Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setuju Menikah
Kakek Sean bangun dari tidurnya dibantu oleh Claire. "Kakek tidak akan memaksamu lagi. Semuanya terserah padamu. Kakek hanya akan bertanya padamu sekali lagi. Apa kau tetap akan membatalkan pernikahanmu dengan Sean setelah tahu kebenarannya?"
Claire mengatupkan bibirnya sambil menunduk. Pertanyaan tuan Sam membuatnya bingung.
Melihat Claire masih diam, Tuan Sam meraih tangan Claire lalu berkata, "Kakek tahu, sikap Sean padamu sangat dingin. Sebenarnya tidak hanya pada dirimu, tetapi pada orang lain juga. Dia bahkan selalu mewaspadai orang yng berada di dekatnya karena dia tidak tahu, apakah mereka lawan atau kawan. Ada yang melatarbelakangi kenapa dia bisa berubah seperti itu. Banyak sekli orang yang memiliki maksud lain terhadapnya," terang Tuan Sam,
"selama ini dia sudah cukup menderita dan mengalami banyak tekanan dalam hidupnya. Ayahnya meninggal di usia muda. Dia harus menggantikan peran ayahnya dan mengambil alih semua tanggung jawab ayahnya ketika umurnya terbilang masih muda. Disaat orang lain masih dilindungi oleh keluarganya, di umurnya yang sangat muda, justru dia harus menjadi pelindung keluarganya," ungkap Tuan Sam,
"setelah kepergian ayahnya dia tidak bisa menujukkan sisi lemahnya, jika tidak dia akan kehilangan segalanya. Ada begitu banyak orang yang berniat untuk menjatuhkannya ketika dia mengambil alih perusahaan. Harapan kakek hanya ingin melihatnya bisa menikah denganmu. Sudah saatnya dia melepaskan beban berat yang selama ini dia pikul dan mulai memikirkan hidupnya sendiri."
Perlahan Claire mengangkat kepalanya. "Dia tidak akan bahagia denganku Kakek. Dia tidak mencintaiku. Sudah ada wanita yang dicintai olehnya," kata Claire dengan lembut.
Tuan Sam menghela napas. "Wanita itu, kakek tidak menyukainya. Kakek tidak bisa melepaskan Sean padanya." Tuan Sam menatap penuh harap pada Claire, "kakek sangat yakin, kalau Sean pasti akan bahagia jika bersamamu. Hanya butuh waktu untuk kalian saling memahami. Kakek sudah tua, umur Kakek mungkin tidak akan lama lagi. Kakek tidak akan bisa pergi dengan tenang jika dia belum melihatnya hidup bahagia."
Tuan Sam menenepuk lembut jemari tangan Claire dengan tatapan sendu. "Dia sebenarnya pria yang malang. Masa mudanya dia habiskan demi melindungi keluarganya dan mati-matian bekerja keras demi membawa perusahaan ke puncak tertinggi seperti saat ini. Meski dia terlihat baik-baik saja, tetapi dia selalu kesepian. Dia tidak memiliki tempat berbagi."
Seketika hati Claire terenyuh mendengar penuturan tuan Sam. "Kakek, senadanianya kami memang benar menikah nantinya. Bagaimana jika Sean justru semakin menderita dan tidak bahagia dengan pernikahan kami?"
Tatapan tuab Sam melembut. "Kakek percaya kau adalah wanita yang tepat yang bisa mengubah pribadinya yang dingin menjadi lebih hangat. Kau pasti bisa membuatnya bahagia suatu saat nanti. Pilihan kakek tidak pernah salah Claire. Asalkan kau setuju menikah dengannya, Kakek yang akan membujuk Sean agar dia mau menikah denganmu."
Claire terdiam karena merasa bimbang. Pilihan ini sangat sulit baginya. Setelah berpikir beberapa saat kemudian di mengangkat kepalanya lalu berkata, "Baiklah, aku setuju menikah dengannya."
Wajah mendung tuan Sam langsung menghilang dan tergantikan dengan wajah bahagia setelah mendengar jawaban Claire. "Terima kasih, Claire. Kakek hanya mohon, tolong sedikit bersabar dalam menghadapi sikap dingin dan ketusnya. Lambat laut dia pasti berubah. Kakek akan membantumu semampu kakek. Kalian juga sudah sejauh ini, memang seharusnya dia bertanggung jawab padamu. Apa yang harus kakek katakan pada orang tuamu seandainya mereka tahu mengenai hal itu. Kakek tidak akan memiliki wajah lagi untuk bertemu dengan orang tuamu seandainya kalian tidak jadi menikah."
Claire tersenyum. "Kakek, ini sepenuhnya bukan kesalahan Sean. Ini terjadi begitu saja. Kedepannya jangan menyalahkannya lagi atau dia akan semakin membenciku."
"Bahkan disaat seperti ini kau masih membelanya. Kau memang gadis yang baik. Tidak salah jika kakek memilihmu sebagai pendamping cucuku."
Wajah Claire memerah karena malu mendengar pujian Tuan Sam. "Kau tunggu saja di sini sebentar. Sean sedang menuju ke sini. Kakek akan langsung membicarakan padanya. Setelah itu kamu bisa kembali lagi ke rumah bersama dengan Sean."
Claire langsung menolak. "Maaf kakek, aku masih ada urusan. Aku tidak bisa menunggu sampai Sean datang." Selain karena tidak ingin bertemu dengan Sean dulu, dia juga harus menemui Jack.
"Baiklah. Selesai urusanmu langsung pulang. Jangan pergi ke mana-mana."
Claire berdiri sambil mengangguk. "Baik Kakek. Aku pergi dulu."
