HATIKU MILIKMU
Di desa Texas yang jauh dari perkotaan dan masih banyak lahan kosong disana, tinggalah sebuah kelompok warga desa yang diberi nama Warga TexasMania.
Sebuah desa kecil yang dihuni sekitar 100 orang dengan 45 kartu keluarga. Dipimpin oleh seorang pria lanjut usia bernama Kale Lubert yang sering dipanggil kakek Kale.
2 tahun lalu, kakek Kale menerima pendatang baru. Seorang pria tampan, gagah, berambut pirang, bermata biru, terlihat sederhana dari pakaian casualnya namun tidak menutupi kharisma pria ini jika terlahir dari keluarga kaya.
Pria ini datang sebagai dokter pendatang yang akan menjadi dokter di desa TexasMania dan membeli sepetak tanah yang cukup luas milik Kale sebagai tempat klinik.
Bastian nama pria itu. Bastian saja tidak ada nama belakangnya karena ia ingin menyembunyikan identitas keluarganya, meskipun ia yakin jika warga Texas pun tidak akan mengenali siapa dirinya.
Bastian memiliki nama lengkap Sebastian Clemornat asal dari New York. Anak ketiga dari tiga bersaudara keluarga Clemornat, pengusaha tambang di Amerika.
Ia menolak untuk dijodohkan dengan anak dari rekan bisnis sang ayah sehingga Bastian nekat untuk kabur dari rumah dan memilih jalannya sendiri.
Kini, 2 tahun sudah dia menjadi dokter tampan di desa TexasMania dan menjadi primadona bagi para gadis belia hingga remaja dan ibu ibu pun sangat menyukai Bastian.
Namun sayangnya, entah kenapa Bastian sangat menutup hatinya untuk wanita seperti hidup sendiri cukup menyenangkan untuknya.
Sampai malam ini, keinginan untuk hidup sendiri, akan berubah berlahan karena insiden yang sangat mengejutkan.
Sekitar pukul 11 malam, Bastian yang memang membuka bengkel kendaraan karena selain jadi dokter, ia sangat menyukai otomotif alias menjadi montir, masih mengerjakan kendaraan mesin pertanian.
Tiba tiba, pundaknya dipegang oleh seseorang dan Bastian langsung memegang kuat tangan yang menyentuhnya tanpa izin sebagai bentuk perlindungan diri. Lalu ia pun membalikkan badan dengan lototan mata birunya yang tajam.
"SIAPA KAMU!?" teriak Bastian.
"Aaawk! Sakit!...Lepaskan aku! Aku...aku sepertinya akan melahirkan" sahut suara wanita sambil merintih.
Bastian melihat wanita itu dari atas sampai bawah sebelum Ia longgarkan genggamannya. Wanita dengan wajah berkucuran keringat serta terlihat pucat, memakai dress yang didouble cardigan tipis. Tidak membawa apa apa. Kakinya seperti dialiri air dari dalam dress.
"Siapa kamu?" tanya Bastian lagi dengan suara lebih lembut setelah melepaskan tangan wanita itu.
"To..long..aku.." lirih wanita itu sambil memegang perutnya.
Bastian kembali melihat bawah kaki wanita itu yang sudah basah.
"Hmm ketuban mu sudah pecah" ucap Bastian datar.
"Sepertinya be...gi...tu.. aku sudah berjalan..sekitar 5km untuk bisa sampai sini" lirih wanita itu yang masih mengusahakan menjawab pria yang ia temui.
Bastian menarik nafas panjang. Sepertinya malam ini ia harus membantu persalinan wanita yang tidak ia kenali.
"Duduk lah, disofa itu, aku akan membersihkan diriku dulu. Tahan dan jangan mengejan atau berteriak saat kontraksi datang" intruksi dari Bastian lalu ia berdiri dan masuk keruangannya.
Wanita itu berjalan pelan menuju sofa yang dimaksud. Lalu ia menyandarkan tubuhnya disana. Cardigan yang sudah basah dengan keringat pun ia lepaskan, karena sangat gerah untuknya saat ini.
