Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nekad!
Riza akhirnya menginap di kediaman Arman. Tentu keputusan ini sudah melewati berbagai pertimbangan dan diskusi panjang di antara suami istri itu. Setelah menunaikan sholat dhuhur, Gadis belia itu memutuskan istirahat di sofa ruang tamu karena kamar yang biasa dipakai Camila menyimpan produk kosmetik masih dibersihkan. Sepasang suami istri itu bekerja sama menyiapkan kamar tersebut untuk Riza.
"Eh, Mas," gumam Camila sambil menepuk bahu Arman. "Perekam suara punya sekolah masih kamu simpan gak?" tanya Camila setelah teringat sesuatu.
"Masih ada di almari. Kenapa?" Arman mengernyitkan kening.
"Kita pinjam dulu yuk untuk malam ini saja. Mending sekarang kamu pasang deh di depan kamar ini," bisik Camila.
"Untuk apa?" Arman semakin bingung dengan permintaan istrinya itu.
"Udahlah pasang aja untuk berjaga-jaga," suruh Camila.
Setelah selesai menata tempat tidur, Camila keluar daei kamar tersebut. Dia menyandarkan tubuh di dinding depan kamar sambil mengamati Riza yang sedang tertidur pulas di atas sofa. Lantas, dia mendongakkan kepala dan menatap CCTV di ruang tamu yang mengarah ke depan kamar dan dapur.
"Apa mas Arman aku suruh menghubungi pak Sobirin aja ya untuk mengaktifkan CCTV nya?" batin Camila.
Tanpa berpikir lebih lama lagi, Camila kembali ke dalam kamar. Dia menyampaikan maksud dan tujuannya kepada Arman. Terjadi perdebatan cukup panjang di antara suami istri itu sebelum akhirnya Arman menyetujui keputusan Camila. Guru matematika itu berencana menemui Sobirin sore ini.
"Kita harus selalu waspada karena terkadang kita tidak tahu ada bahaya yang sedang mengintai kita," tutur Camila sebelum pergi meninggalkan Arman.
Detik demi detik telah berlalu begitu saja. Setelah melakukan sholat ashar, Arman segera pergi ke rumah Sobirin seperti yang sudah direncanakan. Sementara Camila sibuk menyiapkan masakan untuk makan malam nanti. Wanita cantik itu fokus membuat menu favorit Arman.
"Selamat sore, Bu Mila."
Camila menoleh ke belakang setelah mendengar sapaan. "Eh, Riza. Selamat sore," balas Camila sambil melanjutkan kegiatannya. Dia sibuk meracik bumbu yang akan dihaluskan setelah ini.
"Pak Arman kemana ya, Bu?" tanya Riza setelah berdiri di samping Camila. "Kok sepi gitu?" lanjut Riza.
Camila menghentikan kegiatannya setelah mendengar pertanyaan itu. Entah mengapa hal ini semakin membuat Camila merasa geram kepada Riza. "Sedang keluar. Ada apa, Za? Jika ada yang kamu butuhkan bilang saja ke saya," tanya Camila dengan tatapan penuh arti.
"Tidak ada kok, Bu." Riza tersenyum tipis. "Ada yang bisa saya bantu, Bu? Mungkin bersih-bersih rumah atau apa gitu, Bu?" tanya Riza lagi.
"Tidak perlu, Za. Sebaiknya tunggu di ruang tamu saja. Setelah masakannya selesai, kita bisa makan bersama," jawab Camila dengan tegas.
Makan malam bersama berlangsung tepat setelah mereka melaksanakan sholat magrib. Setelah selesai makan malam, Arman bergegas masuk ke dalam kamar. Dia sibuk mengatur monitor CCTV seperti yang diajarkan Sobirin tadi sore.
"Mas, gimana?" tanya Camila setelah masuk ke dalam kamar.
"Ini udah selesai. Coba lihat posisinya dari monitor," ucap Arman sambil mengaktifkan smart tv yang ada di kamar. "Nah, udah bisa masuk nih. Berarti berhasil," lanjut Arman setelah layar televisi menampilkan beberapa potongan video seisi rumahnya.
"Eh, Mas. Kalau si Riza pulang, CCTV nya dimatikan aja ya. Gak kebayang kalau kita mesra-mesraan di ruang tamu terus terekam CCTV," gumam Camila diselingi dengan tawa geli.
Malam itu, Arman lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar. Sementara Camila menemani Riza ngobrol di ruang tamu. Semua dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua wanita berbeda generasi itu ngobrol banyak hal hingga pukul sepuluh malam.
"Saya mau istirahat dulu ya, Za. Kamu juga silahkan istirahat. Kamarnya sudah saya bersihkan. Terserah kamu mau tidur di mana," pamit Camila sebelum beranjak dari tempat duduknya.
"Iya, Bu, terima kasih," jawab Riza dengan diiringi senyum tipis.
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Camila bergegas masuk ke dalam kamar. Rupanya Arman sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. Camila pun langsung naik ke atas tempat tidur dan merebahkan diri di samping Arman.
"Apa yang akan dilakukan Riza ya? Aku jadi penasaran," gumam Camila sambil menatap layar televisinya. Dia mengamati gerak gerik Riza dari sana.
Tidak ada sesuatu yang mencurigakan selama satu jam Camila memantau gadis belia itu. Rasa kantuk mulai terasa hingga pada akhirnya Camila terlelap. Mulai berkelana bersama mimpi-mimpi yang datang menghampiri.
"Pak Arman, Pak Arman, Pak ...."
Sang pemilik nama langsung terjaga begitu mendengar suara panggilan beberapa kali. Arman menatap jarum jam yang ternyata sudah berada di angka dua dini hari. "Sayang. Bangun. Riza sepertinya manggil aku," gumam Arman sambil membelai pipi Arman Camila beberapa kali.
Camila membuka kelopak matanya. Dia pun mendengar suara lirih dari murid suaminya itu. "Ada apa? Kenapa dia manggil kamu?" tanya Camila dengan suara lirih.
Pandangan Camila seketika beralih ke arah layar televisi. Dia mencari keberadaan Riza di sana. Terlihat jelas jika saat ini Riza sedang bersandar di pintu kamarnya. "Ngapain dia pakai baju sexy seperti itu?" gumam Camila saat melihat pakaian yang dikenakan Riza saat ini.
"Astaghfirullah haladzim," gumam Arman dengan suara lirih.
"Bentar, Mas." Camila meraih ponsel yang ada di samping bantal. "Coba mas tanya, ada apa dia manggil-manggil," ujar Camila.
Arman pun mengikuti saran Camila. Dia berjalan menuju pintu kamar diikuti Camila. Arman memutar kunci kamar dan membuka sedikit pintu tersebut. Sementara Camila bersembunyi di balik pintu.
"Ada apa, Za?" tanya Arman tanpa menunjukkan diri di hadapan Riza.
"Apa bu Mila masih tidur?" tanya Riza dengan suara yang sangat lirih.
"Iya. Ada apa?" tanya Arman lagi.
"Kalau begitu saya tunggu di kamar. Saya ingin bicara dengan bapak," ucap Riza sebelum pergi dari depan kamar Arman.
Camila mengepalkan tangannya. Sementara tangan satunya lagi sibuk berkutat dengan ponsel. Dia menyimpan apa yang sudah dia rekam di sana. "Biar aku yang keluar, Mas. Tolong rekam saja," pinta Camila.
Hanya butuh tiga langkah saja Camila sampai di depan kamar yang ditempati Riza. Dia berdiri di dekat pintu yang terbuka lebar. Suasana di sana temaram. Hanya ada pantulan sinar lampu dari dapur dan kamar yang ditempati Riza.
"Pak Arman," ucap Riza setelah mendengar suara langkah di depan kamarnya. "Saya ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting." lanjut Riza dengan suara serak.
"Saya sebetulnya sangat terobsesi dengan Bapak sejak pertama kali masuk ke sekolah itu. Setiap hari saya memikirkan Bapak dan selalu membayangkan menjalin kasih dengan Bapak. Tapi hari ini saya kecewa karena saya baru tahu jika Bapak sudah memiliki istri. Lalu saya bagaimana, Pak Arman? Apakah saya harus menyimpan perasaan ini sendiri?"
"Saya ingin memiliki pak Arman seutuhnya. Saya ingin merasakan pelukan hangat pak Arman seperti yang didapatkan bu Mila. Maaf tadi saya mengintip Bapak dari jendela kamar. Saya sakit hati melihat Bapak mendekap bu Mila saat tidur. Saya juga ingin merasakannya, Pak. Please, kali ini saja. Saya ingin menyerahkan diri sebagai bukti jika saya sangat mencintai pak Arman."
Camila terbelalak setelah mendengar pengakuan Riza. Begitu pula dengan Arman yang sedang berdiri di depan pintu kamar. Tubuhnya gemetar setelah mendengar siswa nya melontarkan hal ini. Dia tidak menyangka jika Riza akan senekat ini. Arman pun menatap Camila yang sedang berkacak pinggang di dekat pintu kamar Riza.
"Pak Arman. Saya sudah siap," gumam Riza dari dalam kamar. Langkah gadis cantik itu mulai terdengar. Sepertinya dia akan keluar dari kamar untuk menjemput Arman.
Namun, langkahnya seketika terhenti ketika bukan Arman yang berdiri di depan kamarnya. Riza terbelalak melihat kehadiran Camila di sana. Gadis cantik itu langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dada karena pada saat itu tubuhnya hanya tertutup br4 dan segitiga berenda.
"Bu Mila. Bu—" Riza tidak sempat melanjutkan ucapannya karena tubuhnya didorong Camila ke dalam kamar.
...🌹TBC🌹...
...Tunggu kelanjutannya ya. ...
Pasti bu Aminah sama saudari2nya ghibahin Arman Camila karena ngontrak
Atau si Sinta ikut pak Pardi selamanya,,kan habis ketipu
Meli harusnya ngikut Riza pindah alam,,jahat banget
Buat semua pasutri memang g boleh menampung wanita/pria yg usia sudah baligh takutnya ada kejadian gila kyk gini..
Banyak modus lagi,,mending Riza di antar keluar dari rumah Arman
Sekarang Camila bisa lega karena bebas dari orang toxic
G ada hukumnya anak bungsu harus tinggal sama ortu kecuali ortu.nya sudah benar2 renta..