Sepeninggal Claire, Tuan Sam menghubungi Paul untuk menyuruhnya datang. Tidak lama Paul datang, Sean juga tiba di loby rumah sakit. Ketika memasuki ruangan kakeknya, sudah ada Paul di sana.
"Dasar cucu tidak tahu diri. Sudah tahu kakek ada di rumah sakit, bukannya langsung ke sini, tapi kau jutru sibuk dengan pekerjaanmu. Apa kau sungguh ingin melihat Kakek mati cepat?" Tuan Sam tampak murka kepada cucunya karena baru datang setelah dia berada di rumah sakit selama 2 jam.
Sean menarik kursi, duduk dengan wajah tenang. "Kakek, tenanglah. Kendalikan amarahmu. Jangan sampai tekanan darahmu naik lagi. Aku ada meeting penting dan tidak bisa meninggalkannya."
Wajah tuan Sam menjadi masam. "Lusa, kau tidak usah bekerja. Kau akan menikah. Claire sudah setuju untuk menikah denganmu."
Dahi Sean mengerut. Dia memajukan tubuhnya dan menajamkan pendengarannya. "Apa Kakek bilang? Dia setuju menikah denganku?" Wajahnya seketika menjadi suram dan ada kilat amarah dalam sorot matanya.
"Kakek bilang, Claire bersedia menjadi istrimu," terang Tuan Sam lagi.
Secara perlahan rahang Sean mengeras, sorot matanya menjadi dingin. "Kakek, aku tidak mau dan tidak akan pernah menikah dengannya," tolak Sean dengan tegas.
Amarah tuan Sam memuncak. "Kalau kau tidak mau menikah dengan Claire, maka saat ini juga aku akan menghubungi Felix dan menyuruhnya untuk menggantikanmu menikah dengan Claire. Kau seharusnya tahu bagimana perangai Felix. Dia tidak akan pernah menolak permintaan kakek. Kau sendiri yang akan menyesal jika Claire menikah dengan Felix. Biarkan saja Claire menjadi sepupu iparmu." Tuan Sam tidak bisa lagi mengendalikan amarahnya dan berbicara tanpa bisa dikontrol.
"Kakek, kau tidak bisa menggertakku."
Api kemarahan tuan Sam semakin berkobar. Sean pikir dia hanya main-main dan tidak akan berani melakukannya. "Baiklah. Kalau kau tidak percaya. Tunggu di sini dan lihat apa yang bisa kakek lakukan." Tuan Sam kemudian berlaih menatap asisten pribadinya. "Paul, hubungi Felix sekarang juga. Suruh dia ke rumah sakit, hubungi juga Claire. Biarkan mereka bertemu agar mereka bisa membicarakan pernikahan mereka."
Setelah kata-kata kakeknya jatuh di telinganya, ekrepresi Sean menjadi sangat suram, tubuhnya menjadi kaku dan udara sekitar menjadi semakin dingin. "Tunggu!" kata Sean.
"Apalagi? Kau mau apa? Apa kau juga tidak mengijinkan Felix untuk menggantikanmu?" Tuan Sam terlihat semakin kesal pada cucunya.
Mata hitam Sean begitu pekat dan mengandung aura sedingin es. "Aku akan menikahinya, tapi dengan syarat," ucap Sean.
"Apa?" tanya Kakek Sean cepat.
"Aku tidak ingin pernikahan ini diketahui siapapun. Aku hanya akan menikah di kantor catatan sipil. Tidak ada perayaan dan pesta. Setelah menikah dia harus tinggal bersamaku di apartemenku. Kami tidak akan tinggal di kediaman utama."
"Kau ...." Tuan Sam sudah siap memaki cucunya, tetapi langsung disela oleh Sean. "Itu syarat dariku. Jika kakek tidak setuju, aku tidak akan berunding lagi." Sean berniat untuk berdiri, tetapi langsung dihentikan oleh tuan Sam.
"Baiklah. Kakek setuju, tapi setidaknya keluarga besar kita harus tahu." Untuk sekarang lebih baik dia menyetujuinya lebih dulu. Masalah lainnya, bisa dilakukan lain waktu.
Sean tidak menjawab. "Aku pergi dulu. Jaga kesehatan Kakek. Jangan sampai pernikahan ini batal karena Kakek belum juga sembuh sampai hari pernikahanku tiba."
Sean berdiri di depan mobilnya yang masih terparkir di rumah sakit. Dia meraih ponselnya lalu menghubungi seseorang. Beberapa saat kemudian, dia melajukan mobilnya ke suatu tempat dengan perasaan marah.
Tiba di tempat tujuan, Sean langsung masuk ke dalam kamar hotel itu setelah pintunya terbuka. Tanpa banyak bicara, dia langsung menyudutkan Claire pada tembok di belakang pintu. Sean mengurung Claire dengan kedua tangan yang bertumpu di tembok.
Dengan tatapan tajam, dia berkata, "Kau bilang tidak mau menikah denganku? Tidak mencintaiku dan juga tidak akan menggangguku hidupku lagi. Tapi, kenapa sekarang kau justru ingin menikah denganku?"
Tatapan Sean sangat dingin, menusuk hingga ke tulang dan membuat punggung Claire terasa dingin.
Tanpa memperdulikan ekspresi Claire, Sean lanjut berkata, "Claire, wajahmu sungguh tebal. Apa kau tidak memiliki rasa malu sedikitpun? Setelah meludah, kau menjilatnya kembali. Kau sungguh membuatku jijik."
Melihat Clair bungkam, Sean merasa tidak puas, lalu dia berkata lagi, "Setelah membatalkan pernikahan denganku, kau berniat kembali pada mantan kekasihmu, tapi setelah tahu mantan kekasihmu akan menikah, kau kembali padaku lagi. Claire, apa kau pikir aku adalah tempat pembuangan?"
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor