Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06
"Hahh!"
Berry terbangun sambil menarik nafas dengan terburu-buru, seperti ia baru saja tenggelam di dasar laut. Dada nya terasa sesak dan suara di sekitar nya berdengung keras.
"Hahh... hahh."
Dia mencoba tenang, jantungnya berdebar dengan kencang. Cahaya menyilaukan mata nya, dia menyipit sesaat sebelum penglihatan nya kembali normal, begitu juga dengan suara-suara di sekitar nya.
Semua menjadi jelas.
"Aku... aku dimana?"Bisiknya pelan.
Berry di kelilingi dengan kursi, meja serta orang-orang yang memakai seragam sekolah SMA.
Berry menatap sekitar, murid-murid itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing sedangkan dia, dia hanya duduk di kursi paling belakang dengan linglung.
Salah satu murid perempuan tidak sengaja bertatapan dengannya, murid itu mendecih jijik dan segera memalingkan wajahnya ke arah lain.
Kenapa perempuan itu? Dia bahkan tidak melakukan apapun sampai harus di tatap dengan jijik seperti itu.
Tunggu sebentar bukankah, dia sudah mati? Lalu dimana dia sekarang?!?
Berry mengecek tubuh nya, dia juga memakai seragam sekolah sama seperti orang di sekitarnya.
Rambutnya, kenapa rambut nya berwarna hitam? Dia memiliki rambut coklat. Ok, lupakan itu sekarang yang lebih penting, dia hidup lagi? Dan ada di sebuah kelas yang dia tidak tahu dimana.
"Kenapa gue harus sekelas sama dia ya? Dia nggak bisa mendengar dan berbicara, apa ada manusia seperti itu hidup?"Sebuah suara bisikan terdengar dari meja di samping Berry.
Dua orang murid perempuan sedang menatapnya dengan sinis dan memutar bola mata malas ketika Berry menatap mereka.
"Apa dia mendengar ucapan mu? Mengapa dia melihat kita?"Ucap murid perempuan yang satu nya.
"Gue benci di tatap sama si bisu"Lanjut nya yang terlihat kesal entah karena apa.
Berry merasa bingung, siapa yang mereka maksud si bisu dan tuli itu? Tidak mungkin dia kan?
Hei, dia bisa berbicara bahkan sangat bisa. Berry mengalihkan kembali pandangan nya pada sekitar, coba tenang dulu.
Tarik nafas, buang. Tarik lagi lalu buang lagi, dia terus melakukan hal itu dalam beberapa saat untuk memenangkan diri.
Dia menatap tangannya, ada beberapa luka di jari-jari nya, seperti bekas sebuah senar.
Berry tidak tahu, senar apa itu yang pasti, tubuh ini menekan senar nya dengan kuat hingga dapat menimbulkan luka seperti ini.
Jam menunjukkan pukul setengah empat sore sepertinya sebentar lagi jadwal pulang kelas ini, karena itu murid-murid di sekitar nya sangat santai.
Dan benar tidak lama bel berbunyi menandakan waktu selesai nya kelas hari ini, semua murid langsung bergegas mengambil tas mereka dan segera berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Berry melirik murid-murid perempuan yang bersikap sinis dan jijik pada nya tadi, masih sempat melempar pandangan tidak suka padanya meski sedang berjalan ke arah luar kelas.
Sekarang, tersisa hanya Berry seorang.
Dia menunggu hingga tidak ada lagi suara di sekitarnya setelah nya,
"Arrggh!!"
Perempuan itu berteriak histeris, "Aku dimana?!!"
Dia berdiri dari duduk nya dan menendang kursi serta meja di dekatnya hingga berserakan entah kemana mana.
"Ini tubuh siapa? Mengapa aku bisa disini? Sebenarnya apa yang terjadi, sialan!"
Dia terus mengumpat tanpa henti hingga
akhirnya dia lelah dan kembali duduk, suasana sepi serta langitnya yang mulai menggelap menambah kesan melakonis pada Berry.
Jika di ingat, sebelumnya dia di tembak menggunakan pistol di kepala nya, lalu dia mati.
Setelah mati, jiwa nya mengambang di tempat gelap yang entah apa nama nya, selanjutnya dia berjalan mendekati sebuah cahaya putih kecil misterius dan melewati nya begitu saja.
Dan Bravo!
Dia disini menjadi seorang murid SMA perempuan yang di duga bisu dan tuli oleh
teman sekelas nya.
Hal yang lebih gila lagi, dia tidak tahu harus apa sekarang, tubuh ini jelas-jelas bukan miliknya, dia tidak tahu apa-apa karena tidak ada ingatan secuil pun mengenai tubuh ini.
Bagaimana selanjutnya? Berry tidak tahu, hebat sekali!!
"Sepertinya jiwa bertransmigrasi ke tubuh ini persis seperti cerita di dalam buku buku"Gumamnya pelan, dia sudah putus asa dan hampir gila atau mungkin sudah?
Hmm, bisa saja sih.
Dia menggeledah tas si pemilik tubuh, mencoba mencari tahu identitas diri saat ini. Ada sebuah ponsel, dia segera mengambil nya dan membuka kunci menggunakan sidik jari.
"Wallpaper nya... iyuhhh sekali"Ucap Berry mengejek Wallpaper pemilik ponsel bagaimana tidak, itu menampilkan sebuah gambar unicorn bersayap dan ada warna warni di sekitar nya. Percis seperti anak TK.
Berusaha fokus, dia kembali membuka satu persatu aplikasi serta catatan di ponsel itu namun tidak ada satu pun yang dapat membantu nya saat ini.
"Yang benar saja pemilik ponsel ini seperti nya sudah bosan hidup. Tidak ada sesuatu yang spesial di ponsel nya."
Bahkan foto pun tidak ada, hanya sebuah gambar potret lukisan seorang pemain Selo di galeri.
Membosankan sekali.
Berry meletakkan ponsel itu dengan malas kini dia memeriksa buku tulis, biasa nya akan ada nama si pemilik buku.
Alice Gracious.
"Wow, cukup estetik untuk seukuran anak sekolah yang di duga bisu"Ucapnya dengan sarkas, dia membalik kertas-kertas itu namun kembali lagi tidak ada yang berguna.
Kecuali nama, serta tulisan tangan yang cukup rapi meski nilai nya rendah, perempuan itu meletakkan bukunya kembali dengan rasa jijik yang amat sangat.
"Bodoh sekali, nama sudah bagus tapi nilai sekolah nya sangat jelek."
Berry menggelengkan kepalanya merasa miris melihat anak jaman sekarang saat kurang dalam hal pelajaran.
Ngomong-ngomong soal jaman, Berry kembali membuka ponselnya dan melihat tanggal yang tertera di layar ponsel tersebut.
29 September 2022.
"Dua tahun lalu? Tidak mungkin aku masuk ke tubuh gadis dua tahun lalu dari tahun asli ku kan? Yang benar saja, ini bohong kan?!"
Dia berteriak nyaring lagi, masih belum
percaya dengan kejadian aneh ini. Bisa saja saat ini dia sedang bermimpi atau berkhayal, toh dia mati karena kepala nya di tembak pasti otaknya rusak parah hingga berkhayal seperti ini.
"Ahaha... ha..."
Tenaga nya sudah habis sekarang, saat ini yang dia pikirkan, apa selanjutnya?
Pemilik tubuh pasti memiliki rumah nah masalahnya, Berry tidak tahu dimana tempat tinggal bocah ini.
Biasanya seperti yang tertera di buku-buku, dia akan mendapatkan ingatan dari tubuh yang di tempati oleh jiwa asing.
Namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan ingatan atau kenangan si pemilik tubuh ini.
"Sekarang aku adalah Alice, entah sampai kapan aku berada di tubuh ini, tapi yang pasti, aku harus menjalani hidup seperti biasa nya dia."
Berry ah atau sekarang di panggil Alice. Dia berjalan keluar setelah membereskan barang-barang yang sempat ia bongkar tadi.
Hari sudah gelap, untung saja gerbang sekolah masih terbuka entah kesialan apa lagi yang harus ia rasakan jika gerbang itu tertutup.
Berry ah tidak Alice, berdiri diam di jalan tepat di depan gerbang sekolah.
Dia bingung harus kemana sekarang tidak tahu alamat rumah pemilik tubuh, tidak
tahu juga ini dimana.
Sepertinya para korban nya mengutuk
dia hingga harus merasakan hal aneh seperti ini. Dia bahkan belum sempat membalas pada ibu-ibu gosip di desa nya tapi dia malah menerima kenyataan bahwa dia bukan lagi Berry.
Alice kembali berjalan dengan pelan, dia hanya dapat mengandalkan feeling dan respon tubuhnya meski dia tidak ingat apa-apa karena jiwa yang berbeda tetapi tubuh ini pasti familiar dengan lingkungan sekitar nya.
Secara spontan dia akan bergerak kemana dia sering melangkah. Itulah yang di gunakan nya sekarang untuk mencari jalan pulang meski tidak seratus persen valid.
Malam telah tiba, cuacanya juga mulai dingin. Alice tidak memakai jaket atau pakaian tambahan selain mantel sekolah nya. Dan itu tidak mempan, dingin masih merembes ke tubuh nya.
Dia melihat sebuah toserba karena bingung dan juga lapar, akhirnya dia berjalan masuk ke dalam toserba itu.
Alice, membuka tasnya. Mencari dompet yang pasti berisi uang dan ternyata ada. Haha, setidaknya dia dapat makan sekarang.
Beberapa saat kemudian, "Ahh...mie cup ini sangat enak! Aku tidak pernah tahu, makanan toserba bisa seenak ini"Ucap Alice setelah meminum setetes kuah terakhir dari mie cup nya. Dia bersendawa kecil, sekarang dia kenyang.
Perempuan itu menatap jalanan yang penuh dengan para pejalan kaki dari segala usia, ada yang baru pulang kerja, les atau pun kuliah, entahlah itu yang dapat ia amati dari balik kaca jendela toko ini.
Karena rasa kenyang membuat dia mengantuk, tangan nya dengan iseng memainkan dompet kecil di atas meja.
"Kemana... aku harus pergi?"Gumam nya pelan, matanya memejam setiap beberapa detik.
Cahaya yang ada di jalanan menambah kesan agar dia cepat tidur, ini sangat menyusahkan.
Tangannya mengangkat dompet itu hingga di depan mata nya, dia membalik balikkan dompet itu, menelaah setiap bentuk.
"Dompetnya norak tapi isi nya lumayan"Ucapnya malas, banyak uang di dalam nya seperti nya si pemilik tubuh anak dari keluarga kaya. Bahkan anak SMA jaman sekarang saja sudah memegang uang sebanyak itu.
Dia masih ingat, saat menjadi Berry untuk sesuap nasi saja, dia harus berjuang keras.
Melawan semua gelandangan lainnya yang berada di jalan tapi pemilik tubuh ini, lihat saja hampir semua uang nya berwarna merah. Hahh...
"Uang... foto... KTP"
Alice melihat satu persatu isi dompet tersebut karena bosan dan bingung dengan apa yang akan di lakukan selanjutnya. Kenapa foto KTPnya sangat suram? Tidak ada senyum sedikit pun, huh! sangat tidak menyenangkan.
Tunggu soal KTP bukankah biasa nya disitu akan tertera alamat si pemilik? Alice, segera membuka mata nya lebar-lebar karena tersadar dan segera membaca alamat yang ada di KTP itu.
"Sialan! Kenapa tidak dari tadi KTP ini muncul?!"Umpat nya dengan kesal.
Beberapa pengunjung toko menatap aneh pada Alice yang sedari tadi mengumpat dengan suara nyaring.
Kasir toserba, seorang pemuda yang cukup tampan menatap gadis itu dengan datar, "Perempuan gila ini..."Bisiknya menahan kesal karena suara nyaring itu dapat mengganggu pelanggan toko nya.
