Sebastian Clemornat menyamar menjadi Bastian di desa Texas yang jauh dari New York, asalnya. Dia kabur karena tidak ingin dijodohkan oleh wanita pilihan orang tuanya hanya untuk bisnis. Lagipula dia bukan pewaris utama karena memiliki kakak laki laki dan perempuan. Dia anak bungsu yang tidak bisa dikekang. Umur 24 ketika menyelesaikan pendidikan sebagai dokter, ia pun pergi tanpa membawa fasilitas mewah dari keluarga Clemornat. Ketika sudah 2 tahun hidup tenang di desa sebagai dokter keliling dan tukang bengkel, kehidupan Bastian berubah karena pada suatu malam, tiba tiba ada wanita yang melahirkan di bengkelnya dan dia membantu persalinan itu. Sejak saat itu Bastian merasakan hatinya yang sedingin es dengan wanita kini mencair. Penasaran siapa wanita itu? Author juga penasaran nih 😄 Jadi baca novel ini sampai selesai dan semoga suka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DEAL! AYOK MENIKAH!
Kakek Kale yang tadi sedang bertani di kebun belakang rumah tidak mendengarkan keributan di klinik secara langsung. Tapi ada salah satu warga yang memberitaunya.
Ia pun bersama Nenek Kale langsung menuju rumah Bastian.
"Apakah kamu tidak apa apa Bas?" tanya Kakek Kale.
"Tidak apa apa, Kek. Hanya pukulan ringan" jawab Bastian dengan senyuman tipis.
Mereka saat ini diruang tengah rumah Bastian.
Lili sedang membuat minuman untuk kakek dan nenek kale sedangkan Vio dan Ella kembali ke klinik untuk membantu mengecek kondisi pasien sebelum Bastian kembali praktek.
"Diminum dulu kakek nenek Kale" ucap Lili setelah meletakkan 2 gelas minuman hangat di meja.
"Terima kasih, Lili" ucap Nenek dan Kakek Kale bergantian.
"Pria asing itu sepertinya akan pergi ke Oklahoma melewati desa kita. Tapi ditengah perjalanan, istrinya akan melahirkan. Ia menemukan klinik kita dan saat aku memeriksa istrinya, posisi bayi melintang, sulit jika harus dilahirkan normal dengan fasilitas yang minim seperti ini" jelas Bastian memberikan informasi kepada Kakek Kale.
"Pria itu keterlaluan. Meskipun panik namun tidak berhak menyalahkan orang lain untuk kondisi istrinya" timpal nenek Kale.
Lili yang duduk satu sofa dengan Bastian tetap menjaga jarak dan curi curi pandang ke bagian memar dokter tampan itu. Hal ini tertangkap oleh pandangan nenek dan kakek Kale.
"Ya sudah jika tidak ada korban lagi, kami akan melanjutkan bertani. Lain kali pukul aja pria pemarah seperti itu, Bastian. Aku akan membelamu" ucap kakek Kale.
"Selama aku memakai jas dokter sepertinya aku tidak akan bisa menjadi seperti itu Kakek. Aku harus memegang sumpah dokterku" sahut Bastian.
"Tapi, kalau aku sudah melepas jas putih ini, aku pastikan saran dari kakek akan aku lakukan" lanjutnya.
"Itu baru cucuku! Kamu memang terbaik Bastian. Kami sangat bahagia karena kedatanganmu" ujar kakek Kale bangga.
"Cucu?" batin Lili.
Nenek Kale dapat melihat wajah kebingungan Lili.
"Bastian sudah kami anggap seperti cucu kami sendiri, Lili. Jadi Bastian ya cucu kami" celetuk Nenek Kale membuat Lili merasa pikirannya sudah dibaca.
"Itu lukanya udah diobati?" tanya Nenek Kale sambil menujuk ke wajah Bastian.
"Sudah, tadi aku kompres air es sebentar" jawab Bastian.
"Hmm itu bukan diobati namanya Bastian. Diobati itu dikasih obat atau salep gitu. Lili sepertinya bisa membantumu" sahut Nenek Kale.
"Iya nek, rencananya tadi aku akan mengoleskan salep kepada Bastian, tapi dia menolak katanya tidak perlu" ucap Lili mengompori.
"Emang Bastian itu kaku banget jadi pria. Kalau jadi dokter luwes banget nangani pasiennya" ujar Nenek Kale.
Lalu Ella datang dan memanggil Bastian untuk segera menangani pasien yg sudah semakin banyak di siang hari.
Bastian pun pamit dari ruang tengah rumahnya menuju klinik.
Sekarang hanya ada Lili dan dua sesepuh di Desa TexasMania.
"Aku tadi mendengar dari warga jika Bastian menyebutmu istrinya didepan banyak orang, apakah betul wanita cantik?" tanya Kakek Kale ramah.
Lili terlihat sangat malu untuk menjawabnya.
"Ih sayang, jangan tanya privasi gitu dong sama Lili bikin dia gak betah tinggal di desa kita" protes Nenek Kale.
"Aku betah kok disini, Nek. Desa ini adalah desa ternyaman yang pernah aku datangi" buru buru Lili menyahutinya karena merasa tidak enak jika terlihat tidak nyaman di desa TexasMania padahal sangat nyaman.
"Syukurlah kalau betah. Jadilah warga sini aja kalau begitu. Lagipula jika memang benar kamu adalah istri Bastian, maka kamu akan menjadi pasangan yang cocok untuknya" sahut Nenek Kale membuat Lili tersenyum tipis namun berubah jadi sendu.
"Kenapa wajahmu begitu? Apakah Bastian mengancammu sesuatu untuk kamu tetap tinggal disini?" tebak Kakek Kale.
"Bukan seperti itu. Aku merasa aku tidak cocok dengan Bastian karena dia adalah seorang dokter, tampan, berkharisma, disegani didesa sedangkan aku hanya wanita asing yang datang untuk melahirkan di bengkel miliknya" sahut Lili.
Kakek dan Nenek Kale saling pandang dengan tersenyum lalu menatap Lili bersamaan.
"Putrimu sangat cantik dan kuat, seperti ibunya yang seperti itu. Bastian memiliki penilaiannya sendiri. Percayalah, dia pria baik. Dia akan menjagamu dan putrimu" ujar Nenek Kale.
Lili akhirnya tersenyum kembali. Namun tak lama, tangis Cana terdengar.
"Sepertinya bayimu perlu diberi makan. Pergilah sayang, tenangkan Cana" ucap Nenek Kale.
"Maaf ya Nenek Kakek Kale aku harus ke kamar dulu. Minumlah teh ini, kata Ella, teh dari kebun anda" pamit Lili.
"Haha iyaa. Dari aromanya kami sudah tau. Ya sudah ke kamarlah, kami akan meminum ini" ujar Nenek Kale.
Lili pun memberikan tanda hormat sambil menudukkan kepala sesaat lalu berjalan menuju kamar.
"Sepertinya dia bukan wanita biasa, sayang. Dari sikap dan bahasa yang digunakan, aku rasa dia berasal dari keluarga yang memiliki status sosial baik" lirih Nenek Kale.
"Aku juga melihatnya seperti itu. Tapi biarkanlah jika memang dia ingin menyembunyikan identitasnya seperti Bastian. Selama pendatang kita orang baik, maka siapapun mereka. Kita akan terima" sahut Kakek Kale sambil menikmati tehnya yang sangat pas komposisi gula dan tehnya.
"Benar. Aku setuju denganmu sayang. Aku jadi merindukan anak menantu dan cucu kita saat ini yang berada di Australia" ujar nenek Kale.
"Natal ini, mereka akan datang. Jadi jangan terlalu merindu karena rindu itu berat sayang" goda kakek Kale.
Nenek Kale pun tersenyum.
Mereka berdua menghabiskan teh yang disajikan lalu pulang kerumah.
.
Malam hari telah tiba, Bastian seperti biasa bekerja jadi montir saat karyawan bengkelnya sudah pulang.
Lili yang sengaja memasak makan malam pun akhirnya memanggil Bastian untuk makan bersama.
"Dok, apakah kamu mau makan malam denganku? Aku telah membuat makan malam" tanya Lili saat Bastian berada dibawah kendaraan.
"Jangan panggil aku dokter. Aku bukan doktermu lagi" jawab Bastian tentang hal lain tidak menjawab pertanyaan Lili.
Lili menghela nafas panjang. Ia harus bersabar menaklukan kutub es ini.
"Baiklah. Apakah kamu mau makan malam bersamaku, Bastian? Aku sudah memasak makan malam" tanya Lili kembali.
Bastian menarik tubuhnya keluar dari bawah kendaraan. Lalu berdiri.
"Apa yang membuatmu menjadi baik seperti ini? Aku tidak menyuruhmu untuk memasak makan malam" jawab Bastian dingin.
"Kan aku akan menjadi istrimu jadi kamu harus terbiasa makan masakanku. Bisa dibandingkan dengan masakanmu, bisa kamu incipi dulu apakah sesuai seleramu atau tidak" sahut Lili dengan lembut membuat Bastian merasa aneh dengan dirinya yang tiba tiba malu mendengar kata istri.
"Eeekhm,.. baiklah. Aku akan membersihkan diriku dulu" ucap Bastian menutupi rasa gugupnya.
Lili yang bisa melihat Bastian malu dengan ucapannya hanya tersenyum tipis.
Menunggu sekitar 15 menit, akhirnya Bastian keluar dari kamar mandi bengkel dengan pakaian bersihnya.
Lalu ia masuk kerumah dan melihat Lili sudah menunggu di meja makan.
"Kemarilah, semoga makanannya tidak terlalu dingin" panggil Lili lembut.
Bastian pun duduk didepannya.
Lalu mereka mulai makan.
"Lumayan juga masakan wanita ini" batin Bastian saat baru saja menyuapkan suapan pertamanya.
Melihat ekspresi Bastian yang diam saja dan sepertui menahan senyumnya, Lili terlihat puas.
Mereka berdua makan tanpa ada suara selain gesekan alat makan hingga selesai.
Barulah Lili memulai percakapan.
"Apakah kamu serius ingin menikahiku sebagai bentuk balas budi dan hutangku kepadamu?" tanya Lili.
"Ya" jawab singkat Bastian.
"Tapi apakah aku boleh bertanya kenapa kamu ingin aku menikahimu? Katakan 1 alasan saja agar aku bisa mengerti" minta Lili.
Bastian menatap tajam kearah Lili maupun sebaliknya Lili pun menatap dengan pandangan yang sama.
"Kamu ingin jawaban panjang atau pendek?" tanya balik Bastian.
"Terserah padamu" jawab Lili.
"Aku ingin menikahimu karena aku sudah 2 tahun ini tidak melakukan hubungan di atas ranjang dengan wanita" sahut Bastian santai dengan senyuman smirknya.
Jawaban dari Bastian membuat Lili sadar jika memang pria ini sangat sarkasme dalam menguji orang. Ia pun akan menguji pria dihadapannya ini dengan keberanian.
"Ah, kamu ingin melakukan itu? Seharusnya tidak perlu menikahiku jika hanya sekedar ingin s*x. Aku bisa memberikannya kepadamu sebagai bentuk pembayaran hutang" ujar Lili tak kalah sarkasme.
"Wanita ini" batin Bastian yg mulai tersulut emosi namun ia kendalikan.
"Ternyata kamu sudah menjadi wanita yang lebih kuat dari pada pertama kali kamu datang kesini. Apakah 2 hari ini kamu sudah kembali menjadi wanita tangguh?" pancing Bastian lagi.
"Oh ya, apakah kamu benar benar seorang pengacara?" lanjutnya.
"Ya. Aku memang seorang pengacara sebelum dijebak oleh pria bajingan itu!!Aku memang bodoh soal cinta dan pria tapi soal profesi seharusnya aku bisa profesional" sahut Lili.
"Menarik" ucap Bastian.
"Jadi apa maumu sekarang? Tetap ingin menikahiku hanya untuk s*x?" tanya Lili.
"Aku belum pernah melakukan s*x dengan seorang wanita berstatus istri. Aku ingin mencari kenikmatan atas status ini" jawab Bastian.
"Ternyata pria ini juga sama bajingannya. Mempermainkan wanita" batin Lili.
"Hmm, apakah aku seperti pelacur di matamu, Bas?" tanya Lili lagi.
"Oh tebakanmu salah. Aku tidak memandangmu sedikit pun sebagai pelacur karena aku tidak meniduri seorang pelacur. Wanita yang sudah aku tiduri adalah teman/rekan bisnis/sesama dokter/dan wanita lainnya yang bukan pelacur. Jadi kamu bisa berfikir sendiri apakah aku memandangmu sebagai pelacur atau tidak jika memintamu menikah denganku?" jawab Bastian menyerang balik.
Lili terdiam sesaat dan mencerna apa yang diucapkan pria dihadapannya ini.
"Terus bagaimana dengan Cana? Apakah kamu mau menerimanya sebagai anakmu jika kita menikah?" tanya Lili.
"Of course! Aku menikahimu sudah paham jika aku mendapatkan bonus 1 anak. Aku yang membantumu lahiran, jadi aku sudah tau menikahimu sama saja menjadi ayah untuk Cana. Aku suka anak anak. Jangan khawatir soalnya. Aku akan bertanggung jawab penuh sebagai ayahnya" jawab Bastian yang terdengar seperti sungguhan ditelinga Lili.
"Tapi sekali saja dia menjadi anakku, aku tidak akan melepaskannya" lanjutnya dengan tatapan semakin serius.
"Baiklah. Aku akan menikah denganmu" sahut Lili yakin. Meskipun ia tidak bisa menjamin kebahagiannya bersama pria ini namun putrinya akan mendapatkan ayah yang bisa menjamin kebahagiannya.
"Oke, deal!" seru Bastian senang sambil mengulurkan tangannya.
Lili pun menyambut uluran tangan itu. Mereka saling pandang dan mengenggam erat.
"Aku menikahimu karena aku mencintaimu pada pandangan pertama, Lili" batin Bastian.
"Kita lihat alasanmu menikahiku sesungguhnya saat kita sudah menikah" batin Lili.
Mereka sibuk dengan pikiran masing masing.