bener kamu?"

"Ih bener, beritanya heboh di media sosial meskipun nggak sampai masuk infotainment, sih!" jelasnya yang masih dengan suara pelan.

"Gila! Yang bener aja!" pekik mereka terkejut dengan suara tertahan.

"Kalau cuma lumpuh sih nggak masalah asal bukan pedang tumpul nan ajaibnya yang lumpuh, tapi wajah ... Gimana, ya ngomongnya?"

"Menurutku itu cuma gosip, sih." Salah satu dari mereka yang sejak tadi diam tiba-tiba bersuara, membuat semua menoleh ke arahnya.

"Maksudmu?"

"Logikanya aja, gaes. Seno hanya terlibat kecelakaan mobil buka terserang kebakaran, kerusakan wajah macam apa sampai bisa membuat wajahnya menjadi jelek."

"Bisa aja 'kan terkena goresan kaca atau apapun yang membuat wajahnya terluka parah?" balasnya yang mendapat anggukan setuju dari yang lain.

Alea sudah hendak berdiri, tetapi topik pembicaraan gadis-gadis yang sedang berbisik itu menggugah rasa penasarannya, hatinya tergelitik mendengar sebuah opini yang tidak pernah terpikirkan sama sekali olehnya karena memang ia tidak ingin memikirkan. Ia kembali duduk pura-pura bermain ponsel demi bisa mendengar obrolan mereka lebih lanjut, mendengar pendapat salah satu gadis tentang Seno.

"Kalau lumpuh aku nggak punya penyangkalan ya karena banyak orang lumpuh yang memang tidak bisa sembuh atau memang belum menemukan obat yang tepat, tapi wajah rusak kayaknya agak gimana gitu, soalnya 'kan teknologi kecantikan udah canggih banget dan aku yakin mereka pasti tau dan mampu untuk operasi plastik. Jadi aku nggak yakin kalau wajahnya jelek, kalau sedikit berubah itu lebih memungkinkan!"

"Bener juga, pinter kamu, Clara. Mungkin itu sebabnya Alea mau menikah dengan Seno!" bisiknya lagi.

Yang lain mengangguk setuju.

Alea tertegun mendengar penuturan Clara. Analisis Clara memang sesuai logika, tapi kenyataannya saat datang melamar wajah Seno memang jelek dan karena itulah Bianca menolak yang akhirnya membuat dirinya menggantikan Bianca.

Alea meninggalkan kelas ketika para gadis itu masih belum berhenti mengobrol dan saling berbisik, ia berjalan menuju taman kampus tempat biasa ia dan Ivy bertemu dan sekarang Alea memang hendak menemui Ivy yang sudah menunggunya di sana.

"Alea udah keluar?" salah satu wanita mendongak melihat punggung Alea yang sudah menghilang di balik pintu.

"Kenapa?"

"Eh, aku tuh penasaran gimana ceritanya Alea bisa nikah dengan Seno. Kayak nggak masuk akal tau nggak, status sosial mereka berbeda sangat jauh, mereka kenal dan bertemu dimana coba?"

"Mungkin perjodohan, pernikahan kontrak, atau hutang balas budi!" jawab salah satu dari mereka enteng.

"Kamu pikir sinetron?" tanyanya ketus yang disambut gelak tawa oleh yang lain.

"Sudahlah, bukan urusan kita. Bubar, bubar!... Ayo pulang!"

Mereka membubarkan diri sedang yang lain sudah pergi sejak tadi, mereka tinggal sebentar hanya untuk bergosip.

"Alea, sini!" teriak Ivy melambaikan tangan pada Alea yang berjalan masuk area taman.

Alea mengulum senyum dan mempercepat langkahnya menghampiri Ivy.

"Alea, sepertinya sebentar lagi namamu mencari trending topik di kampus!" sapa Ivy saat Alea baru saja mendudukkan diri di hadapannya.

"Aku tidak tahu bagaimana berita itu bisa menyebar karena yang aku tahu, pesta itu diadakan privat bahkan kata Eyang tamu undangan tidak lebih dari 500 orang, aku terkejut saat Vino mengumumkannya di depan kelas!"