Alice tersenyum senang ketika melihat alamat yang akan menyelamatkan jadwal tidur malam nya, "Huhuu... akhirnya aku bisa pulang!"
Dia pun memeluk dan mencium cium
KTP itu tanpa tahu malu. Tidak sadar dia telah menjadi bahan tontonan para pelanggan yang menganggap nya gila.
Alice terdiam kembali, dia menelisik alamat itu. "Sebuah perumahan? Anak ini memang orang kaya"Gumamnya pelan.
Yah, setidaknya dia tidak akan hidup dengan susah dengan kemiskinan seperti dulu. Sekarang yang ia perlukan hanyalah kendaraan menuju perumahan ini.
Alice berdiri dari duduk nya masih tidak memperdulikan tatapan dari para pelanggan, gadis itu mengambil es krim dan membayar nya di kasir.
Kasir itu menghitung dan meminta uangnya dengan wajah sinis, Alice dengan cepat membayar dan segera pergi dari sana.
"Tuh muka atau apa? Sinis amat, macam punya hutang aku sama dia"Gumam Alice kesal, tangannya gatal ingin mencakar wajah sinis itu tadi.
Namun sayang, banyak mata yang masih
memperhatikan nya. Dia tidak mau masuk berita kriminal, tolong.
Alice memilih untuk berdiri di tempat perhentian bus, barang kali ada taksi yang akan berbaik hati dan mengantarkan nya ke alamat rumah nya.
Sekitar sepuluh menit dia menunggu, akhirnya sebuah taksi berhenti tepat di depan Alice. Layak nya supir taksi, seorang pria paruh baya dengan ramah meminta alamat yang ingin di tuju.
Tentu saja, Alice segera memberikan alamat nya. Supir itu segera mengendarai mobilnya menuju perumahan yang tertera di alamat.
Tidak ada basa basi seperti kehidupan nya dulu, sang supir hanya fokus pada jalanan
malam.
Alice juga malas membuka mulut, energi nya telah habis pada hal aneh yang ia jalani sekarang.
Dia masih memikirkan, respon seperti apa
yang harus dia tampilkan jika dia bertemu dengan keluarga pemilik tubuh ini.
Wajah mereka saja dia tidak tahu jangan sampai dia membuat kesalahan fatal yang akan menimbulkan kecurigaan akan sikap aneh nya nanti.
Mobil terus berjalan hingga sampai di tempat yang di tuju, Alice segera membayar dan keluar dari dalam taksi setelah mengucapkan terimakasih, mobil taksi itu pun pergi.
Alice menatap pagar besar dan tinggi berwarna hitam tepat di depan nya percis dugaan nya, pemilik tubuh ini adalah anak
orang berada.
Dari luar saja sudah terlihat, sebanyak apa harta kekayaan keluarga ini.
Dia memencet bel yang ada di dinding dekat pagar, tidak lama seorang satpam membuka pagar, dia cukup terkejut melihat kehadiran Alice yang berdiri diam disana.
"Non Alice?"Tanyanya dengan ragu, Alice yang melihat itu menduga jika si satpam mengira dia adalah hantu gentayangan di daerah sekitar.
Bagaimana tidak, keadaannya lusuh dan lemas tidak bersemangat. Di tambah, dia pulang di malam hari, anak sekolah mana yang akan pulang di jam segitu tanpa orang rumahnya tahu.
Ya, begitulah ide yang ia pikirkan dari reaksi keterkejutan satpam di depannya.
Alice hanya mengangguk lemah, satpam itu segera membuka lebar pagar besar hitam itu. Dan membiarkan Alice masuk.
Yang membuatnya semakin pusing, jarak antara pagar dan pintu rumah sangat jauh. Dia ingin pingsan saja, memikirkan dia harus berjalan beberapa ratus meter lagi, Alice tidak
sanggup, sungguh.
Mungkin aura kesuraman Alice menguar terlau kuat hingga si satpam mendatangi nya dengan skuter listrik dan memberikannya pada Alice.
"Pakai ini saja non, saya bingung kenapa non tidak pulang dengan supir seperti
biasa nya"Ucap si satpam.
