NovelToon NovelToon
Terikat Janji Dalam Kegelapan

Terikat Janji Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Menyembunyikan Identitas / Penyelamat / Kekasih misterius
Popularitas:26.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kaivan, anak konglomerat, pria dingin yang tak pernah mengenal cinta, mengalami kecelakaan yang membuatnya hanyut ke sungai dan kehilangan penglihatannya. Ia diselamatkan oleh Airin, bunga desa yang mandiri dan pemberani. Namun, kehidupan Airin tak lepas dari ancaman Wongso, juragan kaya yang terobsesi pada kecantikannya meski telah memiliki tiga istri. Demi melindungi dirinya dari kejaran Wongso, Airin nekat menikahi Kaivan tanpa tahu identitas aslinya.

Kehidupan pasangan itu tak berjalan mulus. Wongso, yang tak terima, berusaha mencelakai Kaivan dan membuangnya ke sungai, memisahkan mereka.

Waktu berlalu, Airin dan Kaivan bertemu kembali. Namun, penampilan Kaivan telah berubah drastis, hingga Airin tak yakin bahwa pria di hadapannya adalah suaminya. Kaivan ingin tahu kesetiaan Airin, memutuskan mengujinya berpura-pura belum mengenal Airin.

Akankah Airin tetap setia pada Kaivan meski banyak pria mendekatinya? Apakah Kaivan akan mengakui Airin sebagai istrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Tetap Perhatian

Dokter itu tampak terkejut sejenak, namun kemudian mengangguk paham. "Tentu, Tuan Kaivan. Kami akan menjaga rahasia ini."

Setelah pemeriksaan selesai, Kaivan keluar dari ruangan. Airin yang duduk di luar ruangan segera berdiri saat melihat suaminya. Ia mendekati Kaivan dengan ekspresi penuh kecemasan.

"Bagaimana, Kak?" tanya Airin dengan suara penuh harap.

Namun, alih-alih memberikan jawaban yang sudah ia dengar sebelumnya, dokter yang keluar dari ruang pemeriksaan mendekati mereka dan berkata, "Sebenarnya, kondisinya agak sulit untuk dipastikan, Nyonya. Kami tidak bisa memastikan apakah kesembuhan suami Anda akan berlangsung dengan cepat atau jika ada kemungkinan kebutaan permanen. Ini semua tergantung pada perkembangan dan perawatan dalam beberapa hari mendatang. Kami akan terus memantau kondisi suami Anda."

Airin terkejut mendengar penjelasan itu. Meski dia merasa lega Kaivan tidak mengalami cedera berat, tetapi pernyataan dokter yang tak pasti membuat hatinya kembali cemas. Matanya menatap Kaivan, bertanya-tanya apakah kondisi suaminya benar-benar akan baik-baik saja seperti yang Kaivan katakan sebelumnya.

Setelah menjelaskan kondisi Kaivan, dokter tersenyum ramah dan berpamitan, meninggalkan mereka di tempat itu. Kaivan duduk diam beberapa saat, wajahnya menunduk seolah sedang merenung. Suasana menjadi hening, hanya suara langkah kaki dokter yang mulai menghilang di kejauhan.

Kaivan akhirnya bersuara, suaranya rendah dan sedikit bergetar, "Airin..." Ia menoleh ke arah istrinya meskipun matanya tak bisa fokus. "Bagaimana jika aku tak bisa lagi melihat?"

Airin, yang sedari tadi memperhatikan Kaivan, segera menggenggam tangannya dengan lembut. Ia menatap suaminya dengan senyum hangat, meskipun ia tahu Kaivan tak bisa melihat senyum itu. "Kak," katanya, suaranya lembut tapi penuh keyakinan, "apa Kakak tak ingat? Saat aku memintamu menikah denganku, aku berjanji akan merawatmu seumur hidupku, apa pun yang terjadi. Meskipun kau tak akan pernah bisa melihat lagi, aku akan tetap di sisimu. Kita akan hidup bersama, menghadapi semuanya sampai tua."

Kaivan terdiam, meresapi setiap kata Airin. Perasaan hangat menjalari hatinya, rasa syukur yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia menggenggam tangan Airin sedikit lebih erat. "Terima kasih, Airin," katanya dengan suara penuh ketulusan. "Aku janji, aku akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu. Aku akan melakukan yang terbaik untuk membuatmu bahagia."

Airin hanya tersenyum lagi, meski matanya mulai berkaca-kaca. Ia tahu Kaivan sedang berusaha keras menerima kondisinya, dan ia ingin menjadi orang yang selalu ada untuknya.

Setelah itu, Airin memimpin Kaivan keluar dari ruangan. Mereka berjalan menuju kasir untuk membayar biaya pemeriksaan dan menebus obat. Airin memastikan Kaivan nyaman saat menunggu, sementara ia mengurus pembayaran. Sesekali, ia melirik Kaivan, melihat wajah suaminya yang tetap tenang meski sedang menghadapi ketidakpastian besar dalam hidupnya.

Di dalam hatinya, Airin semakin yakin bahwa memilih menikah dengan Kaivan adalah keputusan yang tidak akan pernah ia sesali.

Setelah keluar dari rumah sakit, matahari sudah berada di atas kepala. Udara terasa hangat, dan suara riuh pasar terdengar dari kejauhan. Airin menggandeng lengan Kaivan dengan lembut, membimbingnya ke arah sebuah warung makan sederhana di pinggir jalan.

"Kak, kita makan di sini saja, ya? Warungnya sederhana, tapi tempatnya bersih," ujar Airin dengan nada ceria, berharap Kaivan merasa nyaman.

Kaivan hanya mengangguk pelan, tidak memberikan banyak respon. "Terserah."

Mereka duduk di salah satu meja kayu yang tersedia. Warung itu dipenuhi aroma makanan yang menggugah selera, suara pengunjung berbincang, dan sesekali dentingan piring dan gelas. Airin memesan nasi dan lauk sederhana, lalu duduk kembali di samping Kaivan.

Kaivan tampak sedikit canggung. Ia terbiasa makan di restoran mewah atau di rumah dengan pelayan pribadi. Warung ini jelas sangat berbeda dari yang pernah ia alami. Namun, ia tidak menunjukkan ketidaknyamanannya di depan Airin.

Airin dengan telaten menyuapi Kaivan, mencoba menjaga agar suasana tetap nyaman. "Makan dulu, Kak. Kau pasti lapar setelah tadi di rumah sakit."

Kaivan membuka mulut dan menerima suapan itu, meski tanpa ekspresi yang jelas. "Terima kasih."

Pengunjung lain di warung itu memperhatikan Airin dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Wanita muda itu terlihat cantik, dengan wajah lembut dan gerakan telaten saat menyuapi seorang pria gondrong, berkumis brewok, yang jelas terlihat buta. Beberapa orang mulai berbisik-bisik di antara mereka.

“Cantik banget istrinya, kok bisa ya sama pria kayak gitu?” gumam seorang ibu setengah baya sambil mengaduk teh manisnya.

“Kayaknya dia nggak cocok sama pria itu. Lihat, badannya kelihatan kekar sih, tapi gondrong, kumisnya awut-awutan, matanya buta pula,” sahut lelaki paruh baya di meja sebelah.

“Eh, jangan salah, mungkin suaminya itu orang kaya. Siapa tahu!” bisik seorang pelayan yang ikut mencuri pandang dari balik meja kasir.

Sementara itu, Airin tetap fokus pada Kaivan. Ia tak peduli dengan tatapan atau bisikan-bisikan di sekitarnya. Sesekali ia tersenyum, memastikan suaminya nyaman saat menyuap. Kaivan, meskipun tak melihat, tetap menyadari perhatian orang-orang di sekitarnya.

Takut suaminya merasa tak nyaman, Airin pun berkata, “Biarkan saja mereka. Yang penting aku dan kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Airin pelan, nyaris seperti bisikan.

Kaivan hanya mengangguk. Airin melanjutkan menyuapi Kaivan dengan penuh perhatian, seolah tak ada dunia lain selain mereka. Sementara Kaivan makan dengan tenang, namun wajahnya tetap datar.

"Kak, makan sampai habis, ya?" Airin berkata, masih dengan perhatian yang sama.

Kaivan hanya mengangguk sedikit. "Aku akan selesai."

Di tengah keheningan itu, ada sedikit kelembutan dalam sikap Kaivan, meski tetap dengan cara yang dingin dan datar. Mereka melanjutkan makan siang itu dengan suasana yang tenang dan penuh perhatian, meski tidak ada banyak kata-kata yang diucapkan.

Setelah keluar dari warung makan, Kaivan menggenggam tangan Airin dengan lembut. Meskipun matanya masih kabur, namun tatapannya penuh perhatian. "Airin," katanya pelan, "beli pakaian dan keperluan lain untukmu dan nenek Asih. Kalau uang cash yang kita bawa tadi tidak cukup, kamu bisa ambil dari rekeningmu."

Airin menatap suaminya, ragu. "Kak, aku dan nenek belum membutuhkan apa-apa," jawabnya dengan suara halus, berusaha menolak dengan cara yang lembut.

Namun, Kaivan memandangnya dengan mata yang lebih tegas meskipun samar. "Jangan membuatku merasa seperti suami yang tak bertanggung jawab, Airin," katanya, sedikit menekankan kata-kata terakhirnya. "Kamu sudah banyak membantu aku, biarkan aku yang mengurus ini. Aku ingin kamu merasa layak mendapatkannya."

Airin terdiam, hatinya merasa berat. Kaivan memang selalu berusaha untuk tidak merepotkan orang lain, dan meskipun dia merasa tidak perlu, ia tidak bisa menolak ketika Kaivan begitu memaksa dengan cara yang penuh perhatian. Akhirnya, ia mengangguk pelan. "Baiklah, Kak."

Kaivan tersenyum tipis. "Terima kasih, Airin."

Airin dan Kaivan pergi ke toko pakaian terdekat. Airin membeli satu setel pakaian untuk dirinya dan satu setel lagi untuk nenek Asih. Namun, Kaivan meminta agar Airin membeli beberapa setel pakaian untuknya juga. Airin sempat terkejut, namun ia menuruti permintaan suaminya, meskipun dalam hati ia merasa ragu dengan pengeluaran tersebut.

Setelah selesai berbelanja pakaian, Kaivan masih belum puas. "Airin, beli sesuatu lagi untuk oleh-oleh, ya. Mungkin buah-buahan," pintanya.

Airin menatapnya dengan senyum kecil. "Kak, kita masih bisa makan buah-buahan dari kebun di rumah. Tak perlu membeli banyak."

Namun, Kaivan tetap bersikukuh. "Aku ingin kamu juga membeli sesuatu untuk nenek Asih, atau sesuatu yang bisa kamu nikmati. Ayo, belikan buah-buahan yang enak."

Dengan sedikit keluhan dalam hati namun tetap menuruti permintaan suaminya, Airin membeli beberapa buah segar, berharap itu sudah cukup. Di perjalanan pulang, meski merasa sedikit berat karena pengeluaran itu, ia merasakan ada kebahagiaan yang tersembunyi dalam setiap usaha Kaivan untuk membuatnya merasa dihargai.

Kaivan memandangnya dengan senyum puas, meskipun pandangannya samar. "Terima kasih, Airin. Ini semua untukmu dan nenek Asih."

Airin hanya tersenyum lembut, meskipun di dalam hati ia tetap bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya suaminya ini.

***

Di gerbang desa, Wongso berdiri dengan tangan bertolak pinggang, wajahnya penuh kesal. Beberapa anak buahnya bersandar di sepeda motor sambil mengelap peluh. Mata mereka terus tertuju pada jalan, mengawasi setiap bus yang melintas dari arah kota.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Heri Wibowo
kepanasan ya van lihat tubuh Airin.
Dwi Winarni Wina
Kaivan tidak menyadari telah jatuh cinta sm airin krn ketulusan dan keikhlasannya....
Airin wanita yg berbeda ada data tarik tersendiri kaivan hatinya mulai goyah dan pertahanan bentengnya mulai runtuh selama ini iya bangun....

Kaivan sah2 dan halal aja klo pgn memakan airin tapi yakinkan hatimu telah jatuh cinta airin...

Airin wanita sangat baik dan tulus dan dia berhak bahagia.....

Lanjut thor......
Dwi Winarni Wina
Akhirnya hatinya luluh jg sm ketulusan airin selama ini merawatnya dengan sepenuh hati...

kaivan tidak sengaja melihat pemandangan indah dt tubuh istri hatinya berdesir menahan gejolak,,,,
kaivan pria normal melihat pemandangan indah berusaha menahannya...

kaivan pgn sentuh istri sah2 dan halal ini tapi blm saatnya dan yakinkan hatimu dulu mencintai istri dulu....
Hanima
lanjutttt Kak
hatiAti
Van kalo udah ga tahan kenapa ditahan² kamu kan udah sah suami istri lagian yg cacat kan mata kamu, lagian mata kamu juga kan udah sembuh, jdi kalo unboxing juga gak bakal nyasar koq😂😂😂 burung perkutut juga udah pasti tau dimana kandangnya,🤣🤣🤣
Syavira Vira
🌹😀😀💪❤️🙏
abimasta
kaivan akan jatuh cinta pada airin
kaylla salsabella
wah senam jantung ya bang KAI
Heri Wibowo
Wah begitu penglihatan sembuh langsung mendapatkan pemandangan yang sangat indah ya van.
Asih Prawawati
Tambah penasaran aku Thour ...



Semangat Thour.
sum mia
aaaahhhhh..... meleleh hati abang dek ....
awas lho Airin.... diam-diam tingkahmu bikin Ivan lama-lama tegang berdiri loh . Kaivan tentu laki-laki normal lama-lama pasti akan merasakan yang anu-anu 🤭🤭😂😂😂
mungkinkah Ivan akan segera mengungkapkan perasaannya , dan mungkinkah Airin akan segera di unboxing oleh Ivan .
ditunggu selalu up selanjutnya kak Nana ...

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Mrs.Riozelino Fernandez
perlahan rasa sayang dan cinta mulai hadir untuk istri dadakan mu ya Kaivan...💓
Mrs.Riozelino Fernandez
kebohongan berbalas dengan kebahagiaan ya Ivan 😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
aduuh sakit perut ku ngebayangin harus tetap tenang disaat hati sedang kacau balau 😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
pagi pagi di suguhkan pemandangan yang indah ya Kaivan...
hati hati ada yang bangun 😆😆😆😆
Mamah Memey
♥️
abimasta
syukurlah kaivan sudah sembuh bisa melihat lagi
sum mia
peluk lagi aja Van.... pura-pura memeluk guling seperti biasanya . seneng banget ya Van , mata udah sembuh dan bisa melihat dengan jelas , apalagi bisa melihat wajah istrinya yang cuantik , baik , perhatian , tulus dan selalu membanggakan suaminya meski buta .
maaf ya Airin.... Ivan masih ingin di manja kamu makanya dia masih berpura-pura buta .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Dwi Winarni Wina
Syukurlah kaivan bisa melihat lagi dan utk sementara dirahasiakan dulu dr airin dan nenek asih...
Sebaiknya kaivan lg lama2 memberitahukan kabar baik istrimu dan nenekmu krn airin dan nenek asih sangat tulus dan ikhlas jgn ragukan lg mereka...

Kaivan sangat terpesona kecantikan airin yg alami,,,baik hati sangat tulus dan ikhlas dan dgn telaten merawat kaivan...

Bagus airin minta pendapat suamimu dulu pasti suami akan memberikan solusinya dan keluarnya dan kaivan merasa dihargai sm istrinya....

Lanjut thor........
Dini Lestari
alhamdulillah kaivan udah sembuh..semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!