NovelToon NovelToon
AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lim Kyung rin

He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.

Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.

Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 6

Di pagi yang cerah itu, Zhang Xiang Li duduk di sofa ruang tamunya sambil mengelus-elus Lucky yang sedang tidur di pangkuannya, sementara Lucia bermain dengan bola benang di lantai. Xiang Li merasa rileks dan bahagia menikmati akhir pekan bersama kedua kucing kesayangannya, yang selalu setia menemaninya dalam suka dan duka. Lima anak kucing mereka—masih mungil dan lucu—berlarian ke sana ke mari, membuat rumah terasa hidup dengan kehadiran mereka.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari He Ma Li muncul di layar, "Laoban ! Aku bosan di rumah. Boleh aku main ke tempatmu?"

Xiang Li tersenyum kecil dan segera membalas, "Tentu, Ma Li! Datang saja, aku di rumah bersama Lucky, Lucia, dan si kecil-kecil mereka."

Tak lama kemudian, Ma Li tiba di depan pintu dengan ekspresi semangat yang khas. Ketika Xiang Li membukakan pintu, Ma Li langsung tertawa riang melihat kelucuan para kucing yang berlarian di sekitar ruang tamu. "Wah, mereka lucu sekali! Aku selalu ingin main dengan kucing-kucingmu," kata Ma Li sambil meraih salah satu anak kucing dan mengelusnya dengan lembut.

Mereka menghabiskan waktu bersama mengobrol di ruang tamu sambil memperhatikan tingkah lucu anak-anak kucing yang mencoba mengejar bayangan mereka sendiri di lantai. Sesekali, Lucky mendekati mereka dan berguling manja di samping Ma Li, membuatnya tertawa senang.

Di tengah obrolan mereka, Ma Li bertanya, "Kamu tidak pernah merasa kesepian tinggal sendirian di sini, Xiang Li?"

Xiang Li menatap kucing-kucingnya dengan lembut. "Mungkin dulu, tapi sejak ada Lucky dan Lucia, rasanya rumah jadi hangat. Mereka keluarga kecilku," ujarnya dengan senyum hangat.

Mendengar itu, Ma Li merasa tersentuh. Ia tahu betapa Xiang Li sangat mencintai kucing-kucingnya, dan ia senang bisa berbagi momen hangat itu bersama sahabatnya. Mereka pun melanjutkan akhir pekan dengan bermain bersama kucing-kucing tersebut, sambil membicarakan banyak hal dan menikmati momen kebersamaan yang hangat di rumah Zhang Xiang Li.

Suasana di rumah Zhang Xiang Li begitu nyaman dan penuh kehangatan, seolah segala beban dan kesepian yang pernah ia rasakan menghilang di balik tawa dan kegembiraan yang hadir di hari itu. Lucky dan Lucia, dua kucing dewasa yang telah menjadi sahabat setianya, tampak menikmati perhatian yang mereka dapatkan. Sementara itu, lima anak kucing kecil mereka masih asyik berlarian, mencoba menjelajahi setiap sudut ruangan dengan rasa ingin tahu khas anak-anak kucing.

Ma Li, dengan antusias, ikut bermain bersama anak-anak kucing itu. Sesekali, ia melemparkan bola benang ke arah mereka, dan anak-anak kucing berlari saling berebut mengejar bola tersebut, lalu melompat-lompat penuh semangat. Ma Li tertawa lepas, benar-benar menikmati momen ini, seolah hari itu adalah hari yang ia tunggu-tunggu untuk bersantai dan melupakan kepenatan sehari-hari.

Di sela-sela obrolan mereka, Xiang Li pun sesekali menceritakan kisah-kisah lucu tentang kucing-kucingnya, bagaimana Lucky pernah terjebak di dalam kotak kardus atau bagaimana Lucia kadang suka menyelinap masuk ke dalam lemari. Ma Li mendengarkan dengan senyum hangat, merasa senang mendengar cerita-cerita sederhana yang penuh kehangatan itu.

Ketika sore mulai menjelang, sinar matahari yang lembut masuk melalui jendela, menciptakan bayangan yang panjang di lantai. Salah satu anak kucing yang tampak penasaran segera mengejar bayangannya sendiri, memutar-mutar di sekitar bayangan tersebut, membuat tawa Xiang Li dan Ma Li kembali pecah.

“Aku rasa ini adalah akhir pekan terbaikku tahun ini,” ucap Ma Li sambil tersenyum lebar pada Xiang Li.

Xiang Li mengangguk pelan. “Kadang kebahagiaan itu datang dari hal-hal kecil, seperti bermain dengan kucing-kucing kecil ini,” katanya sambil mengelus kepala Lucky yang sedang nyaman di pangkuannya.