Alice memiringkan kepalanya, supir?
Oh, dia ternyata memiliki supir pribadi lantas jika begitu, kemana supirnya? Alice tidak melihat akan ada yang datang menjemput.
Di tempat lain, Seorang pria paruh baya sedang duduk di samping satpam sekolah sambil melihat ke arah jam tangan nya terus menerus.
"Pak, sebaiknya bapak pulang disini sudah tidak ada anak sekolahan lagi. Mungkin saja, anak majikan bapak sudah pulang dari tadi"Ucap satpam itu pada sang supir rumahan. Supir itu hanya bisa mengangguk pasrah.
Kembali, lagi pada Alice. Dia membuka pintu rumah nya dengan pelan, siapa tahu, seperti di drama film-film keluarga kaya, orang tua tokoh akan mematikan lampu dan duduk diam di sofa hingga si tokoh masuk dalam rumah dan segera kena ceramah.
Sungguh klasik, untung saja itu tidak terjadi pada nya. Rumah itu sepi, tidak ada seorang pun, lampu juga hidup terang benderang memenuhi ruangan.
Tidak lama, seorang wanita paruh baya yang ia duga pelayan di rumah mendatangi nya dengan wajah cemas.
"Non, kemana saja? Tadi, guru les non menelepon ke rumah dan bilang kalau non tidak hadir di tempat les"Ucap pelayan itu meminta jawaban dengan lembut.
Alice sedikit tidak enak mana dia tahu kalau ia harus pergi les, bahkan les apa dia juga tidak tahu. Ingatan sialan ini masih belum datang menghampiri otaknya.
Tidak tahu harus menjawab apa, dia hanya bisa tersenyum tipis dan menggaruk kepala merasa bersalah.
Wanita itu tersenyum tipis, "Tidak masalah non, nyonya tidak ada disini. Non, bisa bicara kepada saya"Lanjut si wanita tersebut.
Gadis itu sedikit bingung dengan ucapan pelayan rumah nya, nyonya? Itu berarti ibu pemilik tubuh ini. Apa hubungannya dengan ada atau tidak nya ibu nya disini?
Alice menggeleng pelan, "Saya cuman lelah bi"Jawabnya singkat, sebaiknya dia tidak terlalu banyak bicara takutnya, dia salah mengatakan sesuatu dan akan menimbulkan kecurigaan.
Terlebih lagi, sepertinya sang pelayan sangat dekat dengan pemilik tubuh. Drama apa lagi yang akan dia lalui, dirinya sudah malas duluan.
Wanita tua itu hanya bisa mengangguk paham, dia segera menyuruh nya untuk beristirahat tidak lupa untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Alice pun dengan semangat melakukan nya tanpa sadar dia berjalan lurus yang arah nya entah kemana.
"Eh non"Panggil pelayan itu.
Alice berhenti, dan berbalik.
"Ya?"Tanyanya bingung.
"Nona mau kemana? Kamar non ada di atas, lantai dua"Ucapnya merasa aneh dengan tingkah anak majikan nya.
Alice yang mendengar itu memasang wajah datar nya, dia menutup mata sebentar.
"Saya terlalu lelah bi, begini lah hasil
nya"Ucapnya mencoba terlihat meyakinkan padahal dalam hati dia mengutuk kebodohan dan kecerobohan nya.
Wanita tua itu ber oh ria. Alice segera berbalik dan naik ke lantai dua, kali ini dia lebih berhati-hati dalam memilih langkah, banyak pintu disini entah pintu apa saja dia tidak tahu.
Alice membuka satu persatu mengintip barang-barang di dalam ruangan dan akhir nya dia pun menemukan kamar milik nya.
Dia melempar kan tasnya dan segera mencari kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sepuluh menit berlalu, Alice membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, mencari posisi ternyaman dan segera mengarungi alam mimpi.
Hari esok pikir lah besok saja. Dia ingin tenang malam ini tanpa gangguan pikiran.
Begitulah, Alice tertidur dengan pulas. Tanpa tahu, apa yang harus dia hadapi besok.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah