Cristian Agung Jaya si pria tampan yang di juluki dengan CEO gila pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia. Gila yah benar-benar gila, dia sangat antusias untuk membuat para pekerjanya pusing bahkan hampir terkena struk ringan. Namun kegilaannya di balas lebih gila lagi oleh seorang wanita yang baru saja bergabung di perusahaannya miliknya. Wanita cantik pemilik nama Naila Cynthia ini justru berbeda dari pekerja lainnya yang takut menghadapi Cristian, dia bahkan melakukan segala kegilaan untuk membalaskan semua keluhan pekerja di perusahaan besar itu. Kalau mau tahu kelanjutan ceritanya mari di baca.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asrwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangisan
Setelah kejadian itu, esok harinya saat Thia tiba di ruang kerja mereka, dia tak menjumpai Tian disana.
"Kemana dia? Apa gak masuk kerja?" Tanya Thia berbicara pada dirinya sendiri.
Thia kembali memikirkan omongannya semalam, semuanya memang kesalahannya. Tapi apa boleh buat semuanya sudah terjadi.
Satu harian itu, Tian sama sekali tak singgah ke ruangan mereka. Padahal siang tadi Thia melihat langsung kalau Tian ada di kantor dan bahkan menghadiri jadwal rapat.
"Kayaknya gue harus minta maaf secara langsung dehhh sama dia" ucap bertekad baik.
Saat dia masih melihat Tian di ruangan rapat, dia tau pasti bahwa rapat itu akan segera di selesaikan. Mengingat jam kerja mereka sudah hampir selesai, Thia pun memilih untuk menunggu Tian di parkiran, hari ini Thia memang tak membawa mobil atau motor nya, karna dia berangkat bersama dengan papinya.
"Gue gak boleh diam aja, gue harus brani dong, yakali kan dia bakal ngehindarin gue terus terusan" ucap nya.
Thia pun menunggu di samping mobil Tian, dia sengaja berjongkok agar tak terlihat oleh Tian karna dia yakin kalau Tian melihatnya pasti Tian akan menghindari nya.
Hampura setengah jam dia menunggu, tiba-tiba suara pertanda mobil itu di buka pun terdengar.
Thia mengintip untuk memastikan itu Tian, dan benar saja dia adalah Tian.
Saat Tian naik ke mobil, dengan gerakan kilat Thia juga ikut naik ke mobil dan Dudung di bangku depan tepat di samping Tian.
Jelas saja aksi nya membuat Tian terkejut.
"Hufffttttttttt Lo ngapain!!!!" Kata Tian dengan sangat ketus
"Gue boleh kan nebeng, gue gak bawa mobill" ucapnya dengan wajah merayu.
"Lo bisa pesan taxi, keluarr!!!!!" Katanya menolak dengan nada ketus.
"Plissss sekali ini aja,, gue gak terbiasa naik taxi dari daerah sini"
"Plisss yahhhhhh, plissssss" kata Thia mencoba lagi.
"Terserah Lo" ucap Tian dengan wajah tak peduli.
Tanpa menghiraukan keberadaan Thia, dia pun melajukan mobilnya dari tempat itu.
Saat hampir melewati coffe shop milik Aisha, ide cemerlang pun terlintas di otak Thia.
"Ehhhh pak itu ada coffe shop, mampir yok, ngopi dulu" ajak Thia
"Lo aja sendiri, biar gue turunin" ucap nya
"Lahhh, berdua dong pak, gue dehh yang bayarin" kata Thia memberi tawaran
"Terserah lu dehh" ucap Tian karna kebetulan Coffe shop yang di tawarkan oleh Thai adalah tempat Tian sering ngopi dan melamun sendiri.
Mereka pun masuk ke area coffe shop itu.
Thia keluar dengan hati girang, dan langsung menerobos tempat itu.
"Aishaaaaaa......" Teriak Thia yang langsung masuk ke dalam bar dan mengganggu sahabatnya yang sedang membuat orderan.
