“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Sebaiknya Kamu Mengalah, Alea
Alea membuka kembali ponselnya, siapa tau dengan ini rasa gelisah di hatinya bisa memudar.
Tapi nyatanya…. wajah wanita ini tambah murung, sepertinya memilih membuka media sosial adalah kesalahan bagi Alea. Di sana, dia melihat media sosial Adik Iparnya yang memang sangat aktif di jejaring sosial. Bukan akun media milik Ameera yang membuat Alea muram, tapi postingan gadis itu.
(Kota Hujan Berada, Bersama Model Papan Atas, Jessika Lucia. Cinta sejati memang akan kembali pada pemiliknya)
Tenggorokan Alea tercekat, jadi Abraham pergi bersama, Jessika?
Tangan Alea bergetar, memandangi gambar dari postingan Ameera, gadis itu bukan memposting fotonya, tapi foto Jessika dengan background punggung Abraham, meskipun hanya punggung, Alea sudah sangat tau jika itu Abraham karena dia selalu mengagumi punggung lebar itu.
Entah pikiran apa yang merasuki Alea, hingga untuk pertama kalinya dia berani mengirim pesan pada Abraham, bertanya kapan lelaki itu kembali ke Villa Mars. (Masih banyak kerjaan, aku tidak tau kapan pulang)
Setelah membaca balasan pesan Abraham, Alea meletakkan ponselnya di meja. Hatinya sedih, dua hari dia menunggu kepulangan Abraham tapi lelaki itu pergi keluar kota bersama mantan kekasihnya. Tapi…apakah benar, mantan? Atau mereka masih sepasang kekasih?
Saat hati dan pikirannya kacau, Alea mendengar keributan di depan Villa. Nyonya Kim, dia datang dengan memaki-maki Alea.
“Ibu, ada apa?”
PLAK!
Vika menampar Alea dengan sangat kuat.
Pipi Alea kebas, sakit, sampai membuat telinganya berdengung.
“Alea, kamu tidak mengindahkan peringatan, Ibu!?” Tanya Vika, dengan berapi-api.
Sebelum Alea menjawab, Nyonya Kim, lebih dulu berucap, “Jika kamu memang tidak bisa memberikan keturunan untuk Keluarga Liam, sebaiknya kamu mengalah.”
Mengalah…
“Maksud, Ibu?”
“Biarkan Abraham menikah dengan Jessika dan memiliki anak, dan kamu tetap menjadi Nyonya Abraham, setidaknya kamu tetap bagian dari keluarga ini.”
Bibir Alea keluh, ini tidak salah dengar kan! Ibu salah bicarakan!
“Ibu memintaku, membiarkan Abraham menikah lagi?” suara Alea bergetar bahkan ia hampir menangis.
“Bukan hanya membiarkan, tapi kamu juga harus berinisiatif mempersilahkan Abraham menikahi Jessika.”
Alea kehabisan kata-kata, Ibu mana yang tega mengatakan ini pada Putrinya sendiri.
Alea mengusap air mata di sudut matanya, namun dia tidak bisa menyamarkan kekecewaan, “Ibu, aku ini anakmu, kan?”
Mendengar pertanyaan Alea, Vika terdiam, sekilas wanita ini juga terlihat sedih, tapi dia harus keras demi Keluarga Kim, “Tentu, kamu anakku, dan karena kamu anakku, aku berkata seperti ini.”
“Kenapa?”
“Alea, aku menikah dengan Ayahmu di usiaku yang masih sangat muda, di saat karirku berada di puncak. Ayahmu egois, dia memintaku untuk melahirkanmu disaat aku belum siap. Kamu hadir diwaktu yang tidak tepat, karirku hancur, aku harus jadi wanita yang hanya mengurusi Bayi yang rewel dan sangat merepotkan sepertimu,” kata Vika, dengan wajah datar.
“Lalu, apa itu salahku?”
Apa anak harus disalahkan?
Vika menatap lekat putrinya, “Iya, itu semua salahmu dan sudah seharusnya kamu membalas apa yang pernah aku korbankan padamu, Alea.”
Membalas…
Korbankan!
Alea tersenyum getir, sungguh dia manusia yang tidak ada artinya di mata siapapun, seharusnya Vika menjadi tempat dia berlindung, mengadu, mengeluh dan mencurahkan kasih sayang. Tapi wanita itu malah meminta timbal balik atas apa yang ia lakukan dimasa lalu.
“Apa yang bisa aku lakukan untuk menebus semua jasa-jasamu, Ibu?”
“Pulihkan kembali keluarga Kim, jayakan adikmu Axel, kamu bisa melakukan itu jika tetap menjadi Istri Abraham, tapi jika lelaki itu berniat membuangmu, kamu harus menikah dengan keluarga lain yang memiliki kedudukan sama seperti keluarga Liam. Kamu tidak bisa melakukan apapun selain menggunakan tubuhmu, Alea.”
Ucapan Vika bagai jutaan anak panah yang menghujam tubuh rapuh, Alea.
''Baik, aku akan melakukannya. Apa sudah tidak ada lagi yang ingin Ibu katakan? jika tidak, aku ingin beristirahat.''
''Tidak ada, aku rasa itu cukup.''
''Kalau begitu aku permisi.'' Alea sedikit menundukkan kepalanya, dan berlalu dari hadapan Vika. Kepala pelayan yang mengawasi sejak tadi mendengar apa yang Ibu dan Anak itu bicarakan, kini dengan tatapan kosong Alea berjalan melewatinya tanpa menyapa atau mengatakan sepatah kata pun. Alea melangkah dengan terluka, apa ada yang tau dan bisa merasakan sehancur apa hatinya saat ini, seperti apa yang pernah dikatakan Abraham, ia akan selalu sendiri dalam keadaan apapun. Itu seperti kutukan untuk Alea.
Setelah Alea tidak terlihat, kepala pelayan menghampiri Nyonya Kim, yang masih mematung ditempat, ''Nyonya Kim, mari saya antar kedepan.''
''Saya bisa sendiri,'' tolak Vika.
''Nyonya Kim,'' panggil kepala pelayan sebelum wanita itu benar-benar pergi, ''Dimasa depan, semoga Anda tidak pernah menyesali ini.''
Menyesal!
Setelah keluar area Villa, Vika menangis tersedu-sedu, ''Apa ini, kenapa aku harus menangis, kenapa hatiku harus sakit seperti ini, Alea... Alea.'' Vika memukuli dadanya, hatinya sakit, terluka dan sesak, ''Alea, aku seperti mau mati.''
Tiga hari setelah kejadian itu, Abraham baru pulang ke Villa Mars, itu artinya dia sudah lima hari tidak pulang.
Dua jam yang lalu, kepala pelayan memberi tahu Alea, jika hari ini Tuan Muda pulang, seperti biasa, Alea memasak menu kesukaan Abraham, saat ia tengah menata makanan di meja, lelaki yang berstatus suaminya itu melintas, dengan gampangnya, Abraham berucap, ''Aku sudah makan.''
Alea tertegun sejenak dan kembali melanjutkan, menyusun makanan.
''Abraham,'' panggilnya tiba-tiba.
Abraham yang ingin menginjakkan kaki di tangga, menuju lantai atas. Terhenti, berbalik melihat Alea.
''Apa kamu punya waktu? bisa kita bicara sebentar,'' ucap Alea, lagi.
''Ada apa?'' tanya Abraham, acuh.
"Abraham, mari kita akhiri pernikahan ini.''