Ivy terbelalak. "Di depan kelas, lalu bagaimana?... Apa reaksi mereka?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

Dirinya takut jika Alea dirundung dan diolok-olok di dalam kelas, meskipun selama ini teman-teman kelas Alea tidak pernah menunjukkan ketidaksukaannya pada gadis itu secara terang-terangan, tapi dengan cara mereka menjauhi Alea, Ivy menyimpulkan mereka memang tidak menyukai Alea.

Alea terkekeh kecil. "Kamu berlebihan, Ivy. Mereka membicarakannya dan itu sudah biasa, kamu tahu sendiri setiap ada berita terbaru mereka selalu membicarakannya di setiap tempat. Mereka tidak mengolok-olokku jadi kamu tenang saja !"

Ivy menggeleng nafas lega. "Tapi kalau diingat-ingat lagi teman-teman di kelasmu emang nggak pernah gangguin kamu, ya."

Alea mengangguk mengiyakan. Mereka hanya menjauh dan bicara seperlunya saja dengannya, tidak melakukan perundungan apalagi menyakiti fisik.

Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Ivy pamit pergi.

"Aku harus pulang dulu, Alea. Bu Risma sekarang mulai berjualan kue supaya nggak terlalu berpangku tangan pada donatur, aku mau membantunya berjualan!" Ivy berdiri dari rerumputan lalu mengibas-kibaskan roknya dari debu dan beberapa daun serta rumput kering yang menempel.

"Mmm, hati-hati dijalan. Sampaikan salamku pada Bu Risma, maaf belum bisa datang menjenguk anak-anak!"

"Tenang, nanti aku sampaikan tapi harus ada biaya transportasi!" gurau Ivy.

Alea mengulum senyum, melambaikan tangan pada Ivy yang sudah beranjak pergi.

Sedangkan di tempat berbeda. Bianca yang sedang makan di kantin kampus, tersentak ketika gerombolan teman-temannya datang.

Salah satu dari mereka tidak sengaja menabrak meja yang membuat meja bergetar dan berakhir kuah panas di mangkok tumpah mengenai baju Bianca dan tembus ke kulitnya.

Bianca lekas berdiri, mengibas-kibaskan roknya yang basah seraya mendesis kesakitan.

"Bia kamu nggak apa-apa?" salah satu dari mereka bertanya panik dan gadis yang menyenggol meja menunduk takut dengan tangan tertaut.

"Minggir!" titahnya ketus menyingkirkan paksa tangan Della yang hendak membantu membersihkan bajunya yang basah.

Bianca lalu menatap gadis yang baru saja menyenggol meja dengan nyalang. Ekspresi wajahnya merah padam karena murka.

"Matamu buta, Na? Lihat nih gara-gara kamu, kuah bakso yang panas ini kena kulitku bahkan sampai melepuh, biaya perawatannya mahal emang kamu mampu, hah?" hardiknya nyaring sembari mengacungkan jari telunjuknya dan sekarang menjadi bahan tontonan.

Fina menunduk takut. "Ma- Maaf, aku nggak sengaja!" ujarnya pelan sedikit terbata.

Gadis yang berdiri di sebelah Bianca sekaligus gadis yang bantuannya di tolak Bianca dengan kasar, semakin mendekat dan mengelus kedua lengan Bianca, mencoba menenangkan agar Bianca tidak kehilangan kendali dan bertindak memalukan dengan memakai Fina di depan umum.

Bianca menghembuskan nafas jengkel lalu kembali duduk, membiarkan bajunya yang basah begitu saja.

"Kenapa kalian natap aku kayak gitu?" tanya Bianca pada kedua temannya, mengabaikan Fina yang masih menunduk.

"Kita mau tanya kebenaran berita yang sedang heboh."

Bianca mengerutkan alisnya karena memang dirinya tidak mengerti. "Berita apa?"

"Adik kamu beneran menikah dengan Senopati Jayendra Ravindra?"

Jarak antara satu meja dengan meja yang lain cukup dekat, sehingga pertanyaan teman Bianca masih terdengar ke meja sekitar.