"ihhhhh Lo jangan dekat-dekat dulu dong, gue lagi sibuk nih" kata Aisha
"Yaudahhh dehhhhhh"
"Ehhh Lo datang sama siapa?"
"Sama boss gue tuhhhh" tunjuk Thia ke arah Tian yang sedang berjalan menuju bar.
"Gue mau pesan yang biasa yahh" kata Tian
Mendengar itu pastinya membuat Thia agak shock.
"Hah? Emang ada kopi biasa yahh disini? Kok gue baru tau sihh" kata Thia
"Bukan kali, itu langganan kita, dia sering kesini dan ternyata itu bos Lo" jawab Aisah
"Ouhhhh yaudah dehh, gue mesan kopi manis yahh" ucap Thia lalu pergi menuju meja Tian.
"Ternyata Lo udah sering kesini yahh" ucap Thia berbahasa santai
" Hemmm"
"Ini coffe shop milik sahabat gue dan gue sering loh main ke sini tapi kenapa gue gak pernah lihat Lo yahh" ucap nya merasa bingung
"Bukan urusan gue" ketusnya
Setelah duduk dan menunggu pesanan mereka sekitar 10 menit, Aisha datang mengantarkannya.
"Terimakasih bestii" ucap Thia
"Yooo" balas Aisha
Baru saja minuman mereka sampai, dan Tian baru menyeruput nya sekali, telpon milik Tian berdering.
Setelah selesai menerima telepon, Tian malah meninggalkan tempat itu begitu saja.
"Lo pulang sendiri aja yah" ucap Tian lalu langsung pergi dengan terburu-buru dari tempat itu.
Ternyata ada kabar dari satpam rumah nya bahwa asisten pribadinya sakit, tentu saja hal itu membuat Tian merasa khawatir.
Sampai di rumah nya Tian langsung membawa asisten nya itu ke rumah sakit yang tak jauh dari rumah nya untuk di rawat, tadinya mbo nya itu menolak tapi Tian tak bisa membiarkannya menderita sakit dan hanya di rawat dengan obat apotek saja.
Sedangkan di tempat lain tepatnya di coffe shop milik Aisha, tampak nya Thia yang malah lupa untuk pulang. Ntah dari mana asal minuman soda yang ada di mejanya dan ntah kapan dia merayap keluar untuk membeli itu.
"Ya ampunnn thiaaaa, ini udah jam 10 malam woiiii, balek sonooo"
"Hemmmm gueeeeee emang gue dimanaa?" Ucap nya yang sudah mulai kehilangan kesadaran nya.
"Astagaaaa thiaaa, gimana caranya gue ngantarin Lo pulang coba" Aisha bingung
"Hahahhah kan gueeee gakkk nyuruhhh Lo antarinn gueeeeee"
"Hiksssss Hiksssssss hikssssssss" ntah kenapa tiba-tiba Thia malah menangis.
Sungguh hal yang tak bisa diatasi oleh Aisha, untungnya nomor telepon Tian ada tertinggal sebagai customer di catatan nya.
Dengan terpaksa Aisha menelepon Tian dan meminta tolong agar menjemput Thia dari sini.
Mendengar Thia sudah mabuk berat, akhirnya Tian memilih untuk membantu orang itu, intinya ada suami dari asistennya itu yang menemani di rumah sakit.
"Benar-benar bikin gue susah" ucap Tian dengan kesal sembari menuju tempat itu.
Sesampainya disana, Tian membayar tagihan mereka namun kata Aisha tidak perlu, yang terpenting adalah Thia.
"Gue minta maaf yahh, kalau gue nunggu sampai gue selesai closingan pasti dia gak bakal pulang sampai subuh nanti, makanya gue nelpon Lo" kata Aisha
"Yaudah, bantuin gue bawain tas sama jaketnya" kata Tian
Tian pun menggendong tubuh mungil si Thia kedalam mobilnya.
