Catharine Briana Wilson dan Cathalina Andromeda Wilson adalah saudara kembar identik yang sengaja dipisahkan sejak bayi oleh sang ibu
Catharina yang tinggal bersama orang tuanya harus menghadapi kepahitan hidup setelah sang ibu meninggal dunia dan ayahnya menghadirkan ibu tiri untuknya
Memiliki ibu tiri yang jahat, adik tiri teratai putih dan ayah jenderal bajingan, Cathalina yang mengantikan posisi sang kakak yang dibunuh pada saat pernikahannya berniat membalas dendam
Menginjak-injak mereka dan menjadikan mainan! Mata dibalas dengan mata !
Memiliki suami yang lumpuh dan kejam,Cathalina akan membuatnya bertekuk lutut dan membayar semua penghinaan yang diberikan lelaki tersebut kepada sang kakak.
Putri yang luar biasa dengan berbagai macam keahlian yang akan menggemparkan kekaisaran Lunox.
Bahkan kaisar membutuhkannya untuk bertahan hidup dan mengamankan singhasananya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGOBATI
Dipavilun utama, seorang wanita muda tampak melamun sambil menatap hujan yang tak kunjung reda dengan berbagai macam pemikiran.
“Siapa sebenarnya sosok berpakaian merah yang membantu mereka?Tidak mungkin wanita idiot itu kan!”, batinnya penasaran.
Jika saja dia tak hampir ketahuan, mungkin saat ini dia bisa mendapatkan informasi mengenai sosok asing yang membuat aksinya gagal kembali pagi ini.
Akibat hujan yang cukup deras, dari atas pohon pandangannya kabur dan hanya bayangan berpakaian merah yang terlihat melesat kesana kemari membantai prajurit kematian yang dibantunya masuk untuk membunuh Raja Dexter gagal melaksanakan tugasnya.
Mencoba mencari tahu sekarang justru akan menimbulkan kecurigaan sehingga diapun hanya bisa menelan rasa penasaran yang ada dalam hati dan hanya bisa menunggu hukuman yang akan diterimanya karena misi yang dia emban kembali mengalami kegagalan.
Sementara itu didalam ruang rahasia Raja Dexter, Catharine tampak mengobati penguasa istana Benedict dengan sedikit kasar.
Meski tak sepenuhnya bersalah, namun lelaki tersebut juga telah menorehkan luka dihati sang kakak.
Maka dari itu Catharine pun berniat untuk melampiaskan rasa marah dan kecewa kakak kembarnya dengan menyiksa Raja Dexter seperti saat ini.
Meski Raja Dexter melakukan semua hal buruk tersebut karena tak puas dengan keputusan Kaisar, tapi bagi Catharine, lelaki yang mempermalukan dan menyiksa wanita lemah untuk melampiaskan amarahnya adalah tipikal lelaki yang tak bermoral.
Dalam kesempatan kali ini, Catharine pun berusaha untuk melampiaskan amarahnya, luka sayatan yang cukup dalam dia jahit tanpa memberikan obat bius agar lelaki itu bisa merasakan sakitnya ditusuk jarum dan dijahit.
Jika bukan sekarang, Catharine tak yakin dia bisa menyiksa pria bengis ini dimasa depan jadi kesempatan yang ada pun dia pergunakan dengan sebaik-baiknya.
Derreck yang melihat bagaimana kejamnya Catharine dalam menjahit bahu Raja Dexter yang sobek hanya bisa bergidik ngilu.
Ingin sekali dia memarahi Catharine, namun mengingat bagaimana kekejaman wanita tersebut Derreck pun mengurungkan niatnya.
Entah apa lagi yang tersembunyi dilengan baju wanita tersebut dan Derreck sebagai orang yang masih sayang nyawa tak ingin memprovokasi Catharine yang masih belum dia tahu kepribadiannya seperti apa.
Oleh karena itu, Derreck hanya bisa diam dan patuh, tidak berani mengucapkan sepatah katapun hingga Raja Dexter selesai diobati.
Raja Dexter menatap Catharine yang hampir selesai menjahit bahunya dengan bibir bergetar ketika dia merasakan tubuh bagian bawahnya kembali sakit.
Catharine yang menyadari hal tersebut segera menyelesaikan tugasnya dan segera memberikan pil berwarna hitam legam yang diambilnya dari kotak obat.
“Makanlah, ini akan sedikit mengurangi rasa sakit di tubuh bagian bawah anda”ucapnya sambil menyuapkan pil didepan mulut Raja Dexter yang mau tak mau terpaksa membuka mulutnya.
Begitu pil berwarna hitam dan berbau menyengat masuk kedalam mulut, rasa pahit mulai menyebar diseluruh mulutnya membuat perutnya terasa mual.
Catharine yang mengetahui jika Raja Dexter ingin memuntahkan pil berharganya segera menjepit bibir suaminya tersebut dengan satu tangan.
“Aku akan mematahkan kepala anda jika sampai pil itu Yang Mulia muntahkan! Telan! Jangan cengeng!”, teriak Catharine galak.
Mendapat ancaman dan tatapan tajam, dengan sekuat tenaga Raja Dexter menelan pil kedalam tenggorokannya dengan susah payah.
Ini adalah pil paling pahit yang pernah dia minum. Bahkan setelah pil tersebut menghilang, jejak yang ditinggalkannya masih belum hilang membuat kedua matanya memerah dan berkaca-kaca.
“Pil apa itu? rasanya sungguh pahit”, ujarnya penuh keluhan.
“Jangan cengeng dan patuhlah jika ingin kakimu sembuh!”, ucapnya tajam.
Wajah Raja Dexter menjadi gelap dimarahi seperti itu oleh wanita yang dianggap sampah bagi orang lain.
Harga dirinya sebagai raja perang seolah tak berarti apa-apa saat ini dihadapan Catharine yang kegalakannya melampaui ibu tiri.
“Apakah dia tidak tahu jika itu sangat pahit? Dia benar- benar seperti penyihir wanita dalam cerita” , Raja Dexter hanya bisa mengeluh dalam hati tanpa mengungkapkannya ke permukaan karena tak ingin kembali dimarahi oleh Catharine.
Sebagai Raja Perang berwajah dingin, baru kali ini dia dimaki-maki dan dimarahi tepat didepan matanya oleh seorang wanita.
Bahkan ibu yang melahirkannya saja tak berani memarahinya seperti apa yang Catharine lakukan saat ini.
Jika bisa bangkit, mungkin dia akan menggali lubang yang dalam dan mengubur wanita penyihir itu hidup-hidup didalam tanah.
Catharine yang merasa dimaki oleh Raja Dexter dalam hati pun menatap tajam lelaki tersebut yang segera memalingkan wajahnya begitu kedua mata mereka saling bertemu.
Dengan lincah, Catharine memijit sambil menekan beberapa titik dikaki Raja Dexter untuk mencari penyebab kelumpuhannya selain merupakan efek dari racun.
“Otot kaki Yang Mulia masih bagus, hanya bagian kiri tendon betis sedikit robek namun masih bisa aku obati. Sementara kaki yang satunya tak ada masalah serius, hanya perlu dirangsang agar bisa kembali berfungsi seperti semula. Hal ini merupakan berita bagus karena aku hanya perlu mengeluarkan racun yang ada dalam tubuh agar Yang Mulia bisa kembali berjalan”, ucapnya sambil terus meraba kedua kaki Raja Dexter dengan cermat.
Raja Dexter dan Derreck tentu saja sangat terkejut akan analisa yang diberikan oleh Catharine dan setengah tak percaya karena banyak dokter yang mencoba mengobati mengatakan jika peluang Raja Dexter untuk sembuh dan bisa berjalan sangatlah kecil.
Melihat tatapan ketidak percayaan diwajah keduanya, Catharine yang tak ambil pusing akan hal tersebut segera menyuruh Derreck untuk menyiapkan dua baskom dimana satu baskom berisi air hangat dan sebuah handuk bersih.
Sambil menungu peralatan yang dimintanya tersedia, Catharine mengeluarkan jarum dan memulai akupuntur dikaki Raja Dexter.
“Rebus tanaman obat ini dengan perbandingan dua banding satu”, perintahnya tanpa mengalihkan pandangan dari jarum yang ada ditangannya.
Derreck yang sudah biasa membantu menyiapkan minuman obat cukup paham akan instruksi yang Catharine berikan kepadanya.
Selama melakukan akupuntur, Raja Dexter terkesima dengan wajah cantik Catharine, meski memakai cadar namun hal itu tak membuat kecantikan istrinya tersebut tertutup.
“Cantik”, gumannya dalam hati.
Raja Dexter yang sempat terpesona segera memalingkan wajahnya yang merona akibat pemikirannya tersebut.
“Sial!”, umpatnya sangat pelan, meruntuki bayangan mesum yang sempat singgah dikepalanya.
Catharine yang memiliki indera pendengaran yang relative tajam menaikkan satu alisnya sambil menatap kearah Rajah Dexter begitu satu umpatan keluar dari mulutnya, “Kenapa? Apa tusukan jarum ini juga sangat sakit?”,
Kata bernada ejekan yang tersirat dalam ucapan Catharine, membuat hati Raja Dexter menjadi kesal dan diapun segera menjawab singkat “Tidak apa, lanjutkan”, ucapnya datar, berusaha menutupi kegugupan yang sempat melanda hatinya.
Kehadiran Derreck yang datang sambil membawa peralatan yang Catharine minta serta segelas ramuan obat membuat hati Raja Dexter menjadi lega, setidaknya kecanggungan yang sempat tercipta tak lagi terjadi.
“Cepat minum dan jangan banyak mengeluh”, ucap Catharine sambil memberikan gelas berisi ramuan obat dengan penuh ancaman.
Rasa pahit akibat pil yang tadi ditelannya belum sepenuhnya hilang kini dia harus meminum ramuan obat yang tak kalah pahitnya dengan yang tadi membuat wajah Raja Dexter semakin bertambah jelek.
Meski mual, namun demi kesembuhannya ramuan obat tersebut berusaha untuk Raja Dexter telan.
Derreck yang melihat bagaimana tersiksanya Raja Dexter meminum ramuan obat tersebut hanya bisa berdoa semoga junjungannya itu kuat menjalani pengobatan ini.
Semua penderitaan yang Raja Dexter alami saat ini terbayar kontan begitu dia merasa kedua kakinya yang selama ini mati rasa mulai terasa kesemutan.
Catharine yang melihat perubahan ekpresi Raja Dexter pun segera bertanya dengan gembira, “Bagaimana, apa Yang Mulia merasakan sesuatu?”, tanyanya penasaran.
“Kakiku terasa kebas, seperti kesemutan dan ini baru pertama kali kurasakan sejak aku menderita kelumpuhan”, ujarnya senang.
“Baguslah. Itu tandanya ramuan obat yang aku berikan bereaksi. Besok kita akan melanjutkan kembali sesi pengobatan yang akan dilakukan setiap hari tanpa terputus selama tiga bulan”, ujar Catharine menjelaskan.
Begitu rasa kebas dikedua kaki Raja Dexter mulai menghilang, keringat dingin pun mengucur deras ditubuhnya dan sangat berbau.
“Bantu Yang Mulia membersihkan diri dengan air hangat yang sudah aku bagi kedalam dua baskom ini yang masing-masing telah aku beri obat sesuai urutannya agar tubuh Yang Mulia kembali fit setelah sebagian racun berhasil dikeluarkan. Aku akan kedepan untuk melihat kondisi para pengawal dan prajurit yang terluka”, ujarnya sebelum berlalu.
Begitu Catharine pergi, Derreck segera membersihkan tubuh Raja Dexter yang sangat bau akibat keluarnya racun dari dalam tubuh dengan air yang terbagi kedalam dua baskom sesuai urutan yang Catharine informasikan tadi.
Begitu tubuhnya telah bersih, Raja Dexter merasa jika stamina tubuhnya sedikit menguat dibandingkan sebelumnya dan kedua kakinya mulai bisa merasakan ketika dipegang.
Meski tak terlalu signifikan namun perkembangan baik ini membuatnya optimis untuk bisa kembali berjalan seperti sedia kala.