Mereka sudah tahu jika Bianca mempunyai adik, setiap teman atau kenalan yang berkunjung ke rumahnya dan mereka mempertanyakan keberadaan Alea, maka Bianca mengatakan bahwa Alea anak angkat di keluarga Wicaksana, bukan anak kandung sang ayah tapi beda ibu.

"Oh itu, kalian dengar dari mana?" tanya Bianca tidak menyangka kabar itu menyebar dengan cepat, padahal setahu dia rencana pernikahan mereka dilakukan secara privat.

"Ayah dan ibuku dapat undangan dari keluarga Ravindra."

"Oohh, ya seperti yang kalian dengar, berita itu memang benar," jawab Bianca sembari menyeruput jus jeruk miliknya.

"Bia, kenapa keluargamu mengizinkan Alea menikah dengan Seno. Pria itu bukannya lumpuh?" tanyanya lagi.

"Elva, apa salahnya lumpuh, dia juga manusia dan pastinya dia pria normal, yang penting tititnya masih bisa berdiri maka semua aman!" jawabnya santai dan bijak.

"Bukan karena menjadi tumbal untuk membayar jasa keluarga Wicaksana karena telah membantu perusahaan ayahmu yang sedang di ambang kebangkrutan?" tanya Clarissa salah satu teman dekat Bianca, gadis paling kaya diantara mereka berempat.

Deg!!

Jantung Bianca berdegup kencang, ia tertawa sumbang walau dalam hati ia mengumpat. Sedangkan Fina dan Elva lantas menoleh ke arah Clarissa bersamaan, lalu menatap Bianca menuntut jawaban.

"Enggaklah, kamu dapet berita darimana, Sa? ... Perusahaan Wicaksana baik-baik aja kok!" jawabnya sedikit kikuk sembari memaksakan senyumnya.

"Baguslah, ternyata kabar yang sampai ke telingaku itu nggak bener!" jawab Clarissa santai, balas tersenyum.

"Tapi hebat loh adik kamu, Ra. Menikah dengan Senopati Jayendra Ravindra adalah impian semua gadis lajang di kota ini!" seru Elva.

"Aku nggak tuh,"

"Kamu 'kan udah ada Andrew, jelas aja nggak ngarepin Seno!" serunya dengan bibir mencebik.

Bianca tersenyum bangga. "Iya dong, dia jauh seribu kali lebih tampan dari Seno!" ujarnya bangga.

"Oh, itu, Andrew. Aku pergi dulu, ya. Daa-." Bianca beranjak lalu berlari menghampiri Rasya yang berdiri di pintu kantin, merangkul Bianca dan berjalan bersama meninggalkan kantin.

Clarissa yang menyaksikan itu mengepalkan tangannya erat. Sorot matanya memancarkan kemarahan yang mati-matian ia sembunyikan.

"Sabar, ya," ujar Elva sembari mengelus kepalan tangan Clarissa dan menatap gadis itu prihatin. Fina juga melakukan hal yang sama, menatap Clarissa sendu.

***

Kabar pernikahan Alea dengan Seno yang seharusnya dilaksanakan secara privat, harus terima jika sekarang menjadi trending di kota mereka karena informasi yang bocor ke publik. Bahkan harus rela kabar itu sampai ke telinga Zea dan Kakek Ian.

Prang! Prang!

Sebuah suara kaca yang pecah dan benda-benda yang berjatuhan ke lantai membuat seorang wanita dewasa berlari menaiki tangga menuju tempat sumber suara.

Brak!

Ia membuka pintu dengan paksa dan tampaklah di sana, sebuah kamar bernuansa biru muda nampak sangat berantakan.

Kaca dan botol-botol serta wadah perawatan wajah tampak berceceran di lantai, sedikit saja kaki salah melangkah pecahan kaca tersebut pasti berhasil menggores kulit dan menimbulkan luka.

"Zea, apa yang kamu lakukan?" pekiknya pada Zea yang terlihat terengah-engah dengan wajah memerah.

"Aku tidak bisa biarkan ini, Ma. Aku tidak bisa!" pekiknya menggebu-gebu.

"Apa yang tidak bisa, Zea. Apa?" tanya wanita itu tak habis pikir.

Ia lalu berjalan hati-hati menuju Zea yang tengah berdiri dan penampilannya sangat kacau. Mendudukkan gadis itu perlahan ke atas ranjang lalu menghubungi pelayan untuk membersihkan dan membereskan kekacauan yang terjadi di kamar Zea.

"Aku mendapat kabar Seno akan menikah, Ma!" ucapnya.

"Kabar dari mana, kalau Seno akan menikah tidak mungkin Eyang tidak memberitahu keluarga kita!"

Zea meraih kasar ponsel miliknya yang tergeletak di atas bantal, menggulir layarnya dengan tidak sabar dan memperlihatkan sebuah postingan yang ia cari pada sang ibu.

Sebuah foto yang di ambil secara sembunyi-sembunyi terlihat di laman awal sebuah akun official lambe turah khusus untuk pengusaha.

Ibu Zea tetap tenang dan berujar. "Lalu kenapa kalau dia menikah, itu haknya sebagai pria dewasa. Kamu tidak seharusnya marah sampai seperti ini!"

Zea menatap wanita yang telah melahirkannya tak percaya. "Aku mencintainya, Ma. Hanya aku yang pantas menjadi istrinya!"

Selvia, ibu Zea menghela nafas berat menghadapi sikap putrinya yang lama-lama semakin tidak masuk akal. "Dia tidak mencintaimu, Zea. Kamu harus sadar diri dan jangan memaksakan kehendak, kamu tidak akan bahagia!"

Zea berdiri dengan kasar dan menatap sang ibu geram. "Tau apa Mama tentang bahagia, kebahagiaanku adalah Seno!"

Selvia memijit pelipisnya frustrasi, Zea terlalu bebal untuk diberi nasehat apalagi ia didukung Kakek Ian.

"Terserah kamu, terserah kamu mau melakukan apapun. Satu saja pesan mama jangan menyakiti dirimu sendiri." Selvia merengkuh Zea masuk dalam dekapannya, mengelus rambut putrinya lembut agar membuat Zea tenang.

"Jadi mama mendukungku?" Selvia mengangguk.

"Termasuk menggagalkan pernikahan Seno dengan gadis itu?"

1
Giandra
enaknya diapain ni art g jelas banget
Retno Harningsih
up
Giandra
jangan gegabah mengambil keputusan sendiri Alea bicarakan baik baik seolah olah bertanya ''mau dibawa kemana pernikahan ini" pada Seno
Adinda
semoga ibu kandungnya Alea masih hidup
Adinda
semoga ibu kandung alea masih hidup, kasihan alea thor.
Giandra
bagus
Giandra
tetap waspada Alea jangan sampai lengah orang orang disekitarmu
Anonymous
suka banget sama karakter alea, ga pernah ngeluarin air mata buat orang jahat & dia tetap tegar
Giandra
ada lagi yang cari penyakit
Retno Harningsih
up
Giandra
ayo Alea perjalanan hidupmu baru dimulai tunjukkan ketegasanmu jangan biarkan orang orang terutama para pelakor menindasmu
Giandra
zea dan Bianca mencari penyakitnya sendiri
Retno Harningsih
up
Giandra
momen canggung malah kepergok ada yang masuk pasti salah paham
Giandra
semoga lancar acaranya
Giandra
kau menggali kuburanmu sendiri ana siapapun itu kalau dia customer perlakukan dengan baik sesuai prosedur
Giandra
semoga aman sampai acara pernikahan terlaksana dan seterusnya
Giandra
semoga Alea kalau sudah menikah dengan Seno pribadinya berubah lebih tegas dan cerdik tidak mudah ditindas karena sudah mendapatkan pelajaran hidup yang keras
Hrawti
Luar biasa
Adyava
Novelnya bagus sih cuman kadang nama pemerannya berubah-ubah, tolong lebih teliti lagii yaa thor/Smirk/
Reaa: okee kak terimakasih sudah mengingatkann, selanjutnya aku bakal lebih telitii lagii/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!