Setelah semuanya masuk dan tak ada barang yang tertinggal Tian pun masuk dan membawa Thia dari tempat itu.
Namun bodoh nya Tian adalah tak menanyakan dimana alamat Thia.
"Aihhhh siallll, gimana gue ngaterin dia pulang coba" ucapnya dengan kesal, diapun meminggirkan mobilnya lalu menelpon Aisha, namun tak ada jawaban, karena Aisha sedang sibuk membereskan cafenya.
Tian pun berusaha untuk membangunkan Thia.
"Heiiii, dimana rumah Lo?" Tanya Tian sembari membangun kan nya.
"Hemmmmmmmm, dinginnnnnnn"
"Heiiiiiii gue mau ngaterin Lo pulang, dimana rumah Lo"
"Disituuuuuuuu hiksssss hikssssss hiksssssss" tiba-tiba Thia menangis lagi lalu membuka matanya dan menatap kearah Tian
"Ternyata Lo, hikssss kenapa Lo disinii?"
"Hikssssss kenapa Lo jahat banget sama gue hiksssss, padahal gue nungguin Lo seharian dia ruangan hiksssss, tapi Lo gak datang hiksssss, gue mau minta maaf dan bilang kalau gue nyesal sama ucapan gue semalam hiksssss, tapi Lo juga gak datang, dan tadi Lo langsung pigi gitu aja ninggalin gueee hikssssss"
"Gue tau gue salahh, tapi kenapa Lo terus hibdarin gue hah???"
Thia tak bisa mengontrol apa yang keluar dari mulutnya semua ucapannya seakan keluar sangat natural.
"Dari awal gue kerja sama Lo, gue berharap bisa jadi asisten yang baik dan banggain Lo, tapi Lo selalu buat ribut dan gue gak tau harus gimana hiksssssss"
"Gue mau belajar hiksssss tapi Lo gak pernah ngajarin gue sama sekali hikssssss, gue pikir kalau Lo ngajak gue rapat gue bakal ada artinya hikssssss, tapi kata teman-teman di kantor semua pendapat gue justru gak ada Lo masukin ke hasıl rapat hikssssss"
"Trusss gue harus gimanaaa hikssssss, guee harus diam? Gue harus apaaa??? Hikssssss" katanya tanpa berhenti menangis.
Semua ucapan Thia sangat nyata dan benar, begitu menderitanya hidup Thia selama bekerja dengan Tian.
Melihat air mata Thia yang tak kunjung berhenti Tian justru berpikir apa yang semalam di katakan Thia padanya tak sebanding dengan apa yang di lakukan selama ini pada Thia.
Thia mengatakan hal kasar padanya akibat perlakuan Tian yang tak baik pada orang yang lebih tua dan wajar saja karna Thia tak tau bagaimana latar belakang keluarga Tian. Sedangkan Tian sudah tau bagaimana usaha Thia sejak awal bergabung di perusahaan nya, namun Tian tak menganggap usaha Thia itu penting.
Tak harus berbuat apa lagi, Tian memeluk tubuh Thia dan berusaha untuk menenangkan nya.
"Hiksssssss hikssssssss hiksssssss Lo benaran jahat, Lo bos terjahatt hikssssss hiksssssss" ucap Thia di dalam pelukan Tian.
Setelah Thia sudah mulai tenang, karna tak tau harus mengantar Thia kemana akhirnya Tian memutuskan untuk membawanya kerumahnya.
Setelah sampai, Thia sudah tertidur pulas dengan raut wajah yang menyimpan lelah.
Tian pun menggendong nya dengan lembut agar tak mengganggu tidurnya Thia. Tian menidurkannya di kamar tamu, setelah memastikan Thia terbaring dengan baik dia pun keluar dan masuk kedalam kamarnya.
Malam itu semua ucapan Thia memenuhi pikirannya dan dia tak tahu ternyata perbuatan nya membuat Thia Sampai begitu tersiksa.
hadir saling support ya kk