Ia pun mengatur nafas teratur untuk menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan saat kontraksi datang.
Ia lebarkan kakinya karena ia sudah merasa ada yang mendesak untuk ia keluarkan. Wanita itupun melepas cd nya yang sudah sangat basah oleh air ketuban. Lalu ia letakkan di lantai samping sofa.
Sekitar 10 menit, akhirnya Bastian datang dengan pakaian casual yang bersih tidak seperti tadi yang kotor oleh oli mesin dan kotoran lainnya. Ia pun membawa selimut dan baskom air hangat.
"Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Bastian.
"Hmm,...aku bisa...menahan kontraksinya" jawab wanita itu.
"Siapa namamu?" tanya Bastian lagi karena ia tidak ingin menolong pasien tanpa mengetahui namanya.
"Li...li... namaku liliana" jawab wanita itu.
"Oke, lili. Aku izin akan melihat jalan lahirmu" ucap Bastian.
Sebelum ia melakukannya, matanya tak sengaja menatap ada sebuah kain terlihat seperti cd yang basah.
"Ternyata sudah kamu lepaskan penutup jalan lahirmu. Aku tidak perlu susah payah untuk melepaskannya" ujar Bastian.
Lili hanya diam saja dan tetap mengatur nafas.
Saat ia merasakan tangan dingin pria yang belum ia kenal itu menyentuh intinya. Lili baru beraksi dan memundurkan tubuhnya, membuat Bastian kembali menegakkan tubuh.
"Apa..apa yang..kamu lakukan?" tanya Lili dengan nafas tersenggal senggal sambil merapatkan kakinya meskipun sangat tidak nyaman.
Bastian mengerutkan keningnya. Apa yang dilakukan dokter saat melihat dan memeriksa jalan lahir jika tidak menyentuh untuk mengukurnya.
"Membantu mu melahirkan lah, apalagi" jawab Bastian dengan ekspresi dingin membuat Lili jadi ragu ragu meminta bantuan pria yang tidak ia kenali ini meskipun tampan.
"Ka..mu beneran..bisaaa bantu?" tanya Lili lagi sambil kembali merileksakan kakinya untuk terbuka.
Bastian lagi lagi menghela nafas panjang.
"Ya sudah kalau tidak mau dibantu. Aku pun tidak rugi. Kamu yang datang sendiri kesini. Lahirkan anakmu sendiri, aku akan masuk ruanganku. Ini baskom air hangatnya. Semoga sukses" jawab Bastian cepat lalu memutar balik tubuhnya dan hendak berjalan meninggalkan wanita itu sendiri.
"Berhenti..jangan tinggalkan aku.. tolong aku" ucap Lili membuat Bastian pun kembali menatap wanita itu.
"Kalau begitu, biarkan aku melakukan tugasku. Pembukaanmu hampir lengkap. Jadi jangan banyak protes" sahut Bastian.
Lalu ia pun tetap kembali hendak berjalan menjauhi Lili membuat wanita itu panik.
"JANGAN PERGI! AKU MOHON!!" teriak wanita itu membuat Bastian kembali menatapnya.
"Aku akan mengambil peralatanku yang lain. Atur emosimu dan atur nafasmu" sahut Bastian lalu kembali berjalan menuju ruangannya yang ternyata terhubung dengan rumahnya.
Tak lama kemudian, ia kembali dengan kotak peralatan dokter.
Lili hanya bisa memandangi dengan tatapan yang sulit diartikan sambil menahan sakitnya.
Bastian memakai handscoon/sarung tangan yang berbahan latex.
"Siapa pria ini sebenarnya?" batin Lili.
Namun tiba tiba ia merasakan kontraksi kuat dari perutnya yang tidak ia bisa tahan lagi.
"Aaaaakh!! Sakit!!" teriak Lili.
Bastian masih santai saja mendengar teriakan pasien yang entah dari mana asalnya.
Namun seperti dokter profesional, ia langsung mengecek kembali jalan lahir dan ternyata sudah lengkap. Terlihat ada bagian rambut bayi yang sudah terlihat.
"Oke! Sudah waktunya" ujar Bastian sambil menatap Lili dengan kedua tangannya melebarkan kedua kaki wanita yang akan melahirkan itu dan sedikit diangkat keatas. Tapi tidak semesum itu si Bastian karena bagian jalan lahir tertutup oleh selimut jadi tidak terlihat secara terbuka.
Bastian meletakkan kedua tangannya dibawah selimut untuk bersiap siap menangkap bayi yang akan keluar.
"Saat merasakan dorongan lagi, mengejanlah tanpa berteriak. Dorong dari dalam" perintah Bastian.
"Hmmmmm" deheman Lili seakan mengerti.
Tak lama kemudian, kontraksi kuat kembali datang membuat Lili terpaksa harus berpegangan di tepi sofa sangat kuat.
"Hhhhhhhhhmmmmmmp!!!" suara teriakan yang tertahan sambil mengejan kuat.
"Kepala bayinya udah ditanganku, dorong sekali lagi" instruksi Bastian sambil menatap Lili yang juga menatapnya.
"Hmmmmmmmmmmmpppppp!!! Aaakh!!!" akhirnya Lili berteriak diakhir saat merasakan sesuatu sudah keluar dari intinya.
"OOOOEEEEK OEEEEEK" suara tangisan kencang terdengar bersamaan dengan tubuh Lili yang sudah lemas bersandar di sofa.
Bastian mengeluarkan bayi itu dari bawah selimut dan ia gendong.
"Putrimu sangat cantik. Tangisannya kencang, dia sangat sehat" ucap Bastian sambil tersenyum menatap Lili lalu menatap bayi yang ia gendong.
Lili hanya tersenyum tipis karena tenaganya sudah sangat habis. Berjalan 5km dengan kondisi akan melahirkan sangat sangat menguras kekuatannya lalu ditambah melahirkan bayi.
Sepertinya Lili akan pingsan namun suara tangisan keras bayinya yang tiba tiba terdengar sangat dekat dengannya, membuatnya kembali sadar.
Bastian sengaja meletakkan bayi itu didada sang ibu karena melihat Lili akan kehilangan kesadaran.
"Tolong pegang bayinya sebentar. Biarkan dia didadamu dan dekat dengan detak jantung ibunya" ucap Bastian.
"Aku akan menyelesaikan tugasku untuk merawatmu pasca melahirkan" lanjutnya.
Lalu Bastian mengambil gunting untuk memotong tali pusar sang bayi. Plasentanya sudah keluar.
Bastian menyelesaikan tugasnya dengan menjahit jalan lahir Lili yang sedikit sobek.
Lili memegang putrinya dan menepuk punggung sangat pelan. Meredakan tangis si bayi.
"Done! Waktunya bersihin bayinya" ucap Bastian sambil mengambil kembali bayi dari dada Lili.
"Istirahatlah sebentar. Tanganku cuma 2, aku harus bergantian mengurus kalian" lanjutnya.
Lalu ia menggendong bayi cantik milik Lili masuk ke ruangannya.
Sekitar 15 menit kemudian, Bastian kembali tanpa menggendong bayi.
Ia berjalan menghampiri Lili yang sepertinya sudah tertidur karena kelelahan.
Tanpa mengeluarkan suara, Bastian menggendong Lili menuju rumahnya melalui ruangan di bengkel itu.
Ia membawa Lili menuju bathup kamar mandi yang ia miliki.
Tubuh lili langsung ia masukkan ke bathup yang sudah terisi air hangat hingga membuat wanita itu terbangun dari tidurnya.
"Mandilah. Bersihkan dirimu dan sisa sisa darah dari tubuhmu. Tidak mungkin aku memandikanmu kan?" ucap Bastian.
Lili pun hanya mengangguk.
Bastian keluat kamar mandi.
Lili mulai melepaskan dressnya lalu membersihkan tubuhnya meskipun bagian intinya masih terasa sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Santi Manope
nyimak
2024-11-11
1