Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
...~Happy Reading~...
Makan malam di rumah keluarga Faiz selalu menjadi momen penuh cerita, terutama dengan kehadiran Mikha dan Keynan, dua kakak beradik yang tak pernah berhenti saling menggoda dan berdebat. Malam itu, suasana terasa lebih hidup karena Alina dan Mawar, dua sahabat Mikha, juga pulang lebih awal dari biasanya. Namun, tidak lama kemudian, kehangatan makan malam berubah menjadi ajang sindiran kakak-adik.
Keynan membuka suara lebih dulu. "Kakak kenapa sih bawa teman-teman kakak ke sini? Berisik tahu nggak!" keluhnya sambil memandang tajam ke arah Mikha.
Mikha menatap adiknya tak kalah tajam. "Berisik darimana sih? Kita udah diem di kamar loh," sanggah Mikha dengan nada kesal.
"Diem? Mana ada diem!" Keynan balas mendengus, "Kalian tuh sampai bikin Mbak sama Mbok di bawah panik gara-gara teriakan kalian!"
Mikha mendengus kesal, mengalihkan pandangan. Ia tahu persis apa yang dimaksud adiknya. Sehabis berenang sore tadi, Mikha dan kedua sahabatnya menonton film horor di kamarnya. Ia sebenarnya sudah memperingatkan mereka untuk tidak berisik karena Calvin, sepupunya, sedang tidur di kamar sebelah. Tapi rasa takut yang muncul otomatis membuat mereka berteriak tanpa sadar.
"Iya, iya, maaf," kata Mikha akhirnya, meski nada suaranya menunjukkan ia enggan mengakui kesalahan.
Suasana kembali tenang sejenak sebelum Mami Faiz, ibu mereka, ikut nimbrung dalam percakapan. "Key, kamu tadi pulang jam berapa?" tanyanya lembut.
"Jam lima, Mi," jawab Keynan sambil menyendok nasi ke piringnya.
"Kok sore banget? Biasanya kan lebih cepat."
"Kan ada les, Mi. Tadi juga ada sedikit problem, makanya agak lama," jawab Keynan seadanya.
Mikha yang mendengar itu langsung menyahut dengan nada mencemooh. "Cih, problem. Anak tuyul kayak lo, problem apaan? Bilang aja lo lagi pacaran!"
Keynan memutar bola matanya kesal. Sebelum ia sempat membalas, Mami Faiz sudah menegur. "Mikha, jangan begitu sama adikmu!"
Namun Mikha hanya menyeringai jahil, menikmati keunggulan kecilnya. "Mami tahu nggak," katanya sambil menatap adiknya dengan ekspresi menggoda, "pas hari pernikahan Mikha kemarin, Key itu—"
"Kakakkk!" Keynan memotong kalimat Mikha dengan pekikan panik. Wajahnya memerah, jelas menunjukkan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Mami Faiz yang mulai penasaran, mengernyitkan dahi. "Kenapa dengan pernikahan kamu?" tanyanya.
Mikha tersenyum lebar, semakin gemas melihat adiknya gelisah. "Dia tuh, Mi, pas hari pernikahan Mikha kemarin sibuk sama—”
‘’Kakak sumpah Keynan gak bakal mau ngakuin kakak lagi!’’ saut Keynan lagi lagi semakin panik.
Mikha semakin tak kuasa menahan gelak tawa nya, apalagi saat melihat wajah penasaran mami Faiz. Mikha tahu, ibunya itu jika sudah mulai penasaran akan terus mengorek sampai ia mendapatkan jawaban yang sesuai.
‘’Dih, gak mau ngakuin kakak lagi, emang gue perduli wlee!’’
‘’Sumpah ih kakak nyebelin!’’
‘’Kamu juga nyebelin!’’
‘’Mikha, Keynan udah cukup!’’ lerai Calvin akhirnya kedua nya diam. Namun, meski diam, mata keduanya masih saling menatap begitu tajam seolah enggan mengakhiri perang di meja makan itu.
Jangan tanyakan kemana papi Edward. Laki laki itu memilih diam setiap kali anak anak nya bertengkar. Bukan tidak perduli, hanya saja ia sudah lelah. Ia mengurus istrinya saja sudah pusing, di tambah pekerjaan kantor dan harus mendengarkan pertengkaran anak anak nya, ia memilih bodo amat dan menyerahkan kuasa itu untuk Calvin.
Bukan hanya kali ini, akan tetapi sudah sejak dulu, sejak lama tepatnya ketika Keynan sudah mulai bisa bicara dan berbuat nakal, di sana lah papi Edward memilih diam dan memberikan kuasa kepada anak sulung nya, Calvin yang kini menjadi menantu nya.
Setelah makan malam selesai, Mikha, Calvin, dan Keynan beranjak ke lantai atas untuk kembali ke kamar masing-masing. Mikha mengamati Keynan yang masuk ke kamarnya dengan wajah masam. Tanpa basa-basi, Mikha melangkah ke arah kamar Calvin.
"Kak," suaranya sedikit ragu.
Calvin yang hampir menutup pintu menghentikan gerakannya. Ia menatap Mikha dengan tatapan lembut namun penuh tanya. "Ada apa?"
Mikha melangkah masuk tanpa menunggu undangan lebih lanjut, seolah kamar itu miliknya juga. Di dalam kamar yang rapi, ia berdiri di tengah, mencoba mengatur kata-kata.
"Kakak marah sama Mikha, ya?" tanyanya pelan, suaranya terdengar penuh penyesalan.
Calvin mengernyit bingung. "Marah kenapa?"
"Tadi, pas tidur Kakak keganggu, ya? Mikha berisik banget, ya?" Mikha mulai berbicara dengan nada penuh drama. "Padahal Mikha udah bilang sama mereka buat jangan berisik. Tapi gimana lagi, Kak, emang dasar dua manusia itu nggak tahu diri, nggak ada akhlak. Udah dibilangin nggak ngerti. Jadinya begitu deh, punya mulut udah kayak toa masjid, kenceng banget kalau teriak!"
Calvin hanya diam, menatap Mikha dengan tatapan setengah geli, setengah tak percaya.
"Mikha udah bilang sama mereka nggak usah nonton, tapi mereka ngeyel. Jadinya—"
"Cukup, Mikha," potong Calvin akhirnya, menghela napas berat.
Kalimat Mikha terhenti, tapi wajahnya masih memasang ekspresi penuh pembelaan diri. Jika Alina dan Mawar, sahabat Mikha, mendengar pembelaannya, sudah bisa dipastikan pertengkaran hebat akan terjadi.
Calvin menggeleng pelan, berusaha untuk selalu sabar. Ia tahu persis apa yang terjadi. Dari kamar sebelah, suara teriakan paling menggelegar jelas milik Mikha sendiri. Bukan itu saja, pilihan menonton film horor sore tadi juga murni ide Mikha. Alina dan Mawar hanya mengikuti karena tak mau mengecewakan tuan rumah.
"Mikha," ujar Calvin dengan nada tenang, tapi tegas, "kalau kamu minta maaf, minta maaf aja. Nggak perlu lempar kesalahan ke orang lain."
Mikha mengerutkan alis, merasa sedikit tersinggung. "Mikha nggak lempar kesalahan. Ini kenyataan, Kak. Mereka tuh berisik banget, Kak. Kakak nggak denger?"
Calvin mendekat, menatap Mikha sambil tersenyum tipis. "Kamu tahu apa yang Kakak denger dari kamar tadi?"
Mikha menggeleng.
"Suara kamu yang paling kencang. Malah ada satu teriakan kamu yang bikin mbak dibawah panik karena mengira kamu kesurupan." Wajah Mikha memerah. Ia ingin membuka mulut untuk membantah, tapi tidak ada kata-kata yang keluar.
Calvin tertawa kecil, lalu menepuk kepala Mikha lembut. "Udah, nggak usah cari alasan lagi. Kalau kamu salah, ngaku aja. Kakak nggak marah, cuma kamu harus belajar tanggung jawab sama ucapanmu."
Mikha memanyunkan bibirnya, merasa kalah. "Iya deh, Mikha salah," gumamnya.
"Bagus," balas Calvin dengan senyum puas. Calvin melangkahkan kakinya ke tempat tidur, mengambil laptop di meja dan menyandarkan kepala pada headboard.
‘’kalau keluar, tolong sekalian tutup pintu nya ya,” ujar Calvin sambil membuka laptop nya.
Calvin kira, setelah meminta maaf Mikha akan segera kembali ke kamarnya. Tapi ternyata perkiraan Calvin salah, gadis itu malah ikut naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut Calvin, membuat laki laki itu sedikit terkejut dan menatap heran pada gadis tersebut.
‘’Mikha, kamu ngapain?’’ tanya Calvin heran.
‘’Kak, kita kan sudah menikah ya? Kita sudah jadi pasangan SAH, halal mau ngapain aja, masa gak boleh sih Mikha tidur disini sama kakak? Janji deh, Mikha gak ngapa ngapain kak, suwerr!’’ ucap gadis itu dengan wajah serius sambil menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V.
Tidur bersama? Sudah SAH dan halal? Seketika itu Calvin langsung menelan saliva nya. Jantung nya berdetak cukup kencang kala mendengar kata kata dari gadis kecil di sebelahnya.
Bayangan demi bayangan malam pertama mereka di Hotel kala itu, selalu terngiang di kepala Calvin dan membuatnya semakin di ambang dilema.
...~To be continue …...
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
aya aya wae ari si mikha😂😂
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh