Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di rumah dengan pikiran masing-masing
Kael memarkirkan motornya dengan hati-hati di sudut halaman. Ia melepas helmnya dan menggantungnya di setang motor. Wajahnya terlihat lelah setelah sekolah seharian, tetapi ada kelembutan saat ia menatap rumahnya.
Kael masuk ke dalam rumah. Langkah kakinya perlahan, ia melihat ke ruang tengah. Dari jauh, ia melihat mamanya duduk di kursi roda, sementara omanya dengan sabar menyuapinya.
Pria itu tersenyum. "Mama...," panggilnya agak berbisik.
Kael berjalan mendekat. Ia berjongkok di samping mamanya, mengambil tangan mamanya yang lemah dan mengecup keningnya dengan penuh kasih.
"Gimana hari ini, Ma?" tanyanya, kemudian beralih menoleh ke Omanya. "Oma, Mama makan banyak tadi?"
Oma mengangguk kecil, tersenyum lembut.
"Tadi makan cukup banyak kok. Tapi masih sering batuk kecil."
Kael mengangguk pelan, lalu mengambil mangkuk bubur dari tangan omanya.
"Biar kael yang lanjutin."
Oma menyerahkan sendok ke Kael, lalu duduk di kursi di dekat mereka, mengusap-usap punggungnya.
"Ayo, Ma, buka mulutnya pelan-pelan. Sekarang giliran Kael yang suapin."
Mamanya membuka mulut dengan susah payah, sementara Kael dengan sabar menyuapinya. Wajahnya terlihat tenang, tapi matanya menyiratkan kesedihan.
Setelah beberapa saat, Kael melirik ke arah omanya. "Papa di mana, Oma? Belum pulang?"
Oma menghela napas, lalu menggeleng.
"Oma juga nggak tau. Biasanya pulang malam, kalau nggak ya... entah ke mana lagi."
Kael terdiam. Rahangnya sedikit mengeras, tapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan kekesalannya. Ia kembali fokus pada mamanya.
"Udah nggak usah dipikirin, Ma. Ada Kael sama Oma di sini. Kita yang bakal jagain Mama."
Mamanya hanya menatap Kael dengan mata berkaca-kaca. Kael tersenyum kecil, menenangkan.
Beberapa menit kemudian, bubur itu habis.
Oma bangkit dan membawa mangkuk kosong ke dapur, sementara Kael tetap di samping mamanya. Ia menggenggam tangan mamanya yang kurus, memandangnya dengan penuh haru.
Kael berbisik ke Mamanya. "Ma, Kael janji... Kael bakal terus jagain Mama. Apa pun yang terjadi."
Mata mamanya berkedip perlahan, seolah berusaha merespons. Kael tersenyum kecil, meski hatinya terasa berat. Suara detak jam di ruang tamu terdengar samar, mengiringi keheningan penuh rasa.
Kael yang masih menggenggam tangan mamanya, sementara sore mulai berganti malam.
...----------------...
Suara kunci berderit terdengar saat pintu rumah terbuka. Papa Kael masuk dengan seragam kerjanya yang sudah kusut. Raut wajahnya lelah, tapi ia tetap berusaha terlihat tenang. Kael, yang sedang duduk di sofa, langsung bangkit mendekatinya.
"Lembur lagi, pa?"
Papa Kael meletakkan tas kerjanya di meja kecil, menghela napas sebentar sebelum menjawab.
"Iya, Nak. Banyak kerjaan. Kamu istirahat aja, udah malam."
Kael menatap papanya, mencoba mencari sesuatu di balik ekspresi lelah itu. "Papa baik-baik aja, kan?"
"Ada sedikit masalah di kantor, tapi papa baik-baik aja. Tidur sana, besok masih sekolah."
Kael masuk ke kamarnya, tapi rasa gelisah masih menghantuinya. Ia mengambil gitarnya yang tergantung di dinding dan mulai memetik senarnya perlahan, mencoba menenangkan pikiran.
Kael berhenti bermain gitar, menaruhnya kembali, lalu meraih ponsel di meja kecil. Layarnya penuh dengan notifikasi dari grup Ghost Riders dan beberapa pesan dari orang asing.
Kael membaca chat dari teman-temannya, merasa tidak ada yang penting. Ia menutup chat dan membuka Instagram. Saat menggulir beranda, matanya langsung menangkap sesuatu di kolom saran pertemanan. Nama itu membuatnya terdiam sejenak.
"Alena..,"
Ia mengetuk profil Alena. Foto-foto yang muncul membuatnya tersenyum kecil. Ternyata gadis itu tidak sedingin yang terlihat di sekolah. Ada sisi lain yang lebih ringan dan... menarik dari diri Alena.
Kael terus melihat foto-foto Alena. Salah satu sorotan di profilnya menunjukkan cerita tentang mie ayam favorit. Foto-foto Shinchan juga terlihat disitu. Yang lain tentang kutipan cinta yang sepertinya sering ia unggah.
Kael tersenyum kecil. "Dia terlalu obsesi soal cinta, yang kenyataannya dia selalu salah milih cinta itu."
Kael terus menggulir, membaca kutipan-kutipan yang Alena unggah. Senyumnya tidak kunjung hilang, sampai akhirnya ia tersadar dan meletakkan ponselnya di meja.
"Ngapain gue jadi nge-stalking dia."
Ia menghela napas panjang, merebahkan tubuhnya di kasur. Tapi senyum kecil itu masih tersisa di wajahnya, bahkan ketika ia memejamkan mata.
...----------------...
Alena duduk di meja belajarnya yang penuh dengan buku catatan, beberapa kertas berserakan di sekitarnya. Di tangannya ada pulpen, dan ia sedang menulis sesuatu di sebuah jurnal kecil. Wajahnya serius, namun ada jejak kesedihan di matanya.
"Harusnya cinta itu sederhana, tapi kenapa orang-orang nggak ngerti."
Berhenti menulis sejenak, menatap kata-kata yang baru saja ia tulis: "Cinta adalah sesuatu hal yang harus dimengerti, bukan hanya dirasakan." Alena tersenyum miris, lalu kembali menulis.
"Tapi gue yakin, masih ada cowok di dunia ini yang ngerti arti cinta. Yang nggak kayak papa... Yang nggak suka selingkuh."
Tatapannya mendadak suram saat ia memikirkan kenangan lama. Ia menghela napas panjang, mencoba mengabaikan bayangan tentang papanya yang sering pulang larut dengan alasan kerja, hanya untuk diketahui diam-diam bahwa itu semua kebohongan.
"Gue pasti bakal ketemu sama cowok yang gue mau, yang baik, yang nggak tukang selingkuh, yang bakal sayang sama gue."
Mungkin Alena terlalu berharap, padahal kenyataannya situasi terbalik itu yang terus terjadi di hidupnya.
Ia menggigit ujung pulpennya, tenggelam dalam pikirannya sendiri, sampai suara notifikasi dari ponselnya memecah kesunyian. Alena menoleh, mengambil ponsel di sebelahnya. Di layar, ada notifikasi yang membuat alisnya terangkat sedikit.
Kaelryd Baru Saja Mengikuti Anda di Instagram.
"Kael? ngapain dia ngikutin instagram gue?"
Ia membuka Instagram dan memeriksa profil Kael. Hanya ada foto lama ibunya dan Kael masih kecil. Alena menatap layar cukup lama, mencoba membaca karakter Kael dari postingannya.
"Dia pasti anak kesayangan nyokap nya."
Tanpa Alena sadar, ada sedikit senyum di sudut bibirnya. Ia kembali menaruh ponselnya, tapi pandangannya masih terpaku pada layar sesaat sebelum akhirnya menghela napas kasar.
"Ngapain sih gue!"
Alena mencoba kembali fokus pada jurnalnya, tapi pikirannya sudah sedikit terganggu. Malam itu, entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang mungkin ia abaikan terlalu cepat.
...----------------...
...Jatuh cinta terlalu sederhana,...
...jika kau juga mendapatkan cinta dari orang itu....
...----------------...