Arvin Evano dia adalah seorang Dokter Psikiater bisa dikatakan Dokter Gangguan Mental/Jiwa dia sangat terkenal tidak pernah tertarik dengan siapapun.
Namun hal berbeda terjadi pada dirinya, saat diminta untuk menyembuhkan satu pasien Gadis yang sudah lama berada dirumah sakit jiwa tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tahap Pertama
Setelah Priscilla sudah melakukan sarapan, dimana Arvin da Dicky membawanya keruang khusus untuk penetralan darah.
Priscilla terlihat sangat takut sekali saat melihat semua alat disana, bermacam-macam alat yang ada disana.
Dimana Dicky membantu Arvin untuk mulai memasangkan infus kepada Priscilla setelah itu memasangkan satu selang untuk menetralkan darahnya tersebut.
" A-apa begitu sangat sakit?" tanya Priscilla dengan nada takutnya
Bukan Dicky namanya jika tidak jail.
" Hmm sangat sakit rasanya itu" jawab Dicky dengan seriusnya
Tak!
" Ah kebiasaan banget lo main sentil jidat orang terus" protes Dicky kepada Arvin
Arvin mendekat kearah Priscilla sambil memasang sarung tangan karet, dia benar-benar kesal dengan Dicky yang selalu menakuti pasien.
" Jangan dengarkan Dokter Dicky, dia hanya bercanda saja itu tidak sakit kok tapi butuh waktu 2 jam lebih untuk penetralannya, apa kamu siap?"
Priscilla menganggukkan kepalanya dengan sangat pelan sehingga membuat Arvin mengelus-elus rambutnya.
Dicky yang melihat benar-benar merasa heran dengan sikap temannya itu melihat dimana dia sangat berbeda sekali.
" Dicky mulailah"
" Baiklah"
Dimana mereka mulai untuk penetralan darah terlebih dahulu, ini adalah tahap pertama yang dilakukan Arvin sehingga obat-obatan yang terlarang termasuk ada yang tercampur nikotinnya bisa hilang yang mengalir didarahnya Priscilla.
Sehingga membuat Arvin akan memulai tahap berikutnya untuk pengobatannya.
Dari arah luar jendela ada seseorang memerhatikan cara pengobatan tahap pertama yang dilakukan Arvin yaitu Direktur Hendi.
Dia berharap dengan cara ini Arvin bisa menyembuhkan gadis itu, karena dia begitu sangat kasian juga selalu disiksa dan sudah terlalu lama dia dirumah sakit ini.
Serta satupun keluarganya tidak pernah menjenguk dirinya, itulah yang membuat Direktur Hendi merasakan sedih dengan kehidupannya Priscilla disaat dia sakit begini tidak ada yang mensupport dirinya untuk sembuh.
********
Setelah dua jam lebih akhirnya Arvin menyelesaikan penetralan itu, dimana Arvin perlahan-lahan membuka semua selang yang terdapat ditangannya Priscilla.
Lalu dia membantu Priscilla untuk bangun dari tempat tidurnya, dia merasakan sedikit pusing mungkin itu efek dari penetralan itu.
" Minum dulu" kata Arvin memberikan satu minuman botol kepada Priscilla
Priscilla pun mengambil dan mulai meminumnya, lalu Dicky mendekat lagi kepada Priscilla mengambil sampel darahnya untuk kembali dites ke laboratorium.
Priscilla tidak banyak berbicara atau melawan dia hanya tenang walaupun sebenarnya takut, itu membuat Arvin senang karena dia merasa berhasil membuat gadis itu tenang.
" Sudah Dokter Dicky?"
" Gue sudah mengambil sampel darahnya, gue akan membawanya ke laboratorium nanti kalau hasilnya sudah keluar gue kabarin"
" Baiklah, terima kasih atas kerja samanya"
" Ini tidak gratis Dokter Arvin"
" Gue tau, nanti gue transfer uang jajan lo"
Terukir senyum lebar diwajah Dicky saat Arvin mengatakan dia akan mentransferkan untuk jajan dirinya.
Kini Dicky keluar dengan daya yang begitu bahagia sekali sambil membawa sampel darah itu dimana Arvin hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah Dicky seperti bocah.
Lalu dia menatap kearah Priscilla dan memegangi tangannya.
" Mau ikut aku kekantin?" tanya Arvin membuat Priscilla bingung" Siapa tau ada yang ingin kamu beli atau makan hm?"
Priscilla menggelengkan kepalanya.
" A-aku tidak punya uang" jawab Priscilla
Arvin tersenyum karena dia merespon sangat baik sekali, akhirnya Arvin tau dia tidak sepenuhnya gila namun masih ada warasnya hanya saja karena obat itu yang membuat dirinya gila dan lepas kendali.
" Tenang, aku yang akan membelikannya untukmu"
Mata Priscilla terbelalak saat mendengar jawabannya Arvin.
" A-apakah itu boleh?" tanya Priscilla diangguki oleh Arvin" L-lalu bagaimana dengan orang-orang mereka nanti akan menyerangku dan menyiksaku lalu mengatakan aku orang gila"
Arvin terdiam saat mendengar ucapannya Priscilla, mungkin bukan hanya gangguan mental yang akut tetapi ada ketraumaan yang dirasakan oleh Priscilla.
Bisa dikatakan dia tidak siksa dirumah sakit ini saja melainkan sebelum dia masuk pasti mendapatkan penyiksaan terlebih dahulu.
Arvin memegangi kedua tangannya Priscilla dengan sangat mencoba untuk menenangkan dirinya agar bisa melawan rasa takut dan traumanya itu.
" Dengarkan aku, selama kamu bersamaku tidak ada satupun orang yang berani menyentuhmu paham? Aku akan tidak akan diam jika mereka bertindak jadi jangan takut ada aku disini"
Priscilla menganggukkan kepalanya dan mencoba percaya kepada Arvin. Tetapi sebenarnya itu adalah cara pengobatan atau terapi yang dilakukan Arvin untuk melawan rasa takut dan trauma Priscilla terhadap orang-orang.
Setelah ini dia akan mencoba cari tau tentang Priscilla sebelum masuk kerumah sakit, agar dengan mudah dia bisa disembuhkan.
********
Selama perjalanan menuju kantin, Priscilla selalu menggandeng tangannya Arvin dia begitu takut melihat orang-orang serta Dokter lainnya.
Tetapi dengan berusahanya dia menahan agar ketakutan itu tidak menghantui dirinya, Arvin juga bisa merasakan getaran dari tangannya tapi dia mengakui bahwa Priscilla hebat bisa melawannya.
" Duduklah" kata Arvin saat tiba
Priscilla dengan perlahan-lahan melepaskan gandengannya dari Arvin lalu dia melihat kearah sekelilingnya.
" Tidak apa-apa, mereka tidak akan menyerang dirimu percayalah kepadaku"
Priscilla menganggukkan kepalanya lalu dia duduk, dimana matanya selalu melihat sekelilingnya betapa banyaknya orang dan para Dokter lainnya berjalan sekelilingnya itu.
Lalu Arvin memanggil salah satu karyawan dikantin itu untuk membawakan daftar menu makanan serta minumannya agar Priscilla memilihnya sendiri.
Saat tiba dengan cepat karyawan itu memberikannya dan menunggu mereka sedang memilih.
" Pilihlah yang mana kamu sukai" kata Arvin dengan lembutnya
Pricilla menganggukkan kepalanya lalu melihat semua daftar menu yang ada disana.
Setelah beberapa menit akhirnya Priscilla telah selesai memilih menu tersebut dengan cepat Arvin memberikannya kepada Karyawan itu tersebut.
Karyawan itu pun pergi meninggalkan mereka berdua, namun tiba-tiba satu orang datang yang membuat Priscilla panik dan ketakutan.
" Arvin, apa lo gila membawanya keluar dari ruangannya?" kata Valencia dengan nada yang begitu ketus
Priscilla saat melihat Valencia betapa paniknya dia dan sangat ketakutan sekali sehingga membuat Arvin sangat susah menenangkan dirinya.
" Hey tenanglah, dia tidak akan berani"
Valencia masih menatap kearah Priscilla, dimana air matanya begitu saja mengalir hal itu membuat Arvin merasa kesal sekali.
" Mending lo pergi deh, dia benar-benar takut saat lo tiba disini" bentak Arvin
" Seharusnya lo punya pikiran lebih cerdas Arvin, dia pasien yang gila dia pasti akan takut melihat orang-orang disini"
" Setiba disini dia tidak ada merasakan takut apapun seperti ini, saat lo tiba dia berubah menjadi panik dan ketakutan"
Valencia merasa sedikit kesal dengan tingkahnya Arvin, kini dia mencoba untuk menarik Priscilla dan membawanya pergi.
" Sini biar gue yang bawa dia kembali keruangannya, lo jadi Dokter benar-benar tidak punya pikiran cerdas bisa-bisanya membawa dia keluar dari ruangannya"
Plak!
Arvin menepis tangannya Valencia dengan sangat kuat dia sudah sangat tidak tahan lagi dengan tingkahnya Valencia.
" Itu adalah cara pengobatan dan terapi gue terhadap pasien, dan satu hal lagi jangan pernah lo ingin ikut campur tangan lagi apa lo lupa bahwa dia adalah pasien gue sepenuhnya?"
Semua orang serta Dokter lainnya berhenti melangkahkan kakinya saat mendengar Arvin dan Valencia sedang berdebat.
" Jika Direktur Hendi tau maka lo akan habis"
" Gue udah izin dengan Direktur Hendi, dia memberikan gue izin itu sebabnya gue berani mengajaknya keluar ruangan otak gue lebih cerdas dibanding lo, gue tau aturan dirumah sakit tidak akan sembarangan membawa pasien keluar sebelum meminta izin kepada Direktur Hendi"
Valencia benar-benar semakin greget sekali, rasa hatinya begitu gatal melihat Priscilla keluar dari ruangannya padahal itu bukan tugasnya lagi bukan?
Priscilla yang masih digenggamnya Arvin dia hanya bisa menangis saja, bahkan dia tidak menatap wajahnya Valencia sama sekali.
Hal itu pemicu ketakutan dan ketraumaannya ada pada Valencia.
" Dan sekarang lo pergi dari sini sebelum gue melaporkan kepada Direktur Hendi, karena ini adalah cara pengobatan dan terapi gue, pengobatan gue tidak memakai obat-obatan seperti lo itu sebabnya mengapa Direktur Hendi memberikan gue izin atas apa yang sekarang gue lakukan" teriak Arvin
Valencia merasa terkejut saat mendengar teriakkannya Arvin, begitu juga dengan orang sekitarnya mereka merasa situasinya sangat menegangkan.
Dimana Valencia melihat kearah sekelilingnya ternyata orang-orang serta Dokter lainnya masih menonton mereka.
Tanpa sekata apapun lagi Valencia pergi begitu saja, dia tidak bisa membalasnya sekarang namun nanti saat waktunya tiba dia akan membalas semua kesombongan Arvin.
Saat Priscilla sakit dia membayar dokter Valencia agar sakit Priscilla tambah parah dan segera lenyap dari muka bumi.
.
Apa yang kau tanam akan kau tuai seperti yang kau tanam....😟😟