seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Setelah malam yang sangat indah yang dirasakan oleh Nabillah, kebahagiaan itu terus menempel dalam dirinya, membuatnya semakin semangat untuk menjalankan aktivitasnya.
Nabillah sudah berada di tempat kerja, seperti biasa, ia menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin.
Sebelum berangkat ke tempat kerja, Delvin, kekasih Nabillah, mulai memberitahunya bahwa ia akan berangkat untuk terapi di pagi hari karena sedang libur dari pekerjaan.
Menurut Nabillah, terapi di pagi hari lebih baik. Itulah sebabnya ia ingin mencoba terapi di pagi hari meskipun sedikit ramai.
Mata Delvin menatap sekelilingnya, mencari seseorang yang ia harapkan, namun ia tidak menemukannya.
"Di mana dia?" tanya Delvin dalam hati.
BRAK!
Saat ingin bertanya kepada salah satu staff di sana, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh. Semua orang yang mendengarnya pun menoleh ke arah sumber suara. Ternyata, Nabillah tersandung tali sepatu yang terinjak, menyebabkan barang-barang yang ia bawa berserakan.
Staff yang berada di sana berniat untuk membantu, tetapi gerakan Delvin lebih cepat. Delvin berjongkok, membantu Nabillah mengikat tali sepatu, kemudian membantu mengumpulkan barang-barang yang jatuh.
Perasaan Nabillah terasa terharu karena sikap perhatian Delvin terhadapnya. Delvin pun bangun dan memberikan barang-barang yang terjatuh kepada Nabillah.
"Terima kasih," ucap Nabillah sambil menerima barang-barangnya.
Delvin tidak menjawab, tetapi ia menunjuk ke pipinya. Nabillah yang paham maksudnya sedikit melotot, membuat Delvin terkekeh.
Staff dan pasien yang melihat adegan itu menatap mereka dengan penuh arti, seolah mereka sudah sangat akrab. Nabillah pun menyadari bahwa kini ia menjadi pusat perhatian. Ia pun langsung meninggalkan Delvin sambil menundukkan kepalanya, sementara Delvin hanya tersenyum gemas. "Kenapa kekasihku lucu sekali?" pikir Delvin.
Nabillah sudah berada di ruangannya, sedang menata barang-barang yang ia ambil dari kantor pusat.
"Ciee, kelihatannya kamu akrab banget nih sama abang itu," ucap temannya tiba-tiba, membuat Nabillah terkejut.
"Astagfirullah, Pita, bisa nggak sih kalau masuk dengan salam dulu?" ucap Nabillah yang sedikit kesal, membuat Pita terkekeh.
"Maaf, deh. Lagian, serius amat sih, atau lagi nahan salting?" tanya Pita sambil menggoda, bersandar di meja Nabillah, dengan tangan menyilang di dada dan mengangkat satu alisnya.
"Tapi, by the way, kok kamu kelihatan akrab banget sama abang ganteng itu?" lanjutnya, penasaran.
"Ya akrab karena dia pasien gue. Bukankah kita harus akrab dengan pasien?" jawab Nabillah.
"Iya tahu, tapi abang itu sama keluarganya kan baru terapi di sini. Apa jangan-jangan kamu sama dia ada apa-apanya?" jawab Pita sambil menunjuk wajah Nabillah.
"Apaan sih?" ucap Nabillah sambil menurunkan tangan Pita.
"Lebih cepat, lebih baik kan?" lanjut Nabillah bertanya.
Pita mengangguk, tidak salah sih yang diucapkan Nabillah.
Nabillah menggelengkan kepala saat Pita diam saja, kemudian ia meninggalkan Pita di ruangannya.
Di ruang presentasi, Nabillah memperhatikan prestasi staff baru yang baru belajar dan membantu mereka jika merasa gugup. Ketika staff tersebut kehabisan kata-kata, Nabillah maju dan menjelaskan dengan jelas tentang penyakit yang dibahas. Sebenarnya ia agak grogi karena Delvin terus memperhatikannya, apalagi duduk di bagian depan.
Beberapa menit kemudian, akhirnya sesi terapi dimulai dan Delvin masuk.
Nabillah, yang sudah selesai presentasi, langsung membantu tamu atau pasien yang ingin terapi. Ia membantu memakaikan selimut dan menyalakan alat terapi.
Saat melihat Delvin baru keluar dari toilet, Nabillah tersenyum dan langsung mendekatinya untuk membantu terapi.
"Sini aja," ucap Delvin dengan manja, sudah berbaring dan menarik satu tangan Nabillah.
"Iya, aku ambil buku dulu," jawab Nabillah.
Delvin mengangguk, menikmati terapi yang sedang berlangsung saat Nabillah meninggalkannya sejenak.
Beberapa menit kemudian, Nabillah kembali, duduk di samping Delvin, lalu membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya.
Delvin yang menyadari Nabillah ada di sampingnya, mengambil salah satu tangan Nabillah dan meletakkannya di pipinya. Nabillah pun mengelus pipi Delvin dengan lembut.
Ia menatap wajah Delvin dengan penuh sayang dan cinta, terus mengelus pipi Delvin yang tertutup mata.
"Enak nggak terapi di sini?" tanya Nabillah.
Delvin mengangguk. "Enak, apalagi ditemani sama kamu," jawab Delvin sambil tersenyum.
Mendengar itu, Nabillah langsung mencubit pipi Delvin. "Yeuhh, di tanya yang bener juga," ucap Nabillah.
"Ya aku benar, aku datang terapi juga karena mau melihat kamu juga," jawab Delvin, lalu mengambil tangan Nabillah dan meletakkannya lagi di pipinya.
"Iya-iya, mending kamu tidur deh," ucap Nabillah.
"Terus kamu pergi gitu?" tanya Delvin, yang mendapat anggukan dari Nabillah.
"Tidak boleh, kamu di sini aja temani aku," ucap Delvin sambil menggenggam tangan Nabillah.
Nabillah terkekeh gemas. "Apaan sih, gemes banget. Kamu beneran sekarang pacar aku, kak?" tanya Nabillah.
"Ya iyalah, pakai nanya lagi," jawab Delvin dengan nada sedikit ketus.
Nabillah tidak marah, justru ia terkekeh. Kenapa kekasihnya sekarang lucu sekali, seperti bayi besar yang ditemani ibunya yang sedang terapi.
Nabillah mengelus rambut Delvin dengan tangan yang satu lagi, yang digenggam oleh Delvin.
Karena merasakan kenyamanan saat Nabillah mengelus rambutnya, Delvin tanpa sadar tertidur dengan alat terapi yang terus bekerja.
Nabillah terus menatap Delvin yang sedang tertidur, hatinya benar-benar sudah terpaku pada pria itu, padahal mereka baru beberapa hari bertemu. Saat ia asyik menatap wajah damai Delvin yang sedang tertidur, terdengar suara dehem.
"EKHEM!" suara itu membuat Nabillah mengalihkan pandangannya.
Saat tahu siapa yang berdehem, Nabillah memutar matanya malas.
"Apa?" tanyanya dengan nada malas, sudah pasti Pita ingin bertanya-tanya.
"Nah, kan, lo pasti ada hu-"
"Kalau mau tanya-tanya nanti aja, lo nggak lihat nih dia lagi tidur?" ucap Nabillah yang langsung memotong perkataan Pita.
Pita yang melihat Delvin tertidur dengan tangan Nabillah yang tidak berhenti mengelus rambutnya, langsung cecengasan. Ia mengangkat dua jari dalam bentuk V.
Pita tidak pergi, malah duduk di belakang Nabillah, di samping alat terapi yang digunakan Delvin.
"Bill, gue kepo, jadi gue tunggu cerita lo, ya," bisik Pita sambil pergi. Nabillah hanya menggelengkan kepalanya, merasa tidak habis pikir dengan teman kerjanya yang selalu kepo dengan urusannya.
TBC.....