Mereka berdua akhirnya terdiam sejenak, merasakan kedamaian yang menyelimuti mereka, dan di tengah-tengah keheningan itu, mereka tahu bahwa momen sederhana seperti ini adalah yang paling berharga. Di hari yang cerah itu, dengan kucing-kucing kecil yang ceria dan persahabatan yang hangat, Xiang Li dan Ma Li merasa bahwa mereka tidak perlu mencari kebahagiaan yang jauh, karena sesungguhnya kebahagiaan sudah ada di hadapan mereka.

Saat matahari mulai terbenam, ruangan itu disinari cahaya keemasan yang lembut. Xiang Li berdiri sejenak untuk menyalakan lampu di ruang tamu, sementara Ma Li masih asyik bermain dengan anak-anak kucing, yang kini mulai terlihat sedikit lelah setelah bermain sepanjang siang.

“Apa mereka biasanya seaktif ini setiap hari?” tanya Ma Li sambil menatap anak-anak kucing yang kini mulai menggeliat malas di atas karpet.

Xiang Li tertawa kecil. “Tidak selalu. Mungkin mereka tahu kalau kita punya tamu spesial hari ini, jadi mereka lebih bersemangat dari biasanya.”

Ma Li tersenyum. "Ah, mereka tahu cara menyambut tamu dengan baik, rupanya!" Ia kemudian memandang ke arah Lucky dan Lucia, yang duduk tenang di dekat mereka, seolah menjaga anak-anak kucingnya yang sedang tidur pulas.

Setelah sejenak hening, Ma Li menoleh ke Xiang Li dan berkata, “Terima kasih sudah mengajakku kemari, Xiang Li. Rasanya benar-benar menyenangkan menghabiskan waktu di sini. Aku rasa aku akan mulai berpikir untuk memelihara kucing sendiri.”

Xiang Li tersenyum senang mendengar itu. “Kucing memang membawa kebahagiaan tersendiri. Mereka seperti malaikat kecil yang diam-diam menjaga kita.” Ia menatap kucing-kucingnya dengan penuh kasih sayang, dan saat itu Ma Li bisa melihat betapa mendalamnya rasa sayang Xiang Li pada keluarga kecil berbulu ini.

Malam semakin larut, dan angin dingin mulai terasa masuk melalui jendela. Xiang Li segera menutup jendela dan mengajak Ma Li untuk menikmati teh hangat di ruang makan. Mereka duduk bersama di meja makan yang sederhana, di mana cangkir-cangkir teh beruap tipis diletakkan, memberikan kehangatan di tengah udara malam yang mulai dingin.

“Xiang Li, apakah kamu pernah berpikir untuk memiliki keluarga?” tanya Ma Li tiba-tiba, setelah beberapa saat mereka terdiam.

Xiang Li tersenyum tipis, sambil menatap cangkir tehnya. “Tentu, aku pernah memikirkannya. Tapi untuk saat ini, aku rasa aku sudah memiliki keluarga kecilku sendiri. Lucky, Lucia, dan anak-anak mereka… mereka adalah keluarga yang Tuhan kirimkan untukku.”

Ma Li mengangguk, menghargai keputusan sahabatnya. “Kamu benar. Kebahagiaan memang tidak selalu harus datang dari hal-hal besar. Kadang, kebahagiaan ada di depan mata, dalam bentuk yang sederhana.”

Xiang Li tersenyum hangat, merasa beruntung memiliki sahabat seperti Ma Li yang mengerti dirinya. Mereka berdua melanjutkan malam itu dengan berbincang tentang impian dan harapan mereka, tertawa mengenang masa lalu, hingga tanpa terasa waktu menunjukkan tengah malam.

“Aku harus pulang sekarang, Xiang Li. Terima kasih sekali lagi untuk hari ini,” kata Ma Li sambil memeluk sahabatnya erat.

“Sama-sama, Ma Li. Kamu selalu diterima di sini kapan saja,” jawab Xiang Li sambil tersenyum.

Setelah Ma Li pergi, Xiang Li kembali ke ruang tamu, mendapati Lucky dan Lucia telah tertidur nyenyak di sofa. Ia mengelus kepala mereka dengan lembut, berbisik, “Terima kasih, sudah jadi keluarga kecil yang sempurna untukku.”

Malam itu, dengan kucing-kucingnya di sisinya, Xiang Li merasa bahwa hidupnya telah lengkap. Di dalam keheningan dan kesederhanaan, ia menemukan kedamaian yang sejati.

1
yanah~
mampir kak 🤗
Alika Nasywa: thank you udah mampir ya
total 1 replies
Rini Rudiyanto
semangat thor /Good/
Alika Nasywa: Terima kasih tante atas komentar nya😍
total 1 replies
Wenchetri
lanjut Thor,,, 💓
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
Wenchetri
Lanjut Thor
Alika Nasywa: baik, terimakasih telah mampir di novel ku untuk selanjutnya di tunggu aja ya hehe😁😘
total 1 replies
Laysa Candikia
Aku Mampir, semangatt Ci/Angry/
Laysa Candikia: Sama-sama, Ci
Alika Nasywa: xie